spot_img
Selasa 7 Mei 2024
spot_img
More

    Soal Direksi bank bjb, Emil Harus Belajar dari Kasus Kredit Fiktif bjbs

    BANDUNG, FOKUSJabar.id: Rapat umum pemegang saham (RUPS) bank bjb yang akan digelar 30 April mendatang dituntut melahirkan jajaran direksi yang kompeten agar mampu meningkatkan kinerja.

    Profesionalitas dan rekam jejak perbankan yang baik harus menjadi pertimbangan utama di samping aspek politis.

    Demikian disampaikan pakar ekonomi dan perbankan dari Unpas Bandung Acuviarta Kartabi terkait rencana RUPS bank bjb, di Bandung, Minggu (28/4/2019).

    Menurut dia, Gubernur Jabar Ridwan Kamil (Emil) sebagai pemegang saham pengendali harus belajar dari kasus kredit fiktif yang terjadi di bjb syariah (bjbs).

    “Kita tahu kasus BJBS, mantan politisi yang dipaksakan jadi pimpinan direksi. Sehingga bjbs tidak berjalan optimal,” kata Acuviarta.

    Dia berharap bank bjb diisi jajaran direksi yang memiliki kriteria dan rekam jejak perbankan yang baik. Tentunya kriteria berdasarkan azas profesionalitas, terlebih ini bisnis perbankan, jadi harus memiliki latar belakang perbankan.

    Selain itu perlu pertimbangan terukur dalam menentukan direksi bjb. Direksi bank bjb idealnya diisi kandidat berpengalaman yang pernah menjabat sebagai direksi perbankan.

    “Misal perlu direksi yang pernah menjabat direksi, atau setidaknya setingkat di bawah direksi. Intinya punya jam terbang dan rekam jejak yang paham dengan bisnis perbankan,” kata dia.

    Dia pun menyebut kandidat direksi bukanlah orang yang pernah memiliki persoalan hukum. Verifikasi hal ini akan dibuktikan oleh catatan yang ada pada OJK, PPATK, dan aparat penegak hukum.

    “Jangan sampai, pernah ada kejadian direksi yang diangkat, tapi tak lolos test OJK,” kata dia.

    Menurutnya pun, direksi bank bjb akan lebih baik jika gabungan dari internal dan eksternal. Direksi yang berasal dari dalam diperlukan, agar lebih memahami kondisi manajemen dan kultur yang ada.

    Adapun dari luar sangat membantu untuk menciptakan pembaharuan dan inovasi-inovasi yang sebelumnya tak pernah ada di bjb.

    Untuk calon dari eksternal, dia berharap kandidat direksi yang dipilih berasal dari perbankan yang kelasnya di atas bank bjb. Hal ini akan memberi nilai lebih bagi calon direksi itu dibanding kandidat dari bank yang levelnya di bawah bank bjb.

    “Credit value kalau ada calon eksternal dari bank yang levelnya di atas. Itu harus jadi satu pertimbangan yang utama. Di perbankan biasalah saling membajak direksi,” kata dia.

    Acuviarta pun menyoroti komposisi komisaris bank bjb. Sebab, kata dia, kinerja perbankan sangat berkorelasi dengan kualitas komisaris yang ada di belakangnya.

    Acuviarta menjelaskan, perombakan direksi yang dilakukan Emil dengan alasan untuk meningkatkan kinerja harus diikuti juga dengan perombakan komisaris.

    “Sehingga kalau ingin meningkatkan dan mengevaluasi kinerja, maka itu juga melekat pada komisaris. Logisnya menurut saya, kalau direksi diganti, harusnya komisaris juga menjadi bahan pertimbangan untuk diganti,” kata dia.

    Apalagi, kata dia, komisaris bank bjb saat ini sudaj lama menjabat, sehingga berdasarkan aturan (paling lama 10 tahun) harus diganti.

    Lebih lanjut Acuviarta meminta komisaris diisi sosok yang memiliki pengalaman dan latar belakang perbankan. Sehingga, keberadaannya mampu memberi kontribusi terhadap kinerja bank bjb.

    Jabatan komisaris, kata dia, jangan sekadar menjadi lahan baru bagi orang-orang yang sudah pensiun, atau yang memiliki kedekatan dengan pemilik tanpa didukung aspek profesionalitas.

    “Kalau ingin mendorong kemajuan bjb hanya dari sisi direksi, tanpa didukung komisaris profesional dan kompeten, saya kira susah. Itu kan satu paket,” jelas dia.

    (LIN)

    Berita Terbaru

    spot_img