AMERIKA SERIKAT,FOKUSJabar.id: Amerika Serikat (AS) diperkirakan bakal mengalami krisis energi. Sebelunya, beberapa negara di eropa telah mengalami krisis ini.
Krisis energi tersebut terlihat dari persediaan gas untuk musim dingin yang terbatas di AS.
Chief Executive Officer Xcoal Energy & Resources LLC, Ernie Thrasher mengatakan beberapa perusahaan utilitas saat ini cemas kekurangan bahan bakar pada musim dingin ini. Hal itu bisa memicu pemadaman.
“Utilitas khawatir aset yang mereka miliki tidak bisa mendapatkan bahan bakar yang cukup,” kata Thrasher, seperti dilansir CNBC, Senin (11/10/2021).
BACA JUGA: Penyakit Misterius Sindrom Havana Teror Intel AS
“Ada orang-orang dengan otoritas tinggi di perusahaan utilitas besar yang sangat prihatin,” tambahnya.
Perusahaan Gas Alam Piedmont Duke mengatakan, harga gas yang tinggi dan produksi yang rendah akan menaikkan tagihan pelanggan sekitar US$ 11 per bulan di Carolina Utara dan Selatan.
Di Colorado, Xcel Energy juga akan melakukan hal serupa. Sementara itu, beberapa perusahaan telah beralih ke batu bara untuk menutupi krisis energi ini.
Secara general diperkirakan akan ada kenaikan konsumsi bahan bakar batu bara hingga 23% tahun ini. Padahal hal tersebut bertentangan dengan komitmen AS terhadap “emas hitam”.
Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden menekankan janjinya dalam investasi sebesar US$ 2 miliar (Rp 28 triliun) untuk mendukung negara-negara berkembang agar beralih dari pembangkit listrik tenaga batu bara.
“Kami akan fokus pada percepatan kemajuan pada elektrifikasi dan baterai, hidrogen, penangkapan karbon, penggunaan dan penyimpanan, penerbangan dan pengiriman nol emisi, dan bagi negara-negara yang memilih untuk menggunakannya, tenaga nuklir,” kata Biden dalam KTT Juni lalu.
BACA JUGA: Mantap! AMBS Garut Dikunjungi Al Azhar Asy Syarief Cairo Mesir
(Agung)