spot_img
Jumat 29 Maret 2024
spot_img
More

    Kata ustadz soal aplikasi pencatat dosa dan pahala

    BANDUNG, FOKUSJabar.id : Belum lama ini hadir sebuah aplikasi Raqib Atid yang memiliki fitur mencatat dosa dan pahala para penggunanya, seperti tugas dua malaikat pencatat amal perbuatan manusia dalam agama Islam, Raqib dan Atid.

    Aplikasi yang sudah tersedia di Play Store namun belum ada di App Store ini sudah diunduh lebih dari 100 kali dengan torehan lima bintang.

    Lalu, apa kata ustadz tentang hadirnya aplikasi Raqib Atid ini?

    Ustadz Muhammad Yusron Shidqi, putra bungsu KH. Hasyim Muzadi, menilai melalui ini pengguna bisa mengevaluasi diri secara sederhana.

    BACA JUGA : Aplikasi ‘diPasar’ Resmi Diluncurkan Gubernur Jabar

    “Aplikasi ini adalah sebuah upaya membantu penggunanya untuk muhasabah (evaluasi diri) secara sederhana, sebagai sebuah simulasi bagaimana penghitungan amal sehingga membuat kita lebih waspada dalam berbuat,” kata pria yang akrab disapa Gus Yusron.

    Hal senada diungkapkan Ustadzah Arini Retnaningsih. Menurut dia, pengguna boleh menjadikan aplikasi Raqib Atid sebagai sarana bermuhasabah atau mengevaluasi diri, namun tidak berarti menyamakannya dengan catatan yang dimiliki Malaikat Raqib dan Atid utusan Allah SWT.

    “Ya kalau cuma dijadikan sarana muhasabah tidak apa-apa. Tapi ini beda dengan catatan malaikat pencatat amal dan dosa kita. Malaikat mencatat sampai ke hal-hal kecil yang boleh jadi kita sendiri tidak menyadarinya,” tutur Arini yang mengajar kajian Islam di beberapa Madrasah Tsanawiyah kawasan Bogor itu.

    Baik menurut Gus Yusron dan Ustadzah Arini, malaikat tidak akan melewatkan perbuatan kecil maupun besar, lalu niat menyimpang, rasa iri, benci, sum’ah, ujub dan hal lainnya yang mungkin tak tersedia dalam aplikasi Raqib Atid.

    “Niat yang menyimpang, rasa iri dan benci, sum’ah, ‘ujub dan sebagainya kan tidak tercatat, tapi tercatat lengkap di kitab para malaikat,” kata Arini.

    Terdapat dua menu utama yakni dosa dan pahala. Dalam menu dosa, tersedia beberapa jenis tindakan tak baik seperti berbicara kotor, membantah orangtua, ghibah, ingkar janji dan mencuri.

    Sementara dalam menu pahala, amalan baik yang dimunculkan antara lain: sholat, dzikir, sedekah, membaca Al-Qur’an berpuasa dan membantu orangtua.

    “Harapannya adalah dengan mulai memperbaiki amal secara global, kita akan memperbaiki amal yang lebih detail,” tutur Gus Yusron yang juga pengasuh Ponpes al-Hikam Depok, Jawa Barat, itu.

    (Nendy/ANT)

    Berita Terbaru

    spot_img