spot_img
Selasa 7 Mei 2024
spot_img
More

    Investor Asal Singapura Tertarik Kopi Jabar

    BANDUNG, FOKUSJabar.id: Sejumlah investror tertarik dengan kopi Jawa Barat setelah melihat kebun dan pengolahan kopi di kawasan Gabung dan Pangalengan kabupaten Bandung, investor ini juga segera melakukan MoU untuk investasi kopi Jawa Barat.

    Sedikitnya 12 anggota Singapore Coffee Association, datang dalam rangkaian acara West Java Investment Summit 2019. Ada beberapa hal yang membuat mereka tertarik untuk investasi kopi Jawa Barat diantaranya adalah petani kopi Jawa Barat menggunakan pupuk organik dan pengolahan kopi menggunakan metoda tradisional.

    President Singapore Coffee Association, Victor Mah mengatakan pihaknya melihat secara langsung proses pengolahan kopi asal Jabar. Mulai dari penjemuran, penggilingan hingga mencicipi seduhan kopi (cupping).

    “Para investor dari Singapura ini merupakan pemilik cafe serta trader kopi. Setelah melihat secara langsung, kami sangat tertarik,” kata Victor usai melihat kebun dan pengelolaan kopi di Pangalengan Kabupaten Bandung, Kamis (17/10/2019).

    Menurut Victor, kopi Jawa Barat punya keunggulan karena prosesnya masih tradisional. Metode merawat tanaman ramah lingkungan juga menjadi nilai plus dari kopi Jabar.

    Victor mengaku sudah berkeliling seluruh Indonesia mencicipi beragam kopi. Namun baru kali ini merasakan kopi Jabar dan melihat proses pengolahannya secara langsung.

    “Tanaman kopi Jabar menggunakan pupuk organik sehingga lebih ramah lingkungan. Hal ini menjadi nilai tambah tersendiri dan sesuai dengan isu global,” katanya.

    Lebih lanjut Victor menjelaskan, pihaknya akan melakukan MoU dengan Gubernur Jabar Ridwan Kamil untuk mengembangkan kopi di Jabar. Melalui kerja sama tersebut, pihaknya akan membawa lebih banyak investor kopi ke Jabar. Adapun sebagian pegiat kopi tersebut merupakan anak muda.

    “Masa depan kopi ada di tangan anak muda karena minum kopi sudah menjadi gaya hidup,” ujarnya.

    Sementara itu, Kepala Bidang Industri Agro Kimia Tekstil dan Aneka Disperindag Jabar, Arif Muchamad Fazar mengatakan, saat ini Pemprov Jabar sedang membuka peluang kepada investor agar tertarik menanamkan modalnya di sektor kopi Jabar. Hal tersebut dilakukan guna mendorong peningkatan ekspor kopi Jabar yang mengalami penurunan sejak 2017.

    “Kita akan mendorong agar ekspor kopi Jabar mengalami peningkatan kembali,” ujar Arif .

    Salah satu upaya yang dilakukan untuk mendorong promosi kopi Jabar, pihaknya menggelar Festival Kopi yang berkolaborasi dengan Speciality Coffee Association Indonesia (SCAI). Festival Kopi yang direncanakan berlangsung pada 1-2 November ini berisi acara lelang kopi, Business matching, dan Cupping.

    “Potensi kopi Jabar sangat besar karena punya potensi besar karena punya cita rasa yang khas dan unik. Selain itu juga sudah menjadi gaya hidup,” katanya.

    Diketahui, Jawa Barat memang bukan provinsi penghasil biji kopi terbanyak di Indonesia. Namun pada beberapa daerah dikenal sebagai produsen kopi berkualitas dan bercitarasa tinggi.

    Hal itu dibuktikan saat kopi jenis arabika produksi petani di Jabar menjadi jawara saat event Speciality Coffee Association of America Expo di Atlanta, Amerika Serikat, pada April 2016 lalu.

    Pemprov Jabar pun terus melakukan upaya untuk memaksimalkan potensi para petani agar menghasilkan kopi yang unggul. Salah satunya mendorong penanaman kopi organik atau menggunakan pupuk non kimia yang memiliki nilai jual lebih premium.

    “Kalau bicara potensi ya kopi organik ini besar sekali potensinya,” ujar Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Jawa Barat, Dody Firman Nugraha beberapa waktu lalu.

    Dody katakan penanaman kopi organik ini baru dilaksanakan oleh petani sejak tiga tahun ke belakang. Di mana saat ini terdapat 10 persen dari sekitar 60 ribu hektar perkebunan kopi di Jabar yang sudah memanfaatkan pupuk organik.

    Sebagai upaya optimasi, Disbun Jabar membagikan sejumlah hewan ternak seperti domba kepada kelompok petani binaan. Dari kotoran hewan ternak tersebut maka akan dimanfaatkan untuk menjadi pupuk.

    “Ternaknya sekarang sudah berjalan, sekarang sudah mendekati 100 ekor domba dalam kurun waktu 1 tahun ke belakang dari awal hanya 30 domba,” ucapnya.

    Hanya saja dinamika di lapangan, masih banyak petani yang belum menyadari bahwa kopi organik memiliki nilai yang lebih besar di pasar. Karena itu penyuluhan akan terus dilakukan, di mana hal tersebut dilakukan agar petani memahami untungnya menanam kopi organik.

    “Kita coba buka wawasan petani, ke depan produk pertanian dengan produk natural itu tentunya itu akan diminta oleh konsumen,” tutur dia.

    (AS)

    Berita Terbaru

    spot_img