PANGANDARAN,FOKUSJabar.id: Jembatan penghubung Cijulang-Banjar di Blok Margacinta, Kecamatan Cijulang menuju Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran kini tinggal kenangan.
Jembatan kereta api buatan Belanda itu masih terlihat kokoh. Tetapi kondisinya sudah berkarat.
Baca Juga: Anggota DPRD Pangangandaran Turun Tangan Atasi Kekeringan Pesawahan di Mangunjaya
Jembatan tersebut usianya sudah puluhan tahun. Jembatan itu merupakan peninggalan zaman penjajah Belanda dulu.
Terlihat tembok kecil bertuliskan PT KAI 5 KM 78. Arsitektur bikinan Belanda itu menjadi saksi bisu jika Pangandaran pernah menjadi perlintasan kereta api untuk berbagai aktivitas.
Sementara, bangunan beton jembatan masih berdiri kokoh di atas sungai. Adapun bagian rel kereta sudah berkarat dan sebagian bentangan rel semuanya raib.
Kepala Bidang Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Pangandaran, Sugeng mengatakan, usia jembatan jalur KA Cijulang-Banjar di blok Margacinta itu usianya 50 tahun lebih.
Menurutnya, Jembatan tersebut sudah diajukan menjadi objek cagar budaya.
“Karena kan usianya lebih dari 50 tahun, sudah ada pengajuan bersama jalur rel dan sejumlah bangunan lainnya yang berkaitan dengan KA Banjar-Cijulang,” kata Sugeng, Kamis (24/10/2024).
Sementara itu, Tokoh Masyarakat Cijulang, Ajat Jatnika (54) menceritakan pengalamannya ketika kereta api masih beroperasi.
Kala itu, Ia duduk di bangku SMP. Ia mengaku pernah mencoba menaiki kereta api Cijulang-Banjar hanya sekedar bermain-main saja.
“Saya saat masih duduk di bangku SMP dulu mencoba menaiki kereta api Cijulang-Banjar. Kalau dulu kami orang Cijulang, hanya untuk main-main saja. Naik dari Cijulang sampai ke Banjar terus pulang lagi,” katanya.
Ajat mengungkapkan, tak sedikit para pemuda dulu menjadikan naik kereta itu untuk hiburan. Semisal diajak oleh orang tuanya dan kemudian pulang lagi.
“Ya, dulu orangtua mengajak kami main ke Banjar, terus pulang lagi gitu aja sih seingat saya,” kata dia.
(Sajidin/Irfansyahriza)
