spot_img
Minggu 19 Mei 2024
spot_img
More

    Maruarar Sirait Hengkang dari PDIP Lebih Pilih Jokowi, Ini Profilnya

    JAKARTA,FOKUSJabar.id: Maruarar Sirait resmi hengkang dari PDI Perjuangan (PDIP). Ia menyebut alasannya keluar karena yakin ingin mengikuti langkah Presiden Joko Widodo (Jokowi).

    Pria yang akrab dipanggail ara itu lahiran di Medan, 23 Desember 1969, kemudian bergabung dengan PDI Perjuangan pada 1999.

    Ara berhasil menjadi anggota DPR RI periode 2004-2009, 2009-2014 dan 2014-2019. Ara juga pernah menjabat sebagai Ketua DPP PDI Perjuangan.

    “Jadi, saya memilih bersama dengan Bapak Jokowi dalam pilihan politik saya berikutnya ke depan. Mohon doa restunya,” katanya di DPP PDIP, Jakarta, Senin (15/1/2024).

    BACA JUGA: Jubir Prabowo: Anies Bohong soal Anggaran Rp700 T untuk Alutsista!

    Ara pernah kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Parahyangan, Bandung pada 1990.

    Ara juga aktif sebagai Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dan Resimen Mahasiswa (Menwa) Universitas Parahyangan. Ara juga pernah tercatat sebagai Komisaris Utama PT Potenza Sinergi dan Manager KKBM Unpar Bandung.

    Sebelumnya, Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto mengatakan partainya menerima pengunduran diri Maruarar Sirait sebagai kader. Hasto mengatakan, menjadi kader PDI Perjuangan tidak pernah ada paksaan.

    “Menjadi anggota partai didasarkan pada prinsip kesukarelaan demikian halnya untuk tidak menjadi anggota dapat mengajukan pengunduran diri,” ujar Hasto dalam keterangannya, dikutip Selasa (16/1/2024).

    Hasto kemudian memuji Ara yang kini sudah semakin sukses. Hasto kemudian mendoakan Ara sukses di manapun berada.

    “DPP Partai menerima pengunduran diri Pak Ara Sirait. Terlebih dengan kondisi Pak Ara sekarang yang sudah semakin berhasil sebagai pengusaha. Beberapa foto Pak Ara dengan pengusaha menunjukkan keberhasilan itu,” kata dia.

    Pengunduran diri tersebut sebagai bagian dari konsolidasi kader Partai, mengingat pengunduran diri terjadi pada saat Partai sedang berjuang untuk menempatkan kedaulatan rakyat sebagai hukum tertinggi di dalam menentukan pemimpin, dan sekaligus melakukan koreksi terhadap berbagai upaya yang mencoba untuk melanggengkan kekuasaan sampai harus terjadi pelanggaran etik berat oleh Anwar Usman melalui manipulasi hukum di MK,” kata Hasto.

    (Agung)

    Berita Terbaru

    spot_img