spot_img
Sabtu 18 Mei 2024
spot_img
More

    Sejarah Julukan ‘Hantu Laut’ yang Melekat pada Korps Marinir TNI AL

    JAKARTA,FOKUSJabar.id: HUT Korps Marinir TNI Angkatan Laut (AL) diperingati tiap 15 November. Julukan ‘Hantu Laut’ pun lekat dengan korp yang disegani bahkan di dunia.

    Pada 1945, sejumlah tokoh dan pelaut-pelaut veteran Indonesia yang pernah bertugas di Koninklijke Marine (AL Kerajaan Belanda) dan Kaigun (AL penjajah Jepang), ikut berperan dalam melahirkan Badan Keamanan Rakyat (BKR) Laut yang kini disebut TNI AL. Sejumlah pelaut veteran itu antara lain R.E Martadinata, M. Nazir dan Mas Pardi.

    Korps Marinir dengan mudah dikenali dari warna baret ungu. Warna tersebut terinspirasi dari warna bunga Bougenville yang selalu gugur sebelum layu.

    BACA JUGA: Kematian Keluarga di Kalideres Diduga keyakinan Apokaliptik, Apa itu?

    “Hal ini melambangkan pengabdian Korps Marinir yang selalu siap berkorban jiwa raga, demi keutuhan dan kejayaan NKRI,” demikian yang dikutip dari laman Marinir TNI AL, seperti dilansir IDN.

    Marinir memiliki semboyan “Jalesu Bhumyamca Jayamahe”, yang artinya “di laut dan darat kita jaya”.

    Keberadaan Marinir secara khusus terbentuk pada 15 November 1945 di Pangkalan IV Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) Tegal. Para pelaut senior Indonesia yang merupakan anggota ALRI, dilatih untuk bisa bertempur di darat dalam keadaan darurat.

    Korps Marinir memiliki fungsi pasukan pendarat yang menyerang dari laut ke darat. Mereka dibekali beberapa pelatihan militer lintas matra, untuk menunjang penugasan khusus.

    Lalu, mengapa Korps Marinir TNI AL kerap dijuluki si Hantu Laut?

    Dikutip dari situs Marinir pada Selasa (15/11/2022), sebelum bernama Korps Marinir, pasukan khusus dengan baret ungu itu bernama Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL).

    Hal itu sesuai Surat Keputusan Menteri Pertahanan Nomor: A/565/1948 yang diteken pada 9 Oktober 1948. Isi SK tersebut yakni semua Korps Komando di dalam AL dilebur menjadi KKO AL.

    Berbagai palagan pertempuran pun telah banyak dilalui korps baret ungu tersebut. Dua di antaranya, Operasi Trikora dan Operasi Dwikora. Pasukan Marinir TNI AL juga menjalani operasi pembebasan Kapal MV Sinar Kudus yang dibajak di perairan Somalia pada 2011.

    Kehebatan dan ketangguhan Marinir dalam menyelesaikan operasi, baik di dalam maupun di luar negeri membuat Korps Baret Ungu ini dijuluki sebagai Hantu Laut.

    Misi lainnya yang pernah dilakukan dua prajurit KKO hingga tersohor di dunia internasional yakni ketika Sersan Dua Usman Janatin dan Kopral Dua Harun Thohir bin Mandar, berhasil melancarkan serangan komando dan meledakkan Gedung Bank MacDonald House di Orchard Road, Singapura, pada 1965.

    Ledakan itu menyebabkan dua orang tewas di tempat yaitu Elizabeth (Suzie) Choo, dan Juliet Goh. Korban meninggal bertambah usai seorang sopir yang mengalami koma selama beberapa hari, Mohammed Yasin bin Kesit ikut mengembuskan nafas terakhir. Selain itu, 33 orang dinyatakan terluka akibat insiden ini.

    Tiga hari berselang pascakejadian, Usman dan Harun ditangkap. Keduanya dituduh melakukan pengeboman tersebut, selepas masuk Singapura dengan menyamar.

    Masing-masing meletakkan bahan peledak di tangga lantai mezzanine, dekat area lift. Setelah memasang pewaktu, mereka pergi menggunakan bus meninggalkan bangunan sekitar pukul 15.00.

    Tindakan itu mereka lakukan atas nama negara. Kala itu, pemerintah Indonesia di bawah pimpinan Sukarno, menentang penggabungan Federasi Tanah Melayu, Singapura, Brunei, Serawak, dan Sabah ke dalam satu Malaysia.

    Keduanya pada 20 Oktober 1965 divonis bersalah atas kasus pengeboman MacDonald House, yang menewaskan tiga orang tersebut. Usman dan Harun divonis hukuman mati.

    Bahkan, Singapura sempat protes kepada Indonesia pada 2014, ketika salah satu kapal perang milik TNI AL dinamakan Usman-Harun (359).

    Tidak sembarang prajurit bisa mengikuti pendidikan dan menjadi pasukan Marinir. Mereka harus memiliki mental sekuat baja untuk bergabung di Korps Marinir TNI AL. Salah satunya materi tahap hutan.

    Tidak sembarang prajurit bisa mengikuti pendidikan dan menjadi pasukan Marinir. Mereka harus memiliki mental sekuat baja untuk bergabung di Korps Marinir TNI AL. Salah satunya materi tahap hutan.

    Salah satu pelatih yang turut membekali materi tahap hutan ini adalah Koptu Mar Ahmad Kurdiyanto dari Puslatpurmar 5 Baluran. Ia mengatakan dalam tahap hutan, para siswa Dikko akan menerima materi menembak reaksi, penyeberangan sungai, pengepungan dan penggeledahan rumah (Pungdahma).

    Siswa Dikko juga diberi pelatihan patroli pengadangan, patroli penyelidik, patroli tempur, penculikan, perang kota, sabotase, harbouring, jungle survival dan raid.

    “Materi tahap hutan diberikan untuk membekali kemampuan siswa, baik perorangan maupun kelompok untuk mampu melaksanakan operasi di daerah pertempuran yang cukup sulit, dan hanya mampu dilaksanakan oleh prajurit yang mempunyai kemampuan khusus dan terlatih dengan baik,”ujar Ahmad dikutip Dinas Penerangan Marinir TNI AL pada 2021.

    “Salah satu tugas pokok prajurit Marinir adalah mencari, menemukan dan menghancurkan musuh,” kata pria yang sudah memiliki kualifikasi pelatih komando marinir tersebut.

    (Agung)

    Berita Terbaru

    spot_img