spot_img
Kamis 2 Mei 2024
spot_img
More

    Bocah SD di Tasikmalaya Meninggal Usai Dipaksa Setubuhi Kucing

    TASIKMALAYA,FOKUSJabar.id: Seorang bocah lelaki berusia 11 tahun di Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat meninggal dunia karena dirundung anak-anak seusianya.

    Bocah tersebut dipaksa bersetubuh dengan kucing sambil direkam dengan ponsel.

    Rekaman perundungan tersebut tersebar. Bocah tersebut  mengalami depresi sehingga tidak mau makan dan minum.

    Kedua orangtua korban menceritakan bahwa anaknya sakit keras seminggu sebelum meninggal.

    Mengeluh sakit tenggorokan sehingga membuatnya tidak berselera untuk makan dan minum. Selain itu, korban juga sering banyak melamun.

    Tidak menyangka anaknya mengalami perundungan. Korban hanya mengaku sakit tenggorokan. Bahkan, sempat muntah ketika diberi minum air putih.

    Baca Juga: Perampok Disdikbud Tasikmalaya Tertangkap Di Bali

    “Anak kami mengaku sakit tenggorokan saja sesaat setelah meminum air putih dimuntahkan lagi. Kami bawa ke rumah sakit, tapi meinggal dunia,” terang Ibu korban, seperti dilansir detikjabar, Rabu (20/7/22).

    Ibu korban menyaksikan video perundungan terhadap anaknya tersebut. Ketika ditanyakan kepada anaknya, kenapa mau melakukan hal tersebut. Korban hanya menjawab bahwa ia dipaksa dan akan dipukul apabila tidak melakukannya.

    “Anak saya sering mengaku dipukul oleh temannya. Tapi mungkin candaan. Anak saya mainnya jauh, Pak. Saya kan ada anak empat jadi susah untuk mengawasi semuanya. Saya juga hancur, setelah melihat video tersebut,” ujar Ibu korban.

    Ketua KPAI Kabupaten Tasikmalaya Ato Rinanto menerangkan video perundungan tersebut diketahui setelah terebar di media sosial. Video tersebut memperlihatkan bahwa korban dipaksa untuk menyetubuhi kucing oleh sejumlah orang.

    “Jadi ananda ini usianya 11 tahun kelas enam SD dia mengalami dugaan perundungan, sampai murung dan depresi sehingga akhirnya meninggal dunia. Bentuk perundungannya adegan tidak senonoh. Korban dipaksa dan diancam teman sebayanya,” terang Ato Rianto.

    “Kami melihat keluarga masih belum stabil kondisi psikisnya karenanya kami tawarkan pendampingan danpemulihan psikologisnya, edukasi dan juga mungkin proses hukumnya,” ujan Ato.

    Usai korban meninggal, keluarga korban pelaku langsung menuju kediaman korban dan memohon maaf sebesar-besarnya.

    Keluarga korban mengaku telah ikhlas namun menuntut agar pelaku tidak melakukan perundungan lagi ke anak-anak lain.

    (Erwin)

    Berita Terbaru

    spot_img