spot_img
Sabtu 18 Mei 2024
spot_img
More

    Mantan Presiden IWF Diduga Korupsi dan Tutupi 40 Kasus Doping

    BUDAPEST, FOKUSJabar.id: Federasi Angkat Besi Internasional (IWF) ditemukan telah melakukan kasus korupsi dan puluhan tes obat doping yang ditutup-tutupi. Hal ini terungkap setelah dilakukan investigasi di organisasi yang bermarkas di Budapest, Hungaria ini.

    Investigator utama, Richard McLaren mengatakan penyelidikan dilakukan terhadap IWF di bawah kepemimpinan Tamas Ajan. Investigasi menemukan jutaan dollar uang hilang dan 40 kasus doping positif yang ditutup-tutupi.

    McLaren menuduh Ajan memiliki gaya kepemimpinan ‘otokratis, otoriter’ yang mengakibatkan pengawasan badan pengelola olahraga itu ‘tidak berfungsi, tidak efektif’.

    Laporan mengatakan, Ajan telah menggunakan ‘tirani uang tunai’ untuk mengendalikan IWF saat kepemimpinannya selama puluhan tahun. Pria berusia 81 tahun asal Hungaria tersebut langsung mengantongi uang denda doping dan secara teratur menarik sejumlah besar uang dari kas organisasi yang nilainya masih belum terhitung.

    BACA JUGA: Fans Lempari Bus Benfica Usai Laga, Dua Pemain Terluka 

    “Sama sekali tidak mungkin untuk menentukan berapa banyak uang tunai yang dikumpulkan atau ditarik digunakan untuk pengeluaran yang sah,” tulis ringkasan laporan penyelidikan eksekutif seperti dilansir AFP.

    Laporan tersebut pun menyebut sekitar 10,4 juta dollar atau sekitar Rp143,8 milyar hilang.

    “Semua orang berada dalam ketidaktahuan mengenai keuangan melalui penggunaan rekening bank tersembunyi. Sebagian uang tunai diperhitungkan, sebagian tidak,” tambah peneliti utama dalam skandal doping Rusia pada 2015 ini.

    McLaren mengatakan penyelidikan pun menemukan 40 kasus narkoba positif yang terkubur dalam catatan IWF.

    “Ini termasuk peraih medali emas dan perak yang belum ditangani sampelnya. Informasi ini telah diteruskan ke WADA untuk penyelidikan lebih lanjut,” tegasnya mengutip ‘budaya doping’ yang ada dalam angkat besi.

    Selain penyimpangan keuangan dan doping, laporan McLaren juga mengungkap korupsi dalam proses pengangkatan pengurus IWF.

    “Dua Kongres Pemilu terbaru merajalela dengan pembelian suara untuk Presiden dan posisi senior Dewan Eksekutif,” tuturnya.

    Komite Olimpiade Internasional (IOC) menggambarkan temuan penyelidikan McLaren sebagai hal yang ‘sangat memprihatinkan’.

    “IOC akan mendukung upaya IWF dan presiden sementara untuk secara mendasar mereformasi tata kelola dan manajemennya,” tulis pernyataan IOC.

    Kepala Badan Anti-Doping Amerika Serikat Travis Tygart mengatakan, skandal itu menyoroti kelemahan struktural Badan Anti-Doping Dunia di mana Ajan menjabat sebagai anggota dewan.

    “Sudah waktunya untuk reformasi nyata di WADA. Reformasi yang mengganti rubah dari tugas menjaga kandang ayam,” sindir Tygart.

    iwf
    Mantan Presiden IWF, Tamas Ajan. (FOTO: NET)

    Ajan mengundurkan diri sebagai Presiden IWF pada bulan April menyusul tuduhan korupsi yang dibuat dalam film dokumenter ‘Lord of the Lifters’ yang disiarkan outlet Jerman ARD awal tahun ini.

    Film dokumenter itu menuduh ‘budaya korupsi’ telah dibangun dalam cabang olahraga Olimpiade dengan atlet angkat besi terkemuka jarang dikenakan tes narkoba dan uang tunai diambil pengontrol doping untuk menerima sampel urin yang dimanipulasi.

    Ajan (81) sendiri telah berada di IWF sejak 1976. 24 tahun sebagai sekretaris jenderal dan 20 tahun terakhir sebagai presiden.

    Ajan pun dengan tegas membantah tuduhan tersebut dan mengaku telah menjadi korban ‘serangan tidak adil’ ARD.

    “Film ini benar-benar menghancurkan hidup saya dan 50 tahun pekerjaan saya. Sebagian besar pekerjaan saya adalah tentang pencegahan doping,” tegas Ajan.

    Namun laporan McLaren yang diterbitkan Kamis (4/6/2020), melukis potret pedas kepemimpinan Ajan. Pejabat Hungaria dikatakan telah mengasah ‘teknik manajemen otoriter’ selama era Perang Dingin ketika negara-negara Blok Timur mendominasi angkat besi.

    Laporan investigasi IWF pun mengatakan, Ajan telah mempertahankan cengkeramannya pada federasi anggota olahraga melalui ‘perlindungan, penghargaan dan hukuman’.

    “Ajan menjalankan IWF seolah-olah itu adalah wilayah pribadinya atau perusahaan swasta di mana dia memiliki kendali mutlak. Ajan mengendalikan semua penarikan dan penyetoran ke dalam rekening bank utama federasi,” pungkas laporan tersebut.

    Laporan pun merinci sejarah praktik akuntansi yang lemah. Tercatat hingga tahun 2009, pekerjaan komite audit internal IWF (IAC) telah melenceng.

    (ars/ant)

    Berita Terbaru

    spot_img