spot_img
Senin 20 Mei 2024
spot_img
More

    COVID-19 Buka Peluang Generasi yang Hilang

    JAKARTA, FOKUSJabar.id: Pandemi Covid-19 yang sudah melanda dalam lima bulan terakhir ini berpeluang memunculkan hilangnya satu generasi. Hal tersebut diungkapkan Dekan Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadyah Prof Dr Hamka (Uhamka). Dr Desvian Bandarsyah MPd.

    “Peluang generasi yang hilang dalam situasi pandemi COVID-19 cukup terbuka. Kalau kita lihat pertumbuhan ekonomi yang terkoreksi hingga 2,5 persen lebih dan diperkirakan angka moderate satu persen serta konservatif itu bahkan minus,” ujar Desvian dalam webinar ‘Wajah Baru PAUD di Indonesia Pasca Pandemi COVID-19 : Sinergi Sekolah dan Keluarga’ yang digelar PG PAUD Uhamka di Jakarta, Sabtu (16/5/2020).

    Desvian menambahkan, rendahnya pertumbuhan ekonomi memiliki dampak pada daya beli masyarakat yang semakin melemah karena pengangguran meningkat dan akses pendidikan pun ikut melemah.

    “Peluang terjadinya generasi yang hilang itu terbuka. Seperti yang terjadi pada rentang 1997 dan 1998 saat terjadinya krisis ekonomi,” tambahnya.

    BACA JUGA: Warga di Ciamis Kurang Disiplin Ikuti Aturan PSBB

    Daya beli masyarakat yang melemah, lanjutnya, membuat kemampuan masyarakat mengakses pendidikan serta membeli kebutuhan pokok yang bergizi semakin turun. Terutama pada kelompok masyarakat menengah ke bawah.

    “Mereka akan kesulitan membelikan pangan yang bergizi untuk anak mereka yang berusia nol sampai enam tahun. Kalau dari sisi gizi tidak bisa terpenuhi dan akses pendidikan tidak terjangkau, peluang generasi yang hilang itu semakin terbuka,” terangnya.

    Karena itu, dia meminta para pemangku kepentingan baik pemerintah maupun swasta untuk memperhatikan dampak pandemi COVID-19 tersebut. Jika kondisi saat ini terus dibiarkan, maka akan berdampak pada bonus demografi di 100 tahun Indonesia merdeka atau 2045.

    “Kalau tidak diiringi dengan kemampuan mengakses pendidikan serta kemampuan pemerintah dalam pemerataan pendidikan, ini akan menjadi masalah ke depannya,” tuturnya.

    Dia menambahkan berdasarkan sejumlah lembaga dunia, Indonesia memiliki peluang tumbuh besar pada 2030. Namun semua itu harus ditopang dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan sumber daya manusia yang baik serta infrastruktur mumpuni.

    Selain itu, pendidikan pun perlu mengarah pada tren yang berkembang pada masa depan dengan teguh berpijak pada nilai dan cita-cita tradisional yang luhur dari pendidikan serta menjadikan manusia yang berakhlak mulia.

    Sebelumnya, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) pun memprediksi peluang hilangnya generasi akibar pandemi Covid-19. PAPDI sendiri sudah melakukan kajian terhadap kondisi wabah Corona COVID-19 yang tengah melanda dunia, terutama Indonesia.

    Berdasarkan kajian tersebut, PAPDI menuturkan, jika teori herd immunity diterapkan di Indonesia, populasi yang berisiko terinfeksi COVID-19 akan berjumlah fantastis. Herd immunity akan berdampak pada kematian massal kelompok usia produktif hingga hilangnya sebuah generasi.

    Herd immunity atau juga dikenal dengan imunitas kawanan didefinisikan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sebagai situasi di mana proporsi populasi yang cukup kebal terhadap penyakit menular (melalui vaksinasi dan atau antibodi dari infeksi sebelumnya) membuat penyebarannya dari orang ke orang menjadi lambat bahkan bisa berhenti. Artinya, di mana ada suatu kekebalan kawanan atau herd immunity yang berasal dari vaksinasi atau yang sudah terinfeksi dan dapat sembuh, akan lebih sedikit orang yang bisa terinfeksi, karena penyebaran virus dari orang ke orang cukup sulit.

    (ars/ant)

    Berita Terbaru

    spot_img