spot_img
Senin 20 Mei 2024
spot_img
More

    Dilema Warga Pangandaran Yang Berada Diperantauan

    PANGANDARAN,FOKUSJabar.id: Sebagian warga Kabupaten Pangandaran yang saat ini masih berada diperantauan mengaku dilema antara mudik dan memilih bertahan diperantauan selama pandemi COVID – 19. Jika mudik mereka pun harus menjalani karantina yang sudah disiapkan oleh pihak desa setempat dan jika tidak mereka juga harus bertahan hidup selama diperantauan. 

    Salah satu warga Desa Karangsari Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran Jawa Barat Solihudin memilih tidak pulang ke kampung halaman. Dia mengaku enggan jika pulang kampung nantinya itu harus  menjalani karantina mandiri yang sudah disiapkan oleh pihak desa setempat.

    “Kalau saya sih memilih disini saja. Males, pulang juga kan harus dikarantina dulu di sekolah,” katanya.

    Solihudin mengaku miris, dengan kondisi dan fasilitas yang disediakan untuk karantina mandiri. Seharusnya kata dia, pemerintah itu memikirkan dulu soal fasilitas yang digunakan untuk karantina para pemudik. Jika benar para pemudik yang di karantina itu tidurnya hanya beralaskan tikar dan karpet dikhawatirkan malah timbul permasalah baru.

    BACA JUGA: Pemudik Pangandaran Yang Dikarantina Sudah diberi Kasur dan Uang

    “Harus dipikirkan dulu terutama soal fasilitas. Jangan hanya menyiapkan tempat saja dan tidak memikirkan efeknya jika tidur hanya beralaskan tikar,” ucapnya.

    Warga Kabupaten Pangandaran lainnya yang berada diperantauan Lalan mengatakan, belum bisa memastikan apakah akan mudik ke kampung halaman atau tidak. Dia mengaku, sampai saat ini masih bekerja. Yang menjadi persoalan bagi dirinya ketika pulang ke rumah nanti harus menjalani karantina di sekolah yang disiapkan pihak desa.

    “Belum tahu, masih bingung. Kalau saya sih masih bekerja. Tapi kalau pulang harus dikarantina di sekolah itu yang malesnya,” tuturnya.

    Menurut Lalan, apa yang dilakukan oleh Pemkab Pangandaran memutus mata rantai penyebaran COVID- 19 memang sangat bagus. Akan tetapi disisi lain fasilitas yang diberikan oleh pemerintah juga itu harus dipikirkan. Jangan sampai karena  menjalani karantina selama 14 hari dengan fasilitas seadanya bahkan hanya menggunakan tikar untuk alas tidurnya malah mengalami sakit.

    “Kalau mendengar untuk tidur saja hanya beralaskan tikar itu kan miris sekali,” pungkasnya.

    (AGUS/As)

    Berita Terbaru

    spot_img