Jumat 13 Desember 2024

TPBIS, Solusi dari Perpusnas dalam Pemulihan Ekonomi pasca Pandemi

BANDUNG,FOKUSJabar.id: Transformasi perpustakaan sebagai ruang publik serta peningkatan kualitas fasilitas layanan menjadi hal yang diperlukan dalam upaya mencapai target peningkatan literasi masyarakat. Salah satu langkah nyata yakni melalui program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) yang sudah berjalan selama empat tahun.

Melalui program TPBIS, mampu menjadikan perpustakaan sebagai pusat pengetahuan, wahana belajar, melahirkan inovasi dan kreativitas masyarakat. Bahkan mendorong pemulihan ekonomi pasca Pandemi Covid-19.

Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI, Muhammad Syarif Bando mengatakan, program TPBIS ini menyasar masyarakat yang termarjinalkan seperti masyarakat di daerah kumuh, masyarakat di daerah miskin, petani kecil, petambak kecil, buruh, pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), sampai ibu-ibu rumah tangga. Melalui program TPBIS, masyarakat diberi pelatihan untuk meningkatkan skill melalui buku-buku terapan yang ada di perpustakaan.

“Tujuan diluncurkannya TPBIS untuk menyelesaikan masalah diawali dari akar rumput. Sebab, ciri-ciri negara maju salah satunya mampu memberikan solusi dari permasalahan di tingkat paling bawah. Ini tidak relevan melekat pada siapapun yang berposisi sebagai penyelenggara negara. Jadi, memang harus inklusif. Jika dahulu perpustakaan tradisional hanya mengumpulkan buku, dan menunggu masyarakat membaca, namun kini sudah berubah,” kata Syarif pada talkshow dengan tema “TPBIS Solusi Cerdas Pemulihan Ekonomi pasca Pandemi”, Kamis (13/4/2023).

Abad ke-18 perpustakaan menjadi simbol bagi para bangsawan dan penguasa. Maka perpustakaan di era modern, lanjut Syarif, adalah bagaimana caranya bisa menjangkau masyarakat dan yang paling fundamental adalah tentang bagaimana menumbuhkan budaya baca.

“Jangan mengajak membaca kepada orang yang sedang lapar. Tapi, harus punya strategi bagaimana untuk melirik buku yang ada solusi jalan keluar dari masalah ekonomi, khususnya saat pandemi,” Syarif menjelaskan.

Dalam pelaksanaan program TPBIS ini, kata Syarif, pihaknya tidak memandu masyarakat untuk memilih keahlian tertentu. Perpustakaan justru menyesuaikan dengan pilihan ekonomi masyarakat yang dikehendaki sesuai dengan potensi yang ada.

“Kami akan berkontribusi untuk mengoptimalkan dengan seluruh kemampuan untuk memfasilitasi sumber informasi yang relevan,” dia menambahkan.

Untuk mekanisme TPBIS, Syarif mengatakan, Perpusnas membuka ruang kepada pemerintah daerah mulai dari rukun tetangga (RT), rukun warga (RW), kepala desa/lurah hingga ke kepala daerah. TPBIS yang dijalankan di perpustakaan tingkat provinsi, kabupaten/kota, hingga desa/kelurahan dinilai efektif dan manfaatnya dirasakan masyarakat.

“TPBIS merupakan pendekatan pelayanan perpustakaan yang berkomitmen meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat pengguna perpustakaan. Seperti pesan Bung Karno, berdiri di atas kaki sendiri, diawali dari imajinasi dengan membaca buku (terapan),” kata Kepala Perpusnas.

Menurut Syarif, pelatihan dan peningkatan skill untuk masyarakat termarjinalkan ini sangat penting. Sebab, mereka selama ini miskin karena empat hal.

Pertama, penguasaan ilmu pengetahuan yang kurang. Kedua, inovasi dan kreativitas yang minim. Ketiga, akses terhadap permodalan yang kurang. Keempat adalah kultur masyarakat yang lebih banyak bertutur dibanding membaca.

Dilaksanakan sejak 2018, program TPBIS telah melakukan pendampingan ke 34 provinsi dan telah menyentuh lebih dari dua juta penerima manfaat dari target awal sebanyak 100 ribu orang. Hal ini menunjukkan animo masyarakat yang besar dan sudah banyak masyarakat yang merasakan manfaat positif program ini dalam upaya meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan.

TPBIS pun dinilai mampu menjadi penyelamat bagi jutaan orang yang mengikutim program ini di saat masa Pandemi Covid-19. Telah banyak orang yang beralih profesi, bahkan meningkatkan skill mereka, dan bangkit dari keterpurukan ekonomi.

“Perpusnas menargetkan mininal satu juta content creator dari seluruh Indonesia. Jadi kami tidak menciptakan aplikasi khusus, tapi fokus membangun jaringan. Kami akan mengajak seluruh stakeholder, khususnya pemerintah agar berbagi sehingga program TPBIS bukan hanya menjangkau 1.000 hingga 2.000 orang saja tapi lebih dari itu. Untuk biaya hampir nggak ada, karena belajar dilakukan dari rumah. Tapi bagaimana melihat potensi yang dikembangkan pasar. Kami juga menggalang kerjasama dengan sejumlah startup agar memberikan pelatihan jika ingin masuk pasar online,,” Syarif memaparkan.

BACA JUGA: Tiga Ruas Tol Baru Siap Dilalui Pemudik

fokusjabar.id TPBIS Perpusatakaan
(FOTO: Istimewa)

Anggota Komisi X DPR RI, Putra Nababan menyambut antusias, mendukung, dan mengapresiasi program terobosan Perpusnas melalui TPBIS. Dia menilai, apa yang dilakukan Perpusnas melalui program TPBIS ini sudah melebihi tugas serta tanggung jawab yang semestinya.

“Perpusnas langsung jemput bola dan programnya memang kena betul ke masyarakat. Sudah berjalan sejak 2018, ini perlu adjustment sana sini dan komitmen besar pemerintah,” kata Putra Nababan.

Dia menambahkan, hadirnya Perpusnas bukan hanya mengajarkan teknis. Namun bagaimana mengembangkan diri sesuai dengan minat dan bakat.

“Banyak hal ditawarkan kalau sudah masuk buku, daya imajinasi kemudian berkembang juga,” Putra Nababan menambahkan.

Untuk itu, terobosan yang dilakukan Perpusnas harus mendapatkan dukungan penuh dari sisi anggaran. Sebab, TPBIS harus jadi program prioritas karena langsung menyentuh ke masyarakat.

Secara sadar maupun tidak, lanjut dia, program ini mampu mengajak masyarakat gemar membaca, memperbaiki hidup, menemukan tujuan, dan memperbaiki skill. Dari program TPBIS, masyarakat mendapatkan pelatihan untuk mengembangkan kemampuannya menjadi mata pencaharian.

“Dengan membaca, bisa mengembangkan diri. Membaca pula akan mengubah dan memperbaiki penghasilan. Ketika sudah kolaborasi dan berani keluar, kementerian akan menyambut,” dia menegaskan.

(Ageng)

Berita Terbaru

spot_img