PANGANDARAN,FOKUSJabar.id: Belakangan ini, fenomena terkait minyak goreng bermerek ‘Minyak Kita’ menjadi perbincangan hangat. Pasalnya, sejumlah kemasan yang seharusnya berisi 1 liter ditemukan hanya berisi sekitar 700-800 mililiter.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perdagangan dan Koperasi (Disdagkop) UMKM Kabupaten Pangandaran, Sufendi, mengaku telah melakukan investigasi langsung ke pasar.
Baca Juga: Harga Cabai dan Telur di Pangandaran Mulai Menurun, Stok Sembako Jelang Lebaran Dipastikan Aman
“Hari ini saya melakukan pengecekan ke pasar, salah satunya dengan menguji produk dari produsen Wilmar. Hasil pengecekan menunjukkan bahwa isi kemasan masih dalam batas wajar,” ujar Sufendi saat ditemui di kantornya di Parigi, Pangandaran, Selasa (11/3/2025).
Meski demikian, Sufendi berencana untuk melakukan pengecekan lebih lanjut terhadap produk dari produsen lain. Sebab, berdasarkan informasi yang beredar, kemasan ‘Minyak Kita’ yang menjadi sorotan bukan berasal dari produsen Wilmar.
“Karena hari ini kami hanya menemukan produk dari Wilmar, besok kami akan lanjutkan pengecekan ke produsen lainnya,” tambahnya.
Selain itu, Sufendi mengungkapkan bahwa di wilayah Kabupaten Pangandaran, minyak goreng bermerek ‘Minyak Kita’ terbilang langka. Menurutnya, permintaan terhadap produk ini di daerah tersebut memang tidak begitu tinggi.
“Pemasaran produk ‘Minyak Kita’ di Pangandaran masih minim. Saya juga sudah berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan, dan memang secara resmi belum ada distributor minyak ini di Pangandaran,” jelasnya.
Akibat kelangkaan ini, harga kemasan 1 liter ‘Minyak Kita’ di Pangandaran dijual di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).
“Tadi kami membeli dengan harga Rp17.500, sementara HET-nya adalah Rp15.500. Hal ini terjadi karena pedagang mendapat pasokan dari sales, bukan dari distributor resmi. Karena itu, saya berharap ke depan Pangandaran memiliki distributor resmi untuk minyak ini,” pungkasnya.
(Sajidin/Irfansyahriza)