spot_img
Jumat 26 April 2024
spot_img
More

    Kata Babe Ridwan Saidi Galuh Brutal, Inilah Tanggapan Raja Galuh Rd Hanif

    CIAMIS, FOKUSJabar.id: Pernyataan budayawan dan sejarahan asal Betawi Ridwan Saidi bahwa di Ciamis tidak ada kerajaan bahkan Babe saapan akrab Ridwan Saidi menyebut jika arti Galuh adalah brutal mengundang reaksi keras dari berbagai kalangan, termasuk Rd Rasich Hanif Radinal, keturunan Raja Galuh dan sempat dinobatkan sebagai Raja Galuh

    “Sebenarnya saya enggan berkomentar mengenai masalah ini saya akan rapat dulu kang, tapi kita tahan dulu jangan sampai ada reaksi. Pernyataan itu memprihatinkan dan tak bertanggungjawab ,” kata Rd Hanif,, Kamis (13/2/2020).

    Pihaknya merasa kecewa dengan pernyataan kontroversial itu karena akan memecah belah persatuan. Oleh karena itu pihaknya akan berkumpul dengan para sesepuh

    “Saya beranggapan statement-statement dari budayawan betawi itu menyesatkan, setiap ucapan perlu pertanggung jawaban,” kata putera dari mantan menteri masa orba itu.

    Namun dengan bijak Hanif  mengimbau masyarakat Ciamis untuk tenang atau tidak menanggapi pernyataan budayawan asal Betawi itu dengan emosi. Sebab Ridwan Saidi bukan kali ini saja memberikan pernyataan kontroversial.

    Olehj sebab itu masyarakat Tatar Galuh Ciamis dan Jawa Barat diminta sabar.

    Sejarah Kerajaan Galuh

    Mengutip  wikipedia.org,kKerajaan Galuh adalah suatu kerajaan Sunda di pulau Jawa, yang wilayahnya terletak antara Sungai Citarum di sebelah barat dan Sungai Ci Serayu juga Cipamali (Kali Brebes) di sebelah timur. Kerajaan ini adalah penerus dari kerajaan Kendan, bawahan Tarumanagara.

    Sejarah mengenai Kerajaan Galuh ada pada naskah kuno Carita Parahiyangan, suatu naskah berbahasa Sunda yang ditulis pada awal abad ke-16. Dalam naskah tersebut, cerita mengenai Kerajaan Galuh dimulai waktu Rahiyangta ri Medangjati yang menjadi raja resi selama lima belas tahun. Selanjutnya, kekuasaan ini diwariskan kepada putranya di Galuh yaitu Sang Wretikandayun.

    Saat Linggawarman, raja Tarumanagara yang berkuasa dari tahun 666 meninggal dunia pada tahun 669, kekuasaan Tarumanagara jatuh ke Sri Maharaja Tarusbawa, menantunya dari Sundapura, salah satu wilayah di bawah Tarumanagara. Karena Tarusbawa memindahkan kekuasaan Tarumanagara ke Sundapura, pihak Galuh, dipimpin oleh Wretikandayun (berkuasa dari tahun 612), memilih untuk berdiri sebagai kerajaan mandiri. Adapun untuk berbagi wilayah, Galuh dan Sunda sepakat menjadikan Sungai Citarum sebagai batasnya. (dar)

    Berita Terbaru

    spot_img