spot_img
Minggu 5 Mei 2024
spot_img
More

    Pemilik Naskah ‘Purnamasari: Silalatu Pajajaran’ Berharap UPI Lakukan Kajian Akademis

    BANDUNG, FOKUSJabar.id : Pagelaran dramatari ‘Purnamasari : Silalatu Pajajaran’ yang ditampilkan mahasiswa Departemen Pendidikan Seni Tari Fakultas Pendidikan Seni dan Desain (FPSD) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), diangkat dari salah satu sumber naskah karya Pantun Pajajaran Bogor/Kabuyutan Giri Tresna Wangi, Sukabumi, yang berjudul ‘Lalakon Pajajaran Seureun Papan’.

    Pewaris Pantun Pajajaran Bogor/Kabuyutan Giri Tresna Wangi, Edi Yusuf menuturkan, karya ini mengisahkan tentang seorang putri dari Prabu Nilakendra (salah satu raja Pajajaran) dari istri ketujuhnya yang bernama Purnamasari. Putri Purnamasari berjuang membela Kerajaan Pakuan Pajajaran yang digempur tiga kerajaan yaitu Kerajaan Cirebon, Demak dan Banten.

    Namun kerajaan Pajajaran yang saat itu dipimpin Raja Suryakancana (raja ketujuh Kerajaan Pajajaran), hancur lebur dan dibakar oleh ketiga kerajaan tersebut. Hancurnya Kerajaan Pajajaran tersebut sebagai akibat dari penghianatan seorang Majeta (Menteri Luar Negeri) Kerajaan Pajajaran, Jaya Antea yang membukakan lawang gintung (gerbang kerajaan) Pajajaran.

    Di akhir cerita, lanjutnya, putri Purnamasari terpaksa mengungsi ke daerah pesisir Cidadap, Pelabuhan Ratu dan mendirikan kerjaaan bersama pengikutnya. Dalam pengungsiannya, putri Purnamasari mengucap sumpah untuk memperjuangkan negara (Pajajaran) sampai titik penghabisan.

    Sumpah tersebut yakni salila aya kénéh anu maké ngaran Purnamasari, tah éta silalatu Pajajaran nu aya na jero harigu sakur mojang Sunda anu nyunda, dina sukma reujeung angen, baris tetep ruhay boga panas pikeun ngagebur hurung diwayahna (selama masih ada yang menggunakan nama Purnamasari, itu akan jadi cahaya bagi Pajajaran yang ada di dalam hati sanubari perempuan Sunda, akan tetap menyala sehingga akan menyala pada suatu saat nanti).

    ” Silalatu Pajajaran ini adalah identitas budaya Sunda original yang kemudian diangkat dalam seni teater saat ini. Jika ditelisik lebih dalam, kisah Purnamasari : Silalatu Pajajaran ini mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar sejarah Jawa Barat. Salah satunya kisah Gunung Padang,” ujar Edi Yusuf.

    Dengan adanya pagelaran dramatari yang diperankan mahasiswa UPI, Edi berharap kisah Purnamasari dan atau kisah Kerajaan Pajajaran secara umum bisa menjadi kajian ilmiah secara akademis kedepannya. Pasalnya, didalamnya terdapat terkandung warisan nuansa ke-pajajaran-an yang meliputi, sosial, budaya, agama dan lainnya.

    ” Banyak muatan lain soal Jawa Barat di balik pantun Silalatu Pajajaran ini. Ini adalah warisan untuk generasi sekarang dimana pada masa lalu orang tua kita membangkitkan sisi kepahlawanan, cinta tanah air dan lain sebagainya. Melalui pentas budaya ini kami harap identitas Sunda semakin terangkat terutama pantun Pajajaran ini. Jadi ini bukan sekadar pentas, tapi ini harus jadi pembelajaran bagaimana orang-orang jaman dulu berjuang dan harus diterapkan generasi saat ini,” tegasnya.

    Kepala Humas UPI yang juga sebagai Dosen di Departemen Pendidikan Seni Tari FPSD UPI, Yuliawan Kasmahidayat mengaku, pihaknya akan menjawab harapan Pewaris Pantun Pajajaran Bogor/Kabuyutan Giri Tresna Wangi untuk menjadikan kisah Purnamasari : Silalatu Pajajaran sebagai salah satu kajian ilmiah secara akademis. Pihaknya pun sudah memasukkan sejarah ke-sunda-an dalam sebuah pembelajaran akademis.

    “Misalnya mahasiswa S1, S2 dan S3 di Pendidikan Seni Tari menjadikan naskah ini sebagai bahan untuk skripsi, tesis atau disertasi. Saya sendiri sedang melakukan bimbingan terhadap mahasiswa yang menjadikan cerita Purnamasari : Silalatu Pajajaran ini sebagai sebuah penelitian skripsi. Artinya, ini perlu dianalisis secara akademis atau dikaji secara ilmiah,” pungkas Yuliawan.

    Pagelaran dramatari bertajuk ‘Purnamasari : Silalatu Pajajaran’ digelar sebanyak tiga kali pertunjukkan pada satu hari pagelaran, Senin (17/6/2019). Untuk satu kali pertunjukkan digelar sekitar dua jam. Sesi pertunjukkan pertama digelar pada pukul 09.30 WIB sampai 12.30 WIB, lalu sesi kedua pada pukul 14.00 WIB sampai 16.00 WIB, dan sesi terakhir pada 19.30 WIB sampai pukul 22.00 WIB.

    (ageng/bang)

    Berita Terbaru

    spot_img