BANDUNG, FOKUSJabar.id: Anggota Komisi V DPRD Jawa Barat Abdul Hadi Wijaya menyoroti pembangunan Dilan Corner yang digagas Gubernur Jabar Ridwan Kamil (Emil). Pembangunan monumen untuk sebuah film di area Gor Saparua itu dinilai bermuatan politis demi meraih simpati milenial dalam upaya pemenangan Jokowi-Ma’ruf di Pilpres 2019.
Emil memang didapuk sebagai dewan pengarah Tim Kampanye Daeah (TKD) Jokowi-Ma’ruf Jabar. Menurut dia, dalam upaya pemenangan jagoannya itu, tentu berbagai cara akan dilakukan termasuk melakukan kebijakan ‘nyeleneh’ salah satunya membangun Dilan Corner.
“Ini namanya sudah ada perbenturan budaya. Gubernur ternyata mencoba sedikit ‘nyeleneh’ dengan memberi jawaban bahasan milenial terhadap budaya (melalui pembangunan Dilan Corner),” kata Abdul Hadi di Bandung, Selasa (26/2/2019).
Pihaknya pun memandang bahwa pembangunan Dilan Corner tersebut sarat muatan politis. Menurut dia, pembangunan ‘monumen’ itu, sebagai upaya meraih simpati generasi milenial untuk keperluan politik Pilpres 2019.
“Tapi teman-teman politisi pasti Pak Gubernur sedang mencoba meraih simpati dan mengampanyekan kepada generasi muda. Ini sangat mudah dibaca arahya,” jelas dia.
Lebih lanjut Hadi mengingatkan agar Emil lebih fokus menjalankan tugas pokoknya sebagai gubernur. Jangan sampai melupakan tugas utamanya sebagai pejabat publik kerena mengutamakan kepentingan pemenangan Jokowi-Ma’ruf di Jabar.
“Sekarang banyak pertanyaan, kenapa gubernur sekarang (seperti ini). Okelah kampanye punya hak, tapi posisi sebagai gubernur harus lebih diprioritaskan. Di sini anggota dewan juga banyak omongan dan sangat menyayangkannya,” kata dia.
Penting atau tidaknya pembuatan Dilan Corner, menurut Hadi itu tidak terlalu penting. Namun yang jelas dirinya melihat pembuatan Dilan Corner itu kental dengan nuansa politik Pilpres saat ini.
Apalagi saat peresmian itu turut hadir Menteri Pariwisata Arief Yahya sebagai pembantu Presiden Joko Widodo yang saat ini sedang berupaya meraih simpati dari berbagai pihak. Menurut dia, sulit menjawab jika pembangunan Dilan Corner itu ke luar konteks politik.
Sementara itu, pengamat kebijakan publik dari Unpar Asep Warlan memandang ada unsur politik dalam pembangunan Dilan Corner. Terlebih Dilan ini digambarkan sebagai sososk milenial yang cukup mendapat perhatian generasi milenial.
“Karena Dilan ini sosok milenial, nah garapannya mendapat dukungan generasi milenial,” kata Asep.
Terlepas dari itu, Asep pun memandang pembangunan Dilan Corner terlalu berlebihan. Apalagi menurut dia, pembuatan ‘monumen’ itu tidak ada kaitannya dengan nilai budaya, sejarah bagi Jawa Barat.
“Penamaan sebuah bangunan, atau tempat itu ada tiga hal, yakni karena mendapat pengakuan, manfaat dan pertalian sejarah hari ini dan ke depan. Nah ini ketiganya menurut saya lemah. Manfaatnya juga apa, dan apa hubungan dengan sejarah. Jadi menurut saya agak lebay,” tegas dia.
(LIN)