spot_img
Sabtu 20 Desember 2025
spot_img
Beranda blog Halaman 6905

PMII Kota Banjar Peduli Bencana Gempa Lombok

0
(FOKUSJabar/Boip)

BANJAR, FOKUSJabar.id: Duka bencana gempa yang terjadi di Lombok, NTB mengundang keprihatinan mendalam. Gempa dahsyat 7 skala richter tersebut telah merenggut korban jiwa, bahkan banyak bangunan dan fasilitas lainnya rusak parah dan kini membutuhkan bantuan.

Berangkat dari kerpihatinan tersebut, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Banjar menggalang dana kemanusiaan korban bencana gempa Lombok. Diketahui penggalang dana ini serentak digelar seluruh Indonesia, dan hasilnya akan segera disalurkan pada korban bencana.

Ketua PMII Kota Banjar, Siroj menerengkan bahwa PB PMII mengintruksikan seluruh kepengurusan dari mulai PKC-PC se-nusantara untuk turun aksi galang dana Lombok. Intruksi tersebut direspon pula oleh PC PMII Kota Banjar bahwa bencana alam NTB adalah sebuah kesedihan mendalam.

“ Tentu ini duka mendalam bagi semua masyarakat Indonesia. Tentu sebagai wujud mengobati kesedihan itu kami turun jalan menggalang dana membantu korban bencana gempa Lombok,” kata dia, Selasa (07/08/2017).

Menurut dia, penggalangan dana ini akan dilakukan dalam 2 hari kedepan. Hasilnya nanti di kirim untuk korban bencana melalui posko yang sudah di dirikan oleh PMII.

“Kami berharap bantuan yang terkumpul nanti dari warga Banjar bisa membantu korban bencana luka mereka luka kita semua,” pungkasnya.

(Boip/Bam’s)

Usai Dikukuhkan, Dua Guru Besar FPOK Ini Diarak Naik Kuda Tunggang

0
(FOKUSJabar/Ageng)

BANDUNG, FOKUSJabar.id : Dua guru besar yang baru saja dikukuhkan dari Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) UPI yakni Yudha Munajat Saputra dan Herman Subarjah langsung didapuk untuk menaiki kuda yang sudah disiapkan, Bandung, Selasa (7/8/2018).

‎Seperti diketahui, UPI mengukuhkan sebanyak empat guru besar. Keempat guru besar tersebut berasal dari dua fakultas yakni FPOK dan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS).

Usai prosesi pengukuhan usai, keempat guru besar tersebut langsung disambut civitas akademika dari fakultas masing-masing. Mereka menyambut keempat guru besar dengan nyanyian dan beberapa atribut penyambutan lainnya.

“Minggir dong, minggir dong, minggir dong. Profesor FPOK mau lewat. Bajunya pake toga, profesor olahraga. Minggir dong, minggir dong, minggir dong,” nyanyian para mahasiswa FPOK menyambut dua guru besar terbaru mereka sessat keluar dari gedung Achmad Sanusi Kampus UPI, Jalan Setiabudi Kota Bandung, Selasa (7/8/2018).

Bahkan para mahasiswa FPOK pun sudah menyiapkan dua ekor kuda tunggang untuk membawa dua guru besar ke kampus FPOK UPI. Kedua guru besar pun langsung naik ke punggung kuda untuk menuju ke Kampud FPOK UPI diiringi para mahasiswa yang tak henti-henti menyanyikan nyanyian penyambutan.

Sementara dua guru besar asal FPIPS, disambut dengan alunan angklung oleh para mahasiswa FPIPS yang sudah menunggu sejak proses pengukuhan besar dilaksanakan. Kedua guru besar FPIPS, Didin Sarifudin dan Abas Asyafah berjalan kaki menuju kampus FPIPS yang hanya terhalang satu gedung dari lokasi pengukuha.

Keempat guru besar tersebut pun, disambut kembali oleh upacara penyambutan di masing-masing fakultas.

‎(ageng)

Tambah Guru Besar, UPI Incar Visi Leading and Outstanding University 2020

0
(FOKUSJabar/Ageng)

BANDUNG, FOKUSaJabar.co.id : Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) terus meningkatkan kualitas untuk mengejar visi sebagai Leading and Outstanding University di tahun 2020. Salah satunya dengan meningkatkan jumlah guru besar minimal 10 persen dari jumlah dosen di UPI atau sekitar 130 orang guru besar.

Kepala Biro Kepegawaian UPI, Sahroni‎ menuturkan, saat ini UPI memiliki sebanyak 110 orang guru besar di delapan fakultas dan dua sekolah. Jumlah tersebut, termasuk empat orang yang dikukuhkan sebagai guru besar pada Selasa (7/8/2018) ini serta empat orang yang akan dikukuhkan pada Rabu (8/8/2018) besok.

“Selain delapan dosen yang dikukuhkan sebagai guru besar pada hari ini dan besok, kita masih menunggu waktu pengukuhan bagi tujuh orang dosen lain yang sudah menerima SK. Delapan dosen yang dikukuhkan sebagai guru besar pada hari ini dan besok, merupakan pengajuan di tahun 2016 dan 2017,” ujar Sahroni saat ditemui di sela-sela Pengukuhan Guru Besar di lingkungan UPI di Gedung Achmad Sanusi Kampus UPI, Jalan Setiabudi Kota Bandung, Selasa (7/8/2018).

Selain itu, lanjutnya, UPI sendiri sedang melakukan proses pengajuan Guru Besar bagi sekitar 10 orang dosen.

“Kita masih menunggu penilaian bagi 10 dosen ini, apakah mereka disetujui sebagai guru besar atau tidak,” tambahnya.

Dari total 110 guru besar yang saat ini dimiliki UPI, lanjutnya, paling banyak berasal dari Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) dan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS). Sedangkan jumlah guru besar ‎paling rendah di Fakultas Pendidikan Seni dan Desain (FPSD).

(ageng)

Enam Atlet Paralimpik Jalan Kaki ke SUGBK untuk Protes, Ini Kata Ketua NPCI Pusat

0
Ketua Umum NPCI Pusat, Senny Marbun (kanan) didampingi Ketua Umum NPCI Jabar, Ukun Rukaendi (tengah) saat beraudiensi dengan pengurus NPCI Kota dan Kabupaten di Jabar. (FOKUSJbar/Ageng)

BANDUNG, FOKUSJabar.id : Ketua Umum National Paralympic Commitee Indonesia (NPCI) Pusat, Senny Marbun mengatakan Tidak terpilihnya atlet disabilitas sebagai bagian dari tim nasional Indonesia untuk Asean Para Games 2017 di Kuala Lumpur dan Asian Para Games 2018 di Jakarta, tidak ada hubungannya dengan ‘kontribusi’ yang tercantum di dalam AD/ART NPCI. Hal tersebut diungkapkan.

Senny menuturkan, dalam menentukan pantas atau tidak seorang atlet masuk dalam kerangka tim nasional NPC Indonesia ditetapkan melalui berbagai persyaratan. Selain mendapat rekomendasi secara berjenjang mulai dari kota/kabupaten setempat, provinsi, hingga ke tingkat pusat, terdapat juga persyaratan lain.

“Berdasarkan perhitungan NPCI, kenapa mereka tidak masuk ke peltnas bukan karena mereka dapat medali emas di Peparnas maka secara otomatis masuk dalam pelatnas. Kita sudah tahu limit yang harus dikalahkan nanti di Asian Para Games, apalagi mereka itu di cabang olahraga terukur seperti atletik. Kita tahu bagaimana kekuatan China, Korea, Jepang dan negara Asia lainnya, sementara kita sendiri dituntut pemerintah untuk menembus ranking tujuh besar,” ujar Senny saat ditemui di salah satu hotel di Kota Bandung, Senin (6/8/2018).

Senny menambahkan, dalam sebuah even internasional seperti Asian Para Games, atlet yang bertanding harus memenuhi MQS qatau Minimum Qualifying Score.

“Dan kalau gak ada limit, bagaimana mereka memiliki MQS dan mau bertanding. Ini kejuaraan internasional yang diikuti sekitar 43 negara, dan secara kebetulan, Indonesia menjadi tuan rumah. Karena itu, meski sebagai tuan rumah, kita tidak bisa menentukan atlet sesuka hati. Kita tetap harus mengikuti aturan yang sudah ditetapkan,” terangnya.

Senny menerangkan, tidak masuknya mereka dalam pelatnas Asian Para Games 2018 bukan soal kontribusi yang tidak dibayarkan oleh para atlet yang bgersangkutan.

“Jadi kontribusi dan raihan di ajang Peparnas bukan patokan masuk pelatnas. Kita ingin menjadikan seorang atlet menjadi pahlawan itu pun melihat dari sisi mentalitasnya. Dan mentalitas mereka pun sudah gak bener, jadi bagaimana pun juga kita gak mungkin adopt mereka. Apalagi limit minimum yang harus mereka capai itu tidak masuk,” tuturnya.

Meski demikian, Senny mengaku jika pihaknya akan tetap membuka pintu lebar-lebar untuk menerima mereka kembali masuk dalam NPCI.

“Jadi kalau limit mereka bagus di tahun depan, kenapa enggak kita adopt dan panggil mereka masuk pelatnas. Kita tetap terbuka karena kita akan cari orang terbaik untuk memenuhi ranking tujuh besar. Kita ini menggunakan uang rakyat dan kalau tidak kita gunakan untuk banggakan Indonesia, buat apa,” tegasnya.

Pihaknya pun menyayangkan dengan gerakan enam atlet disabilitas asal Jabar yang melakukan berbagai kegiatan karena tidak masuk dipanggil pelatnas Asian Para Games 2018.

“Kalau yang mengurus mereka hanya tahun terkait olahraga di tingkat RT dan RW, mana mengerti. Jadi pikirannya pun selalu ke uang sumbangan-sumbangan itu. Mereka itu merusak nama NPC, merusak nama dia sendiri, karena mereka itu orang disabilitas, orang difabel. Dengan aksi yang mereka lakukan, justru mau merusak rumah dan kendaraan mereka sendiri. Saya sangat menyesalkan dengan hal yang terjadi saat ini dan mereka mau mengikuti saran dari orang yang tidak bertanggungjawab untuk hal yang sangat tidak terpuji. Kita lihat saja apa yang akan terjadi besok, Selasa (7/8/2018). Saya punya keyakinan jika Pak Presiden punya pandangan sendiri karena Pak Presiden tahu NPCI itu seperti apa,” pungkasnya.

Seperti diketahui, enam atlet Paralimpik melakukan aksi jalan kaki dari stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) ke stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) untuk menggelar orasi protes terhadap dugaan tindak kesewenang-wenangan pengurus dan membentangkan spanduk protes terhadap kematian karier mereka sebagai atlet berprestasi. Keenam atlet tersebut menduga, tidak terpanggilnya mereka ke Pelatnas Asian Para Games 2018 meski meraoih medali emas di Peparnas XV 2016 sebagai buntut dari tidak menyetorkan 25 persen dari bonus yang mereka terima.

Keenam atlet tersebut pun akan mengembalikan medali emas yang mereka peroleh saat Peparnas XV tahun 2016 lalu. Mereka yakni Farid Surdin, Ganjar Jatnika, Asri, Junaedi, Elda Fahmi, dan Sony Satrio. Mereka berangkat dari stadion GBLA pada Sabtu (4/8/2018) lalu dan direncanakan tiba di SUGBK, Jakarta, pada Selasa (7/8/2018) besoak. Dalam satu hari, mereka akan menempuh jarak sejauh 50 kilometer.

(ageng)

Kadispora Jabar Dikukuhkan Sebagai Guru Besar Ilmu Pendidikan Keolahragaan UPI

0
Foto Ageng
BANDUNG, FOKUSJabar.id : Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Jawa Barat, Yudha Munajat Saputra dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Keolahragaan pada prosesi Pengukuhan Guru Besar di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang digelar di Gedung Achmad Sanusi Kampus UPI, Jalan Setiabudi Kota Bandung, Selasa (7/8/2018).
Pengukuhan sendiri dilakukan bagi Didin Saripudin sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Sosiologi Pendidikan, Herman Subarjah sebagi Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Olahraga, dan Abas Asyafah sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Agama Islam.
‎Pengukuhan Guru Besar bagi tiga profesor UPI tersebut, diputuskan melalui Surat Keputusan Menristek Dikti yang dibacakan Wakil Rektor II Bidang Sumber Daya, Keuangan dan Administrasi UPI, Edi Suryadi. Yudha Munajat Saputra sendiri dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Keolahragaan berdasarkan SK Menristek Dikti Nomor ‎101233/A2.3/KP/2016 tanggal 29 Desember 2016.
Dari empat orang yang dikukuhkan sebagai Guru Besar, Yudha mendapatkan kesempatan pertama menyampaikan orasi ilmiah. Dalam orasi ilmiahnya, Yudha mengangkat tema ‘Strategi Peningkatan Layanan Keolahragaan Melalui Pemberdayaan Sarjana Pendamping Penggerak Pembangunan Olahraga Menuju Jabar Sehat Tahun 2020’‎.
‎Yudha menuturkan, jumlah penduduk Jabar yang mencapai 48 juta merupakan modal dasar dalam pembangunan keolahragaan. Pembangunan olahraga Jabar sendiri merupakan asset bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat yang sehat jasmani, rohani dan sosial. Selain itu, bisa menumbuhkembangkan sikap masyarakat yang dinamis, sportif, dan kompetitif.
“Untuk mewujudkan itu semua, perlu upaya strategis yang didasarkan pada kebutuhan tuntutan dan dinamika masyarakat Jabar dalam konteks global. Bagaimana upaya membangun masyarakat yang memiliki ketahanan fisik dan mental yang sehat serta bugar dan berperilaku positif dalam mendorong pembangunan olahraga ‎yang berkualitas. Dan pemerintah harus menyediakan bentuk layanan kepada masyarakat agar pembangunan olahraga menjadi budaya masyarakat sehingga olahraga menjadi sebuah langkah preventif,” ujar Yudha dalam orasi ilmiahnya.
Pembangunan olahraga yang tepat dan menyentuh seluruh lapisan masyarakat, lanjutnya, menjadi salah satu aspek pertimbangan penting dalam pembangunan daerah yang harus bermuara pada ‎peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Sehingga sangat wajar jika pembangunan olahraga mendapat perhatian dari pemerintah karena manfaat dari kegiatan pembangunan olahraga bisa dirasakan langsung pemerintah maupun masyarakat.
“Persoalan yang terjadi yakni dari partisipasi‎ olahraga yang bersumber dari kurang intensifnya dorongan dan ajakan bagi masyarakat untuk berolahraga. Dan saat ini, tidak mudah mengharapkan hadirnya penggerak olahraga di masyarakat yang secara sukarela menyediakan waktu serta pikirannya sehingga kehadiran pemerintah sangat penting dalam membuat sebuah kebijakan pembangunan olahraga untuk meningkatkan partisipasi olahraga,” paparnya.
‎Untuk itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dispora Jabar telah mengangkat sebanyak 108 tenaga Sarjama Penggerak Pendamping Pembangunan Olahraga atau SP3OR yang didistribusikan ke 27 kota/kabupaten di Jabar sejak tahun 2017. Tujuan utama dari pemberdayaan SP3OR sendiri untuk mendorong atau memotivasi dan menggerakkan masyarakat Jabar untuk melaksanakan kegiatan olahraga atau menjadikan olahraga sebagai kebutuhan dan gaya hidup.
“Dengan kehadiran SP3OR ini diharapkan bisa meningkatkan Angka Partisipasi Masyarakat Jabar dalam Berolahraga atau APMO. Dan dalam jangka panjang, tenaga penggerak olahraga ini diharapkan bisa melekat ke dalam institusi pemerintah di tingkat pemerintah Kota dan Kabupaten melalui pembentukan Dinas Olahraga‎. Sehingga slogan ‘Memasyarakatkan Olahraga dan Mengolahragakan Masyarakat’ tidak hanya didengungkan, tapi juga dilengkapi dengan sumber daya pengelola maupun dukungan sarana prasarana,” pungkasnya.
(ageng/bam’s)

Realisasi Program Rutilahu Jabar Lampaui Target

0
Foto Humas

SUKABUMI, FOKUSJabar.id : Realisasi perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) di seluruh Jawa Barat hingga kini mencapai 178.500 unit. Jumlah tersebut melebihi target yang ditetapkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat, 100 ribu unit.

Foto Humas Pemprov Jabar

Salah satunya, daerah yang mendapat bantuan program Rutilahu yaitu Desa Cimaja, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi. Di desa tersebut sebanyak 18 rumah telah diperbaiki oleh program yang dananya bersumber dari anggaran pemerintah dan CSR.

Salah seorang warga desa Cimaja, Dudum, mengaku senang, rumahnya yang telah dihuninya bertahun-tahun bersama istri dan 3 orang anaknya, kini sudah layak untuk ditinggali.

“Abdi bungah kenging bantosan Rutilahu (Saya senang mendapat bantuan Rutilahu),” kata Dudum yang sehari-harinya berjualan es.

Sebelumnya, peresmian perbaikan Rutilahu di desa Cimaja dilakukan oleh Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat, Mochamad Iriawan di sela kunjungan kerjanya ke wilayah Jabar selatan, Rabu (01/08/2018) lalu.

Iriawan mengatakan, program Rutilahu akan terus ditingkatkan setiap tahunnya sebagai salah satu upaya menurunkan angka kemiskinan.

” Yang jelas kita perlu meningkatkan kembali bantuan karena masih terdapat warga yang hidup dibawah garis kemiskinan. Tadi saja ada yang satu rumah sampai tiga keluarga, dapur, kamar mandi, semua disitu,” kata Iriawan.

Usai peresmian, Iriawan didampingi Wakil Bupati Sukabumi dan pejabat terkait melakukan pertemuan dan diskusi dengan warga Cimaja di aula kantor desa. Pertemuan itu dimanfaatkan warga untuk menyampaikan aspirasi dan keluhan langsung yang diantaranya menyangkut program jaminan kesehatan. Menanggapi hal itu, Iriawan memerintahkan pejabat terkaitnya untuk langsung menanggapi dan memenuhi keinginan warga.

“Sudah saya arahkan dan agar langsung ditindak lanjuti oleh pejabat terkait setiap keluhan warga,” ujar Iriawan.

Diakhir pertemuan, Iriawan menyerahkan bantuan beras bagi warga Cimaja yang dihuni oleh 1700 kepala keluarga yang mayoritas bermata pencaharian nelayan dan petani.

Dalam kunjungan kerjanya ke Jabar selatan, Iriawan mengunjungi sejumlah daerah di pesisir pantai selatan. Diantaranya, di wilayah Sukabumi, Cianjur dan Garut. Kunjungan rutinnya tersebut dilakukannya melihat masih ada ketimpangan antara daerah utara dan selatan.

Walau demikian, dari segi infrastruktur, wilayah Jabar selatan kini sudah lebih baik. Seperti terlihat dari mulusnya jalan sepanjang 406 Km yang membentang dari Pangandaran hingga Cibareno. Keunggulan yang dimiliki wilayah selatan Jabar adalah potensi kepariwisataan dan alam yang subur.

“Setelah ini kita akan rapat teknis dengan OPD terkait atas apa yang kita temukan dalam kunjungan ini,” pungkas Iriawan.

(Bam’s)

Piala Gubernur Jabar Ketiga Cabor Bola Basket Digelar di Kota Tasikmalaya

0
(FOKUSJabar/Ageng)

TASIKMALAYA, FOKUSJabar.id: Setelah Cabang Olahraga (Cabor) Judo dan Basebal, Kejuaraan Daerah (Kejurda) bertajuk ‘Piala Gubernur Jawa Barat tahun 2018’ yang diinisiasi Dispora Jawa Barat kembali menggelar Cabor Bola Basket di GOR Tamansari Futsal, Jalan Tamansari Kota Tasikmalaya, 6-10 Agutus 2018

Kepala Dispora Jabar, Yudha M Saputra menuturkan, melalui penyelenggaraan kejuaraan, diharapkan bisa menjaring bibit atlet bola basket potensial untuk meningkatkan prestasi olahraga bola basket di Jabar hingga nasional.

Kejuaraan sendiri ditujukan sebagai optimalisasi dukungan pembinaan olahraga prestasi melalui ajang kejuaraan daerah sekaligus sebagai implementasi dari amanah Undang-undang No 3 tahun 2015 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN) dalam hal pembinaan dan pengembangan keolahragaan.

“Karena itu, kejurda bola basket ini diharapkan bisa menjadi salah satu ajang pemanduan untuk melakukan identifikasi sumber potensi bibit olahragawan yang berbakat dan potensial di Jabar. Penyelenggaraan kejurda bola basket ini pun sebagai bentuk pemenuhan tanggungjawab pemerintah dalam melaksanakan kebijakan nasional keolahragaan dan penyediaan keolahragaan serta pemberian kemudahan untuk terselenggaranya kegiatan keolahragaan,” ujar Yudha saat memberikan sambutan pada acara pembukaan Kejurda Bola Basket ‘Piala Gubernur Jabar tahun 2018’ di GOR Tamansari Futsal, Jalan Tamansari Kota Tasikmalaya.

Melalui kejurda Piala Gubernur Jabar, lanjut Yudha, pihaknya berharap dapat lahir bibit atlet-atlet potensial di cabang olahraga bola basket. Kedepan, bibit atlet potensial ini bisa dikembangkan melalui pendidikan dan latihan yang terencana, sistematis, berjenjang dan berkelanjutan.

“Dan dalam pengembangan tersebut, dibutuhkan pula peranan pelatih dengan kualifikasi dan kompetensi memadai, pengurus cabang olahraga yang memiliki komitmen dan dedikasi, hingga peran orang tua dan masyarakat dalam memberikan motivasi. Dengan berbagai peran dan upaya tersebut, saya punya keyakinan jika kita mampu mengembangkan bakat para atlet potensial tersebut sehingga bisa menjadi atlet yang berprestasi, tidak hanya di level Jabar namun juga nasional dan internasional,” tegasnya.

Kepala Seksi Pengembangan Olahraga Prestasi, Ariadi menambahkan, kejurda bola basket sendiri digelar di Kota Tasikmalaya sebagai salah satu upaya dari pihaknya mendorong dan memotivasi daerah dalam pengembangan olahraga prestasi. Dengan digelar di daerah dan tidak tersentral di pusat kota, diharapkan bisa menarik minat daerah dalam menggelar sebuah kejuaraan sekaligus menjaring potensi atlet-atlet potensial yang dimiliki daerah tersebut serta kota/kabupaten terdekatnya.

“Ini terbukti dengan munculnya beberapa atlet potensial di cabang olahraga bola basket ini dari kota dan kabupaten, selain dari wilayah Bandung Raya. Seperti dari Cirebon, Banjar, Tasikmlaya, Ciamis, bahkan Pangandaran. Untuk kejurda Piala Gubernur Jabar sendiri, kita membatasi maksimal usia atlet yakni di kelompok junior sebagai persiapan menghadapi Popnas XV tahun 2019,” ujar Ariadi.

Sekretaris Umum Pengprov Perbasasi Jabar sekaligus Ketua Panitia Pelaksana, Alen Trismayadi menuturkan, atlet yang bertanding pada Kejurda Bola Basket ‘Piala Gubernur Jabar tahun 2018’ ini maksimal kelahiran tahun 2002 atau berusia 16 tahun. Atlet-atlet ini diharapkan akan menjadi tulang punggung bagi kota/kabupaten masing-masing pada pelaksanaan Pekan Olahraga Daerah (Porda) XIV Jawa Barat tahun 2022 serta bagi Jabar di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI tahun 2024 mendatang.

“Atlet yang berlaga di ajang kejurda kali ini, sebagian besar juga tampil membela daerah mereka masing-masing di ajang Popda XII Jabar yang berakhir pekan lalu. Untuk jumlah atlet yang terlibat sendiri mencapai 324 atlet dari 17 kota dan kabupaten di Jabar. Mereka semua terbagi di 15 tim putra dan 12 tim putri,” ujar Alen.

Untuk tim putra, dibagi dalam empat pool yang masing-masing berjumlah empat tim. Sedangkan tim putri, juga dibagi dalam empat pool yang masing-masing dihuni oleh tiga tim. Untuk setiap pool, baik di putra maupun putri, akan diambil juara pool yang langsung melaju ke babak semifinal.

“Untuk babak semifinal dan final, rencananya akan digelar pada Kamis (9/8/2018) dan Jumlat (10/8/2018). Sedangkan untuk jumlah pertandingan mulai dari babak penyisihan hingga babak final mencapai 41 pertandingan di lima hari pelaksanaan,” tegasnya.

Sementara di hari pertama kejurda, tim putri Kota Bandung yang merupakan peraih medali emas Popda XII Jabar tahun 2018 secara mengejutkan takluk dari tim putri Kota Cirebon yang juga merupakan lawannya di babak final Popda XII Jabar tahun 2018. Tim putri Kota Bandung pun kalah dengan skor cukup jauh atas Kota Cirebon yakni 12-28. Sedangkan di kelompok putra, tim Kota Bandung masih terlalu perkasa bagi Kota Banjar sehingga unggul telak di babak penyisihan pool.

Tim putri Kota Bandung sendiri bergabung di pool R bersama Kota Cirebon dan Kabupaten Cianjur. Sedangkan tim putra Kota Bandung bergabung di pool C bersama Kota Banjar, Kota Bekasi dan Kabupaten Cianjur.

(ageng/bam’s)