BANDUNG, FOKUSJabar.id: Perkembangan ekonomi digital di Indonesia terus meningkat pesat. Salah satu perusahaan raksasa ekonomi digital yang di Indonesia adalah Gojek.
Riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) menunjukkan, kontribusi Gojek terhadap perekonomian Indonesia hingga 2018 mencapai Rp 44,2 trilyun per tahun.
Hal itu pulalah yang membuat Politeknik Universitas Sriwijaya (UNSRI) mengundang Gojek agar bisa memberikan pengetahuan kepada para mahasiswanya terkait dampak Gojek bagi perekonomian di Kota Palembang.
BACA JUGA: Balapan MotoGP di Luar Eropa Diputuskan Sebelum Agustus 2020
Hasil riset menunjukkan bahwa selisih pendapatan mitra dan pemilik UMKM sebelum dan sesudah bergabung dengan Gojek, secara rinci Gojek melalui aplikasi Go-Ride menyumbang Rp16,5 trilyun per tahun, dan Rp8,5 trilyun per tahun sebelum dan sesudah menjadi mitra Go-Car.
Kemudian mitra Go-Life menyumbangkan Rp1,2 trilyun per tahun.
Sementara itu, mitra Go-Life menyumbangkan Rp 1,2 triliun per tahun. Adapun selisih omzet sebelum dan sesudah menjadi mitra UMKM GO-Food memperoleh kontribusi tertinggi di antara sektor lainnya, yaitu mencapai Rp 18 trilyun.
Head Of Regional Corporate Affairs Sumatera Teuku Parvinanda mengatakan, dengan angka-angka tersebut, bisa diukur berapa jumlah kontribusi dan lapangan pekerjaan yang dihasilkan.
“Kalau hanya lapangan pekerjaan, tapi tidak berkelanjutan, itu bukan kontribusi. Gojek ingin membuka lapangan pekerjaan dan adanya kelanjutan penghasilan,” kata Teuku melalui rilisnya Jumat (8/11/2019).
BACA JUGA: Tiga Atlet Jepang Terkonfirmasi Positif Covid-19
Tidak hanya itu, hasil riset pun menunjukkan bahwa mitra Gojek lebih sejahtera bahkan mobilitas ekonominya meningkat setelah bergabung dengan Gojek.
Ekonomi Digital
Sementara itu, Pengamat Ekonomi Yan Sulistiyo mengatakan bahwa ukurannya tidak hanya kepada angka, tetapi juga keteraturan dan shifting ketika teknologi ekonomi digital itu masuk ke suatu daerah.
Dia mencontohkan taksi gelap dan konvensional yang bisa ‘menembak’ harga. Sekarang hal itu tidak terjadi karena harga ditentukan aplikasi atau pola transaksinya diubah.
“Kontribusi seperti itu yang kemudian mengubah perilaku masyarakat kota. Maka tak salah, apabila sebanyak 89 persen konsumen mengatakan bahwa GoJek telah memberikan dampak yang baik bagi masyarakat secara umum,” kata dia.
Akibat dari besarnya kontribusinya pada perekonomian, GoJek mendapat predikat aplikasi favorit bagi kalangan milenial.
Survei Alvara yang melibatkan 1.204 responden dari Jakarta, Bodetabek, Bali, Padang, Yogyakarta, dan Manado menunjukkan Gojek menjadi ojek online favorit di kalangan milenial dibandingkan pesaingnya, Grab.
BACA JUGA : Gaza Indonesia: Covid-19 Mewabah, DPRD Tasikmalaya ‘Hilang’
Sebanyak 70,4 persen responden memilih menggunakan Gojek, sedangkan responden yang memilih Grab hanya sebesar 45,7 persen.
Responden menilai kinerja Gojek lebih baik daripada Grab, hal ini ditunjukkan dengan keunggulan Gojek di semua indikator Brand Performance. Indikator pertama adalah image dengan penilaian Gojek sebesar 71,7 persen dan Grab 70,2 persen. Loyalty menjadi indikator kedua dengan 70,6 persen penilaian untuk Gojek dan 69,9 persen untuk Grab.
Indikator ketiga adalah engagement dengan nilai 69,8 persen untuk Gojek dan 68,2 persen untuk Grab. Untuk indikator performance, Gojek memperoleh 70,7 persen sedangkan Grab 69,4 persen.
(**)