BANDUNG, FOKUSJabar.id : Kontraktor proyek Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Lulut Nambo, Bogor, diganti pasca penutupan beberapa waktu lalu. PT Jabar Bersih Lestari (JBL) sudah mendapatkan solusi pendanaan melalui kerjasama dengan Darco Co. Ltd Singapore pada Jumat (1/11/2019) lalu.
Sebelumnya PT JBL diberi waktu selama dua bulan untuk mendapatkan sumber pembiayaan lain dalam proses kontruksi sesuai dengan yang disepakati dalam rapat koordinasi pada 10 September 2019 yang dipimpin langsung Gubernur Jabar, Ridwan Kamil. Hal tersebut agar proyek dapat berjalan bersamaan dengan proses penyertaan modal serta mempercepat kelanjutan pembangunan TPPAS Lulut Nambo.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Barat, Bambang Rianto mengatakan, PT JBL sudah mencari dan sedang memproses alternatif sumber pendanaan baru dari Singapura. Pihaknya sudah meminta agar investor baru tersebut segera menyelesaikan kesepakatan tersebut sebelum batas waktu habis. Selama berproses, PT JBL belum membayar pada sub kontraktor tersebut sebelum kesepatan telah terjadi 100 persen atau sudah ditandatangani.
“Saya sudah rapat dengan PT JBL, akhirnya PT JBL rapat jarak jauh dengan pihak Singapura. Saat ini sudah ada solusi, ada percepatan penyelesaian, direncanakan hari Jumat agreement itu sudah ditandatangani dan ada kepastian sehingga financial injection bisa dilakukan dan masalah dengan kontraktor selesai,” ujar Bambang dalam rilis yang diterima Minggu (3/11/2019).
Selain itu, lanjut Bambang, pihaknya akan mempertemukan JBL dan PT Dutaraya Dinametro sebagai Sub Kontraktor. Direksi JBL pun sudah menemui perusahaan tersebut di Bogor untuk menjelaskan permasalahan yang terjadi dan pihak Singapura sepakat penyelesaian akan dilakukan di Bandung, bukan di Singapura.
Untuk diketahui TPPAS Regional Lulut-Nambo merupakan contoh pengolahan sampah ideal di Jawa Barat yang nantinya akan melayani pengolahan sampah Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Depok dan Kota Tangerang Selatan. Hasil akhir dari pengolahan sampah dengan volume 1.600-1.800 ton per hari tersebut berupa RDF (refused derived fuel). RDF yang dihasilkan sendiri sudah dikontrak dan akan dibeli pabrik semen yang letaknya tidak jauh dari lokasi TPPAS.
Direktur Utama PT. JBL, Mr. Do Yun Yu mengatakan, apabila TPPAS ini berhasil beroperasi akan menjadi proyek RDF pertama di Indonesia. RDF sendiri merupakan bahan bakar ramah lingkungan berupa batu bara hijau.
“Ini akan menjadi proyek RDF pertama di Indonesia dan diharapkan akan menjadi model yang baik bagi pengelolaan limbah di Indonesia, serta negara-negara lain di Asia Tenggara,” ucap Do Yun Yu.
TPPAS Lulut-Nambo sendiri berada di Kabupaten Bogor dan ditargetkan mulai beroperasi penuh pada 2020. TPPAS dibangun dilahan seluas 55 hektare dan dilakukan melalui mekanisme Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dengan badan usaha pemenang lelang yakni PT Jabar Bersih Lestari (JBL).
(AS/ars)