spot_img
Minggu 28 April 2024
spot_img
More

    Kritik Marketplace Guru, Pengamat: Tenaga Pendidik Bakal Diperlakukan seperti Komoditas

    JAKARTA,FOKUSJabar.id: Pengamat pendidikan, Darmaningtyas, mengkritik kebijakan marketplace guru yang sedang disiapkan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim.

    Darmaningtyas menyebut, marketplace guru bakal membuat guru diperlakukan seperti komoditas yang bisa diperjualbelikan.

    “Guru itu bukan barang komoditas, jadi tidak pantas bila proses rekruitmennya melalui marketplace. Kecenderungan transaksi atau komunikasi online adalah kaku dan searah. Biasanya kita tinggal klik-klik saja, satu persyaratan tidak terpenuhi tidak bisa berlanjut. Sementara proses rekrutmen guru tidak bisa seperti itu,” kata Darmaningtyas, Selasa (13/6/2023).

    Ia menilai, proses rekruitmen guru sebaiknya dilakukan dengan model tatap muka sehingga bisa menyeleksi langsung dan memastikan kelayakan dan kepantasannya menjadi seorang guru.

    Menurut dia, seleksi guru juga harus memperhatikan faktor psikologis yang biasanya diketahui dari penampilan atau performance dari calon guru.

    “Kalau lewat marketplace, tentu tidak dapat melakukan seleksi dari sisi penampilan. Padahal, penampilan juga diperlukan untuk menjadi guru agar berwibawa di depan murid-muridnya,” tegasnya.

    BACA JUGA: 6.000 Warga Purwakarta Kesulitan Air Bersih, Puan Buka Suara

    Selain itu, kata Darmaningtyas, target untuk mendapatkan guru yang bagus belum tentu tercapai melalui marketplace guru ini. Hal ini karena lulusan S1 LPTK atau lembaga pendidikan tenaga kependidikan) yang memiliki nilai IP tinggi, belum tentu memiliki kompetensi mengajar.

    “Sementara persyaratan kalau sistem online biasanya lebih menekankan pada hal-hal yang terukur, termasuk nilai IPK. Memang IPK-nya tinggi, tetapi belum tentu memiliki kecakapan mengajar,” tutur dia, melansir Beritasatu.

    Darmaningtyas mengatakan para guru khususnya ASN, kemungkinan menerima kebijakan marketplace guru karena posisi mereka yang lemah dan tak berdaya atas kebijakan pemerintah.

    Selama ini, kata dia, guru-guru tidak pernah ribut terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah.

    “Yang mereka ributkan nanti kalau jam mengajarnya berkurang, tunjangan profesi tidak terbayarkan, dan kenaikan pangkatnya susah,” jelas dia.

    Lebih lanjut, Darmaningtyas merespons pandangan yang mengatakan marketplace guru bakal menjadi solusi atas persoalan guru honorer. Menurut dia, hal tersebut hanya cara pandang dalam melihat kebijakan tersebut di mana bagi Menteri Nadiem Makarim dan pendukungnya tentu akan menganggap marketplace merupakan solusi cerdas.

    (Agung)

    Berita Terbaru

    spot_img