spot_img
Jumat 17 Mei 2024
spot_img
More

    Purna Bakti, 3 Guru Besar UPI Sampaikan Pidato Kehormatan Terakhir

    BANDUNG,FOKUSJabar.id: Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menggelar pidato kehormatan guru besar tahun 2022 secara luring di Gedung Achmad Sanusi, Rabu (19/10/2022). Guru besar yang berkesempatan melakukan pidato kehormatan yakni Prof. Dr. Nenden Sri Lengkanawati, M.Pd (Guru Besar FPBS), Prof. Dr. Cece Rakhmat, M.Pd (Guru Besar FIP), dan Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, M.Pd (Guru Besar FIP).

    Ketua Dewan Guru Besar UPI, Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si mengatakan, kegiatan ini diperuntukan bagi guru besar UPI menyampaikan legacy professional-nya. Pidato kehormatan guru besar ini merupakan komitmen para guru besar yang tak pernah kunjung padam pada panggilan profesi dan almamaternya.

    “Hari ini, kita semuanya mendengarkan legacy profesional dari para guru besar yang telah mereka tanamkan kepada kehidupan yang mereka sentuh dengan para koleganya, peserta didik atau mahasiswa dan kepada siapa saja yang pernah berinteraksi dalam sepenjang jalan kehidupan,” kata Prof. Karim.

    Rektor UPI, Prof. Dr. M. Solehuddin, M.Pd., MA., menyampaikan selamat bagi ketiga guru besar atas keberhasilannya mengabdi kepada dunia profesi. Ini menjadi sebuah accomplishment yang membanggakan, baik bagi keluarga maupun bagi UPI.

    “Terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para ibu dan bapak yang telah mencapai masa purna tugas dalam jabatan guru besar, semoga semua jasa, karya, dan bimbingan yang telah diabdikannya, menjadi barokah dan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Dan kegiatan ini sebagai apresiasi atas dedikasi ketiga guru besar yang purna bakti,” kata Prof. Solehuddin.

    fokusjabar.id Guru Besar UPI
    Rektor UPI, Prof. Dr. M. Solehuddin, M.Pd., MA. saat menyampaikan sambutan pada acara Pidato Kehormatan Guru Besar di Gedung Achmad Sanusi, Rabu (19/10/2022). (FOTO: Istimewa)

    Dalam era digitalisasi dan knowledge economy saat ini, lanjut Rektor UPI, tengah terjadi sebuah pergeseran nilai (shifting values) yang semakin mewarnai perubahan dalam sistem ekonomi dunia dan tentunya Indonesia. Sebagai bagian integral dari sistem ekonomi, UPI semakin dituntut untuk mengikuti arah shifting values tersebut agar semakin berperan signifikan dalam membangun knowledge economy.

    “Shifting values inilah yang akan menjadi tantangan bagi UPI untuk berkembang mengikuti zaman yang berubah sehingga menjadi universitas yang paling tinggi nilai dan manfaatnya di mata masyarakat dan bangsa,” dia menambahkan.

    Sejak menyandang status PTN-bh, kata Solehuddin, UPI telah berkembang pesat seperti yang ditunjukkan dalam World University Rankings (WUR) tahun 2022. UPI pun dipercaya pemerintah untuk menjadi salah satu Center of Excellence (CoE) pengembangan program pendidikan (pre-service) dan pelatihan (in-service) teknik dan vokasi yang berstandar nasional dan internasional, bagi guru, instruktur, pemimpin, dan peserta umum.

    “Kita berharap walau sudah purna bakti, para gurus besar ini tetap berkontroibusi dan tetap memberi keteladanan bagi generasi berikutnya. Karena kalau orang itu tetap belajar dan tetap mempelajari apa pun yang sedang berkembang maka bisa terus mengembangkan diri sehingga tetap adaptif dengan perkembangan,” Prof. Solehuddin menegaskan.

    BACA JUGA: Kadisdik Jabar Didapuk Jadi Dewan Pengurus ICMI Jabar

    Kesempatan pidato kehormatan pertama disampaikan Prof. Dr. Nenden Sri Lengkanawati, M.Pd. Guru Besar pada FPBS ini mengangkat judul ‘Strategi dan Otonomi Belajar Bahasa Dalam Konteks Kebijakan Pendidikan Merdeka’ pada pidato kehormatannya.

    Menurutnya, strategi mengetengahkan satu perangkat pilihan yang peserta didik secara sadar memilih dari perangkat tersebut sesuai waktu yang sesungguhnya (real time) dengan mempertimbangkan perubahan yang terjadi di lingkungan untuk mengoptimalkan peluang keberhasilan mereka dalam mencapai tujuan mereka dalam belajar dan menggunakan bahasa sasaran. Dalam proses belajar, siswa harus memanfaatkan pengetahuan tentang kemampuan diri mereka sendiri sebagai pembelajar dan memanfaatkan pengetahuan tentang tugas-tugas dalam belajar.

    “Selain itu, mereka harus memahami tentang strategi yang tepat untuk digunakan dalam konteks tertentu dalam mengembangkan pengetahuan antara (interface) yang menghubungkan apa yang telah mereka miliki dengan apa yang ingin dikuasainya dalam suasana lingkungan belajarnya,” kata Prof. Nenden.

    Prof. Nenden mengatakan, pemanfaatan strategi belajar membentuk pembelajar yang mandiri. Strategi belajar dan kemandirian pembelajar itu jangan dilihat sebagai sasaran akhir dari upaya pendidikan namun keduanya harus dilihat sebagai instrumen dan mekanisme dalam mencapai tujuan pendidikan itu sendiri.

    Dalam konteks pembelajaran bahasa, lanjut dia, tujuannya adalah kemahiran berbahasa yang paripurna. Strategi belajar bahasa dan kemandirian pembelajar Bahasa mempunyai posisi yang penting dalam konteks Bahasa Inggris sebagai lingua franca, English as lingua franca (ELF), yang dipahami sebagai bahasa kontak non-lokal yang digunakan lintas komunitas secara global.

    “Learning strategies dan learner autonomy, tersambut baik oleh kebijakan merdeka belajar dan kampus merdeka, yang telah dicanangkan oleh Kemdikbud Ristek. Persoalan praktis kontekstualnya adalah bagaimana penerjemahan kebijakan ini dalam upaya pendidikan keseharian, yang salah satu kata kuncinya adalah komitmen penuh dari semua pemangku kepentingan,” kata dia.

    fokusjabar.id Guru Besar UPI
    UPI menggelar pidato kehormatan guru besar tahun 2022 secara luring di Gedung Achmad Sanusi, Rabu (19/10/2022). (FOTO: Istimewa)

    Pidato kehormatan kedua disampaikan Guru Besar FIP, Prof. Dr. Cece Rakhmat, M.Pd., dengan tema ‘Self-Therapy: Melintas Rintang Menuju Gerbang Kebahagiaan’. Pada pidatonya, Prof. Cece menjelaskan jika manusia akan berusaha memecahkan masalah baik meminta bantuan kepada konselor, psikolog, psikiater, bahkan kepada teman, orang tua, saudara, dan sebagainya.

    “Hal yang menarik adalah keberadaan orang lain ini membawa cermin besar untuk memandang kembali diri kita sendiri. Pada akhirnya, pemecahan masalah justru muncul dari pikiran kita sendiri, setelah menjernihkan pandangan, mendefinisikan kekalutan, menerjemahkan ulang tujuan hidup yang semula porak-poranda. Inilah yang kemudian memutar arah haluan kita dari kelemahan menuju kelebihan diri,” Prof. Cece menjelaskan.

    Keterampilan memecahkan masalah kehidupan dengan self therapy, kata Cece, menjadi penting untuk dipelajari setiap orang. Kecemasan, kekurangan, kekecewaan, sakit hati, kemarahan, kesedihan, dan berbagai bentuk emosi negatif, selalu menggempur kita detik demi detik.

    Konsep self therapy ini, kata dia, sangat luas mengacu pada gagasan untuk menangani masalah emosional atau psikologis seseorang, tanpa bantuan terapis. Self therapy sejatinya mengantarkan kita untuk kembali pada potensi positif yang mungkin telah lama menunggu untuk dikembangkan yakni potensi untuk melintas rintang, melewati segala kekecewaan, keresahan, kecemasan, kesedihan, kemarahan, dan sakit hati.

    “Melewati itu semua dan mengubahnya menjadi keyakinan baru, menghadirkan perspektif berbeda yang lebih konstruktif, dan lebih memiliki kesadaran untuk mendengarkan nurani terdalam dari diri kita. Nurani, anugerah Tuhan, yang selalu bergema sejak kita bayi, bangkit dan berjalanlah,” dia menegaskan.

    BACA JUGA: Motivasi Dosen Lakukan Riset, LPPM UPI Gelar Seminar Nasional dan Bazar

    Kesempatan terakhir disampaikan Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, M.Pd dengan mengangkat judul mengangkat judul ‘Kerangka Kerja Bimbingan dan Konseling Komprehensif untuk Akselerasi Kesehatan Mental Remaja dalam Mempersiapkan Generasi Emas 2045’. Dalam pemaparannya, guru besar FIP ini menjelaskan jika kehidupan umat manusia saat ini dihadapkan dengan berbagai masalah atau tantangan yang semakin kompleks, yang belum pernah terjadi sebelumnya. Seperti masalah sosial, ekonomi dan lingkungan hidup yang dipicu akselerasi globalisasi serta perkembangan teknologi yang sangat cepat.

    Kondisi lingkungan yang tidak sehat ini sangat memengaruhi perkembangan pola perilaku atau gaya hidup (life style) peserta didik (khususnya yang berusia remaja) yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah moral (akhlaq yang mulia), atau gejala perilaku salah suai (maladjustment). Seperti pelanggaran tata tertib sekolah, tawuran, mengonsumsi minuman keras, menjadi pecandu Narkoba, kriminalitas, bullying, pergaulan bebas (free sex), hingga prostitusi.

    “Pengaruh lainnya adalah berkembangnya mental yang tidak sehat, seperti perasaan cemas, stress, dan perasaan terasing,” kata dia.

    Fenomena masalah mental yang tidak sehat ini, diakui Prof. Syamsu, banyak dialami peserta didik baik pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, maupun pendidikan tinggi. Maraknya perilaku menyimpang di kalangan para siswa atau mahasiswa saat ini, menunjukkan jika mereka masih lemah dalam aspek kepribadian atau dimensi psikososiospiritualnya.

    Kondisi ini menunjukkan jika mereka membutuhkan sentuhan pendidikan yang dapat memfasilitasi berkembangnya kepribadian atau karakter yang mantap sehingga mereka dapat mencegah terjadinya penyimpangan perilaku tersebut. Sentuhan pendidikan tersebut adalah layanan bimbingan dan konseling.

    “Kesehatan mental merupakan komponen utama dari kohesi sosial, produktivitas, kedamaian, dan stabilitas dalam kehidupan bersama serta berkontribusi terhadap pengembangan sosial-ekonomi masyarakat. Promosi kesehatan mental dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan mental (mental well-being) untuk semua lapisan masyarakat, termasuk orang-orang yang mengalami masalah kesehatan mental,” Prof. Syamsu menjelaskan.

    Dalam rangka akseleresi kesehatan mental bagi peserta didik agar berkembang menjadi wellness person atau insan kamil, lanjut dia, perlu lebih diperkokoh peranan program bimbingan dan konseling di sekolah. Yakni melalui regulasi yang jelas dari pihak pengambil kebijakan atau pemerintah, dan komitmen dari berbagai pihak untuk secara sinergi atau kolaborasi dalam mengimplementasikan program.

    “Penyelenggaraan program bimbingan dan konseling yang dilakukan konselor atau guru bimbingan dan konseling meliputi layanan dasar, layanan responsif, layanan perencanaan individual, dan dukungan system. Sementara strategi layanannya adalah bimbingan dalam skala besar (large group guidance), bimbingan klasikal (class room guidance), bimbingan kelompok (small group guidance), konseling individual, dan konseling kelompok,” dia menegaskan.

    (Ageng)

    Berita Terbaru

    spot_img