spot_img
Kamis 18 April 2024
spot_img
More

    Jokowi Curhat: Berat Tahan Harga BBM

    JAKARTA,FOKUSJabar.id: Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku berat menahan harga bahan bakar minyak (BBM) agar tidak naik tinggi.

    Jokowi mengatakan, hal itu bisa membuat bengkak subsidi untuk BBM.

    Hal itu disampaikan Jokowi dalam acara Pengarahan Presiden RI dan Evaluasi Aksi Afirmasi Bangga Buatan Indonesia di Jakarta Convention Center (JCC).

    Dalam Kesempatan itu, awalnya Jokowi menyampaikan sejumlah negara kini sedang mengalami situasi sulit.

    BACA JUGA: Wasekjen Demokrat: Jangan Biarkan Reog Ponorogo di Klaim Bangsa Lain

    “Situasi yang sangat sulit dan itu dialami oleh semua negara. Oleh sebab itu, kita semuanya harus memiliki kepekaan, sense of crisis mengenai keadaan kita dan semua negara sekarang ini, kita tahu ketidakpastian global ini hampir setiap hari berubah-ubah terus,” kata Jokowi , Selasa (25/4/2022).

    “Begitu COVID selesai, semua negara sebetulnya merencanakan bagaimana pemulihan ekonominya, tetapi banyak yang belum selesai, muncul perang di Ukraina dan Rusia,” tambahnya.

    Dia mengatakan, masalah dunia saat ini hanya ada dua, yakni pangan dan energi. Untuk energi, berkaitan dengan BBM, gas hingga listrik.

    Selain itu, terkait urusan pangan juga hampir seluruh negara sedang kesulitan. Dia kemudian menyinggung mahalnya harga BBM yang di luar negeri.

    “Bensin coba dilihat, kenaikannya sangat tinggi sekali di negara-negara selain kita, Singapura sekarang harga BBM sudah Rp32 ribu, Jerman sudah di angka Rp31 ribu, Thailand Rp20 ribu, kita ini pertalite masih Rp7.650, sekali lagi Rp7.650, pertamax Rp12.500. Yang lain sudah jauh sekali, kenapa harga kita masih seperti ini, ya karena kita tahan terus, tapi subsidi ini membesar, membesar,” kata dia, seperti dilansir IDN.

    “Sampai Kapan kita bisa menahan ini? Ini pekerjaan kita bersama, sehingga saya minta Kementerian/lembaga, sekali lagi memiliki sense yang sama. Berat nahan harga seperti itu berat,” katanya.

    Selain itu, Jokowi juga menyinggung naiknya harga beras yang tinggi di negara lain. Sedangkan di Indonesia masih bisa ditahan di harga Rp10.700.

    “Di negara lain sudah segitu tingginya, yang sudah naik 30 persen ada, yang sudah 40 persen, ada yang sudah di atas 60 persen,” ujar dia.

    Dengan kenaikan harga tersebut, kata dia, kenaikan inflasi di sejumlah negara tak bisa dihindari.

    Dia mencontohkan, Amerika Serikat yang inflasi biasanya tidak lebih dari 1 persen, kini sudah naik menjadi 8,3 persen.

    “Turki bahkan sudah mencapai hampir 70 persen, bayangkan, kita masih di 3,5 persen, alhamdulillah patut kita syukuri, tapi karena kita tahan pertalite, nahan gas, nahan listrik, begitu kita ikutkan ke harga ke ekonomian, ya pasti inflasi kita akan mengikuti naik,” ujarnya.

    Dalam kesempatan itu, dia meminta kepada jajarannya membelanjakan APBN dan APBD untuk produk lokal, jangan membeli barang impor.

    Dia meminta, APBN yang besarnya Rp2.714 triliun dan APBD Rp1.197 trilyun itu untuk digunakan dengan baik tanpa harus membeli barang impor.

    “Sekali lagi, jangan APBN, APBD jangan untuk beli barang-barang impor, dan yang saya lihat yang hadir di sini, terutama eselon I, eselon II, sekda ini adalah pengambil kebijakan, pengambil keputusan dan pelaksana. Policy besarnya ya ada di menteri, gubernur, bupati/wali kota, tapi pelaksanaan keputusan ini ada di bapak/ibu semuanya,” ucapnya.

    (Agung)

    Berita Terbaru

    spot_img