spot_img
Kamis 2 Mei 2024
spot_img
More

    KPED Kembangkan Strategi Rantai Pasok Pangan di Jabar

    BANDUNG,FOKUSJabar.id: KPED Jabar Kembangkan strategi rantai pasok pangan harus terus dikembangkan dengan menentukan jaringan pangan yang optimal. Hal itu bertujuan untuk menjaga ketahanan pangan di tengah pandemi COVID-19 maupun ketidakpastian global.

    Untuk mempertajam strategi tersebut, Divisi Pertanian dan Ketahanan Pangan KPED Jabar menggelar seminar bertajuk “Strategi RantaiPasokPangan di Jawa Barat” secara hybrid,  Selasa (14/12/2021).

    Seminar tersebut menghadirkan Tomy Perdana dan Nur Budi Mulyono sebagai narasumber. Mereka memaparkan pendekatan model rantai pasok pangan dalam perspektif yang berbeda. Tomy mengenai Rantai Pasok Pangan di Masa Pandemi COVID-19, sedangan Nur Budi soal Model Pengembangan Peternakan Ayam di Jabar.

    Nur Budi menuturkan, ada tiga prinsip dalam mendirikan Supply Chain Center (SCC) untuk perunggasan. Prinsip pertama adalah berbasis ekosistem.

    “Kita akan berusaha mendesain ini dengan melibatkan banyak pihak rantai pasok unggas. Prinsipnya leave no one behind,” kata Nur Budi dalam rilis yang diterima, Kamis (16/12/2021).

    Kedua, start small. Menurut  Nur Budi, prinsip tersebut menekankan agar implementasi SCC dilakukan bertahap dengan mengedepankan kelayakan pengembangan, mulai dari hulu sampai hilir.

    BACA JUGA: PTPN VIII Perkuat Eksistensi Kelapa Sawit Melalui Sertifikasi RSPO

    “SCC akan menambahkan channel agar aksesibilitas pasar lebih luas. Jadi, ada penambahan channel,” ucapnya.

    Prinsip terakhir yakni insentif berbasis value. Hal itubertujuan agar setiap stakeholder bergerak dan berkontribusi dalam sistem yang diimplementasikan. Dengan begitu, insentif yang dikembangkan didasarkan pada nilaisosial dan nilai pasar.

    Sementaraitu, Ketua Harian KPED Jabar Ipong Witono mengatakan bahwa SCC yang merupakan salah satu dari transformasi ekonomi di tengah pandemic akan dikatakan sukses jika memenuhi tiga hal. Pertama, transformasi ekonomi harus memiliki daya ungkit. Kedua, bersifat lintas sektor.

    “Terus bersifat lintas sektor. UMKM, transportasi, logistik, pertanian, ketahanan pangan, sektor keuangan, dan lain-lainnya,” ucap Ipong.

    Ketiga adalah gagasan transformasi ekonomi harus bisa diduplikasi. Setelah peternakan, bisa bawa keperikanan dan marketable. Mampu menarikrekan-rekan sektor keuangan dan memiliki daya dorong, dan yang terakhir adalah keberlanjutan.

    Selain itu, Ipong menekankan bahwa pandemi COVID-19 membawa satu hikmah untuk kembali menata ulang perekonomian sekaligus mengoreksi kekeliruan-kekeliruan pada masa lampaun.

    “Didalam transformasi ekonomi ini, saya melihat bahwa seperti sebuah komputer yang ditata ulang. Ini kesempatan kita menata kembali atas kekeliruan-kekeliruan di masa lalu. Ini kesempatan yang baik,” kata dia.

    “Kita sama-sama merumuskan. Pertama, perubahan tata niaga. Kedua, membuat model bisnis yang jauh lebih efisien dan memiliki keadilan. Terus kita juga memberikan perhatian kepada ekonomi pedesaan,” kata dia menambahkan.

    Ipong menjelaskan kenapa ekonomi pedesaan harus menjadi atensi semua pihak. “Kalau kita bicara pertanian, peternakan, pariwisata, itu di desa. Selama ini masyarakat desa kita eksploitasi. Semua uang-uang desadi tarik oleh bank-bank besar, untuk membangun infrastruktur, tapi tidak kembali kedesa,” tuturnya.

    Oleh karenaitu, kata Ipong, basis ekonomi ketahanan pangan harus berada di desa.Dia pun berharap semua pelaku usaha, masyarakat, dan pemerintah, dapat merumuskan perdagangan antar wilayah.

    BACA JUGA: KPED Gelorakan Semangat Silih Tulungan Melalui Lomba Kreatif

    “Majalengka butuh apa, Garut butuh apa, Tasik punya apa, dan lain sebagainya. Dan saya berharap apa yang kita bahas ini bisa menjadi satu model yang akan diduplikasi,” katanya.

    (Anthika Asmara)

    Berita Terbaru

    spot_img