spot_img
Sabtu 27 April 2024
spot_img
More

    Sejak Pandemi Covid-19 Sekretaris IDI Ciamis Tidur 3 Jam

    CIAMIS,FOKUSJabar.id: Sejak Pandemi Covid-19 mengganas di China lalu menyebar ke hampir seluruh negara dengan banyak memakan korban, petugas medis berdiri diantara ancaman itu. Mereka sangat dekat dengan orang-orang terpapar untuk membantu proses penyembuhan . Tidak sedikit petugas medis mulai dari dokter, perawat, dan petugas kesehatan lainnya malah ikut terpapar bahkan meninggal dunia.

    Di tengah risiko besar yang harus dihadapi petugas medis dalam menangani pandemi Covid-19 sampai hari ini mereka masih setia bertugas. Waktu kerja mereka bahkan melebihi batas. Ketika sudah berada di rumah pun pekerjaan penanganan Covid-19 masih mereka lakukan.

    Sekretaris Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Ciamis dr. Eni Rochaeni yang bertugas pada Tim Penanganan Kasus dan Perubahan Perilaku mengaku hanya punya sisa waktu antara tiga sampai empat jam untuk beristirahat. Tiga jam itu yang bisa dia manfaatkan untuk sejenak rehat dari rutinitas tambahan selama pandemi Covid-19.

    “Saya pulang sih biasanya habis magrib tapi kadang suka sampai malam. Kasus rujukan kan banyaknya malam. Ada yang bisa diselesaikan melalui telepon ada juga yang tidak. Karena yang mau masuk Ciamis atau rujukan ke luar Ciamis harus acc (persetujuan-red) saya,” kata dr. Eni.

    Tugas-tugas penanganan Covid-19 terus mengalir kendati sudah berdiam di rumah untuk istirahat, karena itu telepon genggam Sekretaris IDI Ciamis selama 24 jam tidak pernah mati karena harus melayani konsultasi melalui sambungan telepon.

    “Kadang kan ada Wa, SMS, yang terapksa saya jawab malam,” kata Eni seraya mengatakan seluruh WA, SMS konsultasi mengenai penanganan Covid-19 ini selalu dijawab, tidak pernah terlewatkan.

    BACA JUGA: Memutus Pandemi Covid-19, Wabup Ciamis Terus Ingatkan Prilaku Pencegahan

    Orang Tua Khawatir

    Tidak dipungkiri mendapatkan tugas berisiko dalam percepatan penanganan Covid-19 menimbulkan rasa khawatir di keluarga. Memberikan pemahaman kepada keluarga anak dan suami juga dilakukan untuk membuat mereka tidak terlalu mengkhawatirkan dirinya saat bertugas melawan Pandemi Covid-19.

    Anak dan suami dr. Eni sudah bisa memahami bahkan ketika dia masih sibuk dengan masalah-masalah penanganan walau sudah ada di rumah. Pandemi Covid-19 memang sangat mengubah kehidupan dirinya.

    Lain dengan orang tuanya. Orang tua dr. Eni selalu saja mengkhawatirkan keadaan anaknya yang bertugas di tengah pandemi Covid-19

    “Orang tua saya sangat khawatir, bahkan selalu berpesan agar saya hati-hati dalam bertugas. Kalau anak sama suami Alhamdulillah sudah faham, paling suka ngeledek kalau HP-nya bunyi terus,” kata Eni.

    Pandemi Covid-19
    Dr Eni Rochaeni Beserta keluarga. (FOKUSJabar/Deni Hamdani)

    Di tengah rutinitasnya sebagai tim penanganan kasus dan perubahan prilaku di GTTP Covid-19 Ciamis, Eni mengaku kadang selalu kesal, kecewa bahkan marah di dalam hati ketika melihat tetangga di lingkungan, mayarakat, yang masih terlihat berkerumun tidak mengindahkan protokol kesehatan.

    “Tapi saya juga menyadari bahwa untuk menerapkan kebiasaan perubahan prilaku maryarakat itu memerlukan waktu, gak bisa langsung sekaligus,” kata Eni.

    Secara jujur Eni juga mengkhawatirkan saat melihat massa berbondong-bondong dalam kerumuman yang cukup padat pada aksi penolakan Undang-Undang Omibus Law. Saat itu hatinya menangis karena peningkatan kasus poistif di Ciamis sedang tinggi.

    “Tapi ya saya berdoa semoga semua sehat dan baik-baik saja. Semoga tidak ada kluster baru,” kata dia.

    Ajak Melawan Covid-19 dengan Cinta

    Pandemi Covid-19

    Dokter yang saat ini menjabat Kabid Pelayanan Kesehatan di Dinas Kesehatan Ciamis memilik Taglen dalam bertugas melawan virus corona. Corona kata dia hanya bisa dilawan dengan CINTA.

    CINTA adalah tagline dalam menjalankan tugas melawan virus corona yang dibuat khusus oleh dr. Eni Rochaeni di Ciamis. CINTA memiliki kepanjangan dari : C = Curahkan hati dan pikiran, I = Ikuti Saran dan Masukan Masyarakat, N = Nakes Bersinergis, T = Tetap jaga kolaborasi lintas sektor, A = Allah tempat kita berdoa dan bersyukur.

    Selain itu Cinta juga menjadi simbol yang bisa membangun kekuatan rasa antar sesama manusia, dimana di dalamnya ada upaya saling menjaga karena ada rasa takut kehilangan, saling melindungi, saling berbagi. Cinta kekuatan yang bisa mendorong seseorang melakukan sesuatu tanpa paksaan tergerak oleh kesadaran hati sendiri. Hal tersebut bisa menghentikan pandemi Covid-19 jika dilakukan semua lapisan masyarakat.

    Ketika seseorang merasa takut kehilangan keluarganya karena virus corona dia akan menjaganya dengan cara menerapkan protokol kesehatan. Terjadi proses saling melindungi. Bahkan ketika terdampak ekonomi akan ada dorongan sosial untuk berbagi, itulah kekuatan dari Cinta.

    “Makanya di sini kita menerapkan tagline itu. Corona hanya bisa dilawan dengan Cinta,” kata dr.Eni.

    (Deni Hamdani/Anthika Asmara)

    Berita Terbaru

    spot_img