spot_img
Jumat 19 April 2024
spot_img
More

    Fakta Perubahan Perilaku Anak di Masa Pandemi Covid-19

    CIAMIS,FOKUSJabar.id: Sejumlah orangtua mengaku ada perubahan perilaku anak di masa pandemi, akibat lama tak belajar di sekolah dan belajar di rumah.

    Sederhananya pada saat sekolah normal, anak biasa bangun pagi, mandi pagi, lalu sarapan dan mempersiapkan segala kelengkapan bersekolah. Tetapi, selama belajar di rumah, anak terlihat lebih santai, bahkan mereka lebih asyik bermain dengan telepon genggamnya.

    Perubahan perilaku anak di masa pandemi ini salah satunya diungkap oleh Wendah asal Perumahan Jambansari Ciamis Jawa Barat, dari pengalaman pribadinya.

    “Kalau sekolah anak saya bangun bisa lebih pagi, terus mandi dan siap-siap sekolah. Nah selama belajar di rumah, mereka santay, malah kadang ketika saya sudah mau berangkat kerjapun anak-anak masih di kasur,” kata Wendah.

    Namun begitu Wendah mengatakan dirinya secara bertahap membimbing kedua anaknya bahwa mereka di rumah bukan berarti libur, tetapi tetap harus belajar melalui daring. Mereka harus tetap bangun pagi, mandi, seperti kebiasaan saat sekolah.

    “Tapi itu saya lakukan pelan-pelan, ya kan kalau anak sama orangtua lebih berani menentang, ketimbang sama gurunya. Sama gurunya lebih takut atau nurut lah istilahnya,” kata dia.

    Bagi Wendah yang terpenting bisa menerapkan kepada anak-anaknya untuk selalu rajin cucit tangan, kalau main menggunakan facehield atau masker. “Saya suka bekali mereka handsanitizer dan facehield kalau mau main. Tapi ya namanya anak-anak, apalagi yang laki-laki kadang suka tidak terpantau. Beda sama adiknya yang perempuan lebih tertib,” kata dia.

    BACA JUGA: Usaha Potensial di Desa dengan Prospek yang Menjanjikan

    Mendampingi Belajar Daring Anak

    Wenda memiliki dua anak yang sama-sama masih duduk di sekolah dasar. Yang pertama laki-laki bernama Almer kelas 6 SD, dan yang kedua Almira kelas satu SD di SDN 3 Ciamis.

    Sejak diberlakukan belajar di rumah (BDR) dia harus mendampingi anak-anaknya saat mndapatkan tugas belajar melalui daring. Itu menjadi tantangan yang mau tidak mau harus dia lakukan sebagai orang tua.

    Wenda harus mengatur waktu dengan jadwal dia bekera di kantor. Karena melalui daring, dia bahkan mengatur jadwal dengan guru kelasnya, meminta agar tugas dan jadwal belajar daring Almer dan Almira diatur pada sore hari setelah Wenda pulang kerja.

    “Kan kalau sekolah normal jadwalnya pagi sampai siang, karena ini belajar daring dan saya harus mendampingi, saya minta ke guru kelasnya khusus anak saya dijadwal sore, jadi saya bisa mendampingi setelah pulang kerja. Alhamdulillah bisa,” kata dia.

    Perubahan perilaku anak pada saat belajar di rumah juga dirasakan Wendah berbeda. Hal itu disebabkan karena nuansanya tidak formal, dan yang dihapdannya bukan guru tetapi mamahnya.

    Perubahan perilaku anak
    Seorang sedang memberikan makanan kepada kucing, salah satu bagian perubahan perilaku anak di masa pandemi Covid-19. (FOKUSJabar/Deni Hamdani)

    “Mungkin karena sama mamahnya ya, jadi anak santai. Saya gak papa saja, tidak terlalu killer juga, menyesuaikan. Bahkan kalau Almer atua Almira tugasnya agak lambat pun, saya gak merasa mereka harus menyelesaikannya buru-buru,” katanya.

    Selain tugas yang kaitannya dengan akademik, guru kelas juga meminta orangtua untuk membimbing anak untuk berbagi, baik terhadap saudaranya di rumah, mengaji, atua sesama makhkluk hidup lainya seperti kucing, ikan dan lain-lain, hal ini juga faktor perubahan perilaku anak. 

    “Nah pada saat anak-anak menjalankan tugas itu saya vidioe atau foto dan dilaporkan kepada guru kelas,” kata dia.

    Dari sisi sarana belajar Daring Wendah merasa terbantu dengan adanya program kuot gratis yang diberikan pemerintah. Kuota yang dia dapat dari pemerintah sebesar 30 GB, tetapi khusus untuk Google Classroom, atau Ruang Guru.

    “Gak bisa dipake buat Youtuban atau maen game, jadi itu kuoata memang khusus belajar anak,” kata dia.

    Sebenarnya kata Wendah dia menginginkan kondisi wabah Virus Corona segera terkendali, agar anak-anaknya bisa kembali belajar di sekolah. Karena bagaimanapun adan nilai-nilai kedisiplinan, keseriusan dan sosial yang bisa anak-anak terima di lembaga pendidikan formal, pasalnya dengan kondisi ini sangat jelas sekali perubahan perilaku anak. 

    Hal serupa juga dipaparkan Nurlaela dari Cigembor. Khusus untuk anak-anak TK belajar sambil bermain sangat penting. Tetapi pada saat pandemi mereka harus belajar di rumah dalam bimbingan orangtua, ini yang membuat perubahan perilaku anak

    Anak seusia itu kata Nurlaela lebih manja pada ibunya, ketimbang pada gurunya. Akan sangat nurut pada guru di sekolah ketimbang orangtuanya. “Tetapi, ya kita nikmati dan jalani saja. Tugas anak TK kan sebenarnya ringan, cuma ya itu kalau sama orangtuanya kadang susah diikuti, beda jika sama gurunya langsung,” kata Nurlaela.

    BACA JUGA: 7 Tempat Wisata di Pulau Bintan, Permata Tropis di Indonesia

    Jangan Bandingkan Efektifitas Belajar Pada Kondisi Normal dengan Masa Pandemi

    Perubahan perilaku Anak
    Kepala Dinas Pendidikan yang juga Koordinator Perubahan Perilaku GTTP Covid-19 Ciamis Tatang. (FOKUSJabar/Deni Hamdani)

    Kepala Dinas Pendidikan yang juga Koordinator Perubahan Perilaku GTTP Covid-19 Ciamis Tatang mengatakan memang tidak bisa menyamakan antara efektifitas belajar pada saat normal dengan pada saat Covid-19 yang tidak normal.

    “Efektifitas belajar noraml dengan kondisi tidak normal tentu sangat berebda. Kalau dirasakan ada yang kurang, tidak efektif, kan namanya juga belajar yang dijalankan pada posisi tidak normal, melalu belajar di rumah,” kata dia.

    Pengalaman orang tua dan harapannya ingin kembali pada situasi belajar yang normal sangat wajar. Pemerintah pun kata Tatang menginginkan hal yang sama.

    “Kita kan pernah ya, coba mulai kegiatan belajar tatap muka, ternyata kemudian ada tenaga pendidik yang positif, ya kita tidak bisa ambil resiko. Makanya kami kembali berlakukan belajar daring,” kata Tatang.

    Selain belajar di rumah melalui daring, Dinas Pendidikan juga tetap memberlakukan guru keliling secara teratur terjadwal dan tetap dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.

    “Kita bisa bayangkan jika tidak ada guru keliling, dimana kata orangtua anak lebih mengikuti gurunya ketimbang mamahnya. Makanya guru keliling tetap dijalankan, yang mendatangi langsung ke rumah peserta didik,” kata Tatang.   

    Tatang berharap, orangtua bisa sama-sama menerapkan kesabaran melaksanakan bimbingan, mendampingi anak-anaknya selama di rumah. Dia juga berpesan agar proses komunikasi antara orang tua dan tenaga pendidikan berjalan dengan aktif dan baik, sehingga tidak ada miskomunikasi, agar perubahan perilaku anak ini tidak mengaggu pada psikologinya. 

    “Seperti misal mengatur jadwal belajar daring anak dengan waktu oran tua ada dirumah sepulang kerja. Tenaga pendidikan juga harus fleksibel mengerti pada posisi orang tua siswa yang mendampingi anak saat belajar jarak jauh,” kata Tatang.

    Perubahan perilaku anak kata Tatang harus dilakukan semua pihak, mulai dari tenaga pendidik, peserta didik, termasuk juga orang tua siswa.

    (Deni Hamdani/Antik)

    Berita Terbaru

    spot_img