CIAMIS, FOKUSJabar.id: Leuweung larangan (Hutan Lindung) di tengah pemukiman warga Dayeuhdatar, Desa Nagarapageuh, Kecamatan Panawangan, Kabuapaten Ciamis, Jawa Barat, sangat sakral bagi warga setempat. Hal ini membuat kelestarian hutan tersebut tetap terjaga.
Kelestarian hutan terlihat dengan masih berdiri tegaknya pohon-pohon besar dan rindang. Tangan-tangan jahil pun sepertinya enggan untuk mengganggu apalagi merusak kelestariannya.
Ketua Paguyuban Adat Desa Nagarapageuh, Eman Sulaeman menuturkan, bukan tanpa alasan jika pohon-pohon besar tetap bgerdiri kokoh di Leuweung Larangan, tanpa ada gangguan tangan jahil para penjarah. Pasalnya, siapa saja yang mencoba merusak atau sekadar mengambil kayu dari hutan tersebut akan terkena karma.
“Hutan itu bagi masyarakat disini sangat sakral sehingga tidak ada yang berani mengambil sesuatu yang ada di dalam hutan itu,” ujar Eman.
BACA JUGA: KLHK: Terjadi Regenerasi Alami Tumbuhan dan Hutan Saat COVID-19
Karma yang akan menimpa masyarakat jika mengambil kayu dari Leuweung Larangan, konon, didatangi mahluk gaib berwujud Maung Lodaya.
“Percaya atau tidak. Kata orang tua dulu, pernah ada warga yang tanpa ijin mengambil kayu dari hutan dan dia pun didatangi Maung Lodaya,” tuturnya.
“Kejadian ini menjadi cerita turun temurun. Dan sampai saat ini, warga disini tidak ada yang berani mengambil kayu dari Leuweung Larangan karena tidak mau ambil resiko,” tegasnya.
Sementara terkait ‘cap’ sakral yang disematkan kepada Leuweung Larangan karena keberadaan makam Raden Undakan Palangan Sari. Beliau merupakan salah seorang pemimpin Desa Nagarapageuh di masa lalu.
“Di lokasi pangsaeran handap terdapat makam Raden Undakan Palangan Sari, seorang pemimpin yang adil bijaksana sehingga karomahnya sampai saat ini masih diyakini masyarakat. Itu yang membuat hutan itu sakral,” pungkasnya.
(Husen Maharaja/ars)
