spot_img
Sabtu 20 April 2024
spot_img
More

    Trump Tak Percaya Amerika Serikat Menjadi Tertinggi Kasus Covid-19 di Dunia

    AMERIKA SERIKAT, FOKUSJabar.id: Amerika Serikat menjadi negara dengan jumlah kasus positif virus Corona tertinggi di dunia, melampaui Cina dan Italia. Namun Presiden Amerika, Donald Trump ogah mempercayai fakta tersebut.

    Dilansir The New York Times, jumlah kasus positif corona di AS mencapai 81.321 pasien. Sementara menurut data Johns Hopkins University, jumlah kasus positif di AS mencapai 83,507, dimana 1,209 pasien di antaranya meninggal dan 680 orang sembuh.

    Sementara AFP melansir jumlah kasus di China per Kamis (26/3/2020) mencapai 81.285 pasien dan Italia sebanyak 80.539 pasien.

    BACA JUGA: Tembus 85.377 Orang, Kasus Corona AS Tertinggi di Dunia 

    Presiden AS Donald Trump ogah mempercayai fakta yang muncul tersebut. Ia bersikeras jika kasus di Cina masih yang terbanyak namun tak diungkap seluruhnya.

    “Anda tidak tahu jumlah (kasus yang sebenarnya) di China,” ujar Trump dilansir AFP, Kamis (27/3/2020) waktu setempat.

    Trump mengatakan, dirinya akan menghubungi Presiden China, Xi Jinping dan membicarakan masalah ini. Trump pun mengaku memiliki hubungan sangat baik dengan Xi sehingga pandemi virus corona bisa dituntaskan.

    Selain membahas penanganan pandemi virus corona, Trump pun akan membicarakan rencana negosiasi perjanjian perdagangan baru antara kedua negara yang sempat melakukan perang dagang. Namun Trump menilai jika Xi kemungkinan besar akan menunggu perundingan perjanjian perdagangan hingga Pemilu AS selesai digelar November mendatang.

    Terkait kondisi di negaranya, Trump telah menginstruksikan jajarannya untuk segera mengirim bantuan ke wilayah-wilayah pandemi. Para pemimpin senat berusaha mengatasi masalah ini dengan mengucurkan dana senilai 2 triliun dolar AS untuk menangani virus corona.

    Namun Trump tetap bersikeras tidak akan menerapkan lockdown secara menyeluruh di negaranya. Menurut dia, langkah tersebut berlebihan dan dirinya yakin krisis virus corona akan berakhir sebelum Paskah pada 12 April mendatang.

    “Saya dengan senang hati membuka negara ini dan bersiap untuk Paskah. Kita kehilangan ribuan orang setiap tahun karena flu dan tidak menutup negara ini. Kau bisa menghancurkan negara dengan menutupnya. Kita kehilangan lebih banyak orang lagi dalam kecelakaan mobil tapi tidak mengatakan kepada perusahaan mobil untuk berhenti membuat mobil,” pungkasnya.

    (ars)

    Berita Terbaru

    spot_img