spot_img
Minggu 5 Mei 2024
spot_img
More

    Dramatari ‘Purnamasari : Silalatu Pajajaran’ Bisa Menggugah Generasi Milenial Mengenal Sejarah

    BANDUNG, FOKUSJabar.id : Dipilihnya kisah Purnamasari : Silalatu Pajajaran dalam pagelaran dramatari, menjadi upaya Departemen Pendidikan Seni Tari Fakultas Pendidikan Seni dan Desain (FPSD) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dalam mengungkap sejarah Kerajaan Pajajaran.

    Bahkan, cerita sejarah Kerajaan Pajajaran sendiri sudah diangkat dalam dramatri dalam tiga tahun terakhir.

    Dosen Pembimbing Dramatari Departemen Pendidikan Seni Tari FPSD UPI, Ayo Sunaryo menuturkan, perjalanan kisah Kerajaan Pajajaran cukup panjang dan banyak kisah yang belum tergali.

    Pihaknya pernah menggarap teater perang Bubat tentang perang antara Kerajaan Pajajaran dengan Majapahit pada tahun 2016, lalu kisah Sang Hyang Hawu atau Prabu Jaya Perkasa yang menjadi Raja Sumedang Larang dan sebelumnya sebagai Patih di Kerajaan Pakuan Pajajaran di tahun 2017.

    ” Dan pada dramatari hari ini, kita mengggarap tentang putri Purnamasari : Silalatu Pajajaran. Jadi dramatari yang digelar hari ini merupakan rangkaian dalam mengungkap kisah dan sejarah Kerajaan Pajajaran,” ujar Ayo saat ditemui di sela-sela pagelaran di Teater Tertutup Taman Budaya Jawa Barat, Jalan Bukit Dago Atas, Kota Bandung, Senin (17/6/2019).

    Pihaknya mengambil tema sejarah, lanjutnya, agar generasi muda saat ini bisa mengenal sejarah, salah satunya tentang kerajaan Pajajaran. Selain itu, cerita putri Purnamasari sarat dengan nilai-nilai historis lokal yang harus diketahui generasi jaman sekarang.

    ” Proses persiapan pagelaran sendiri cukup lama, kurang lebih 3 bulan. Kesulitannya, dalam menuangkan cerita dalam naskah dalam sebuah koreografi karena naskahnya sendiri disakralkan sehingga tidak bisa dibaca dan ditelaah secara utuh. Hanya berdasarkan informasi-informasi pokok yang disampaikan langsung pewaris naskah,” tuturnya.

    Dalam dramatari sendiri, sekitar 250 mahasiswa Departemen Pendidikan Seni Tari FPSD UPI terlibat secara langsung. Baik sebagai pemeran dalam dramatari, pemusik, hingga dalam kepanitiaan pagelaran.

    ” Untuk mahasiswa angkatan 2016, terlibat sebagai pemeran dan menjadi salah satu bahan penilaian akademis. Mulai dari penilaian secara koreografi, manajemen pertunjukan, hingga publikasi,” tegasnya.

    Salah seorang mahasiswa Departemen Pendidikan Seni Tari FPSD UPI angkatan 2016 yang memerankan Ratu Purnamasari, Nur Fachmi mengaku jika dirinya menemukan berbagai kesulitan dalam memerankan putri dari salah satu Raja Pajajaran tersebut. Salah satunya dalam mendalami karakter Ratu Purnamasari yang ladak (gagah) sekaligus sebagaoi ratu yang lembut.

    ” Saya harus memiliki rasa dan chemistry dalam memerankan peran saat situasi perang atau memerankan peran menjadi seorang istri atau saat bersama suami dan anak. Disitulah kesulitannya. di satu sisi gagah tapi di satu sisi lain harus lemah lembut. Alhamdulillah, dari penampilan tadi, saya cukup puas meski dengan persiapan latihan yang singkat,” ujar Nur Fachmi.

    Selain bisa memerankan seorang ratu dari Kerajaan Pajajarn, Nur Fachmi pun mengaku mendapat berbagai pelajaran berharga. Selain bisa mengetahui sosok seorang ratu Purnamasari, dirinya pun bisa mengetahui sejarah dari kerajaan terbesar di Jawa Barat yakni Pajajaran.

    ” Saya jadi tahu (Kerajaan) Pajajaran itu seperti apa saat dulu. Semoga dengan adanya Dramatari ini generasi milenial saat ini bisa lebih ingin mengetahui sejarah yang sebenarnya dari yang belum mereka ketahui,” tegasnya.

    Sementara itu, Pewaris Pantun Pajajaran Bogor/Kabuyutan Giri Tresna Wangi, Edi Yusuf mengaku sudah cukup puas dengan pengejawantahan naskah Purnamasari : Silalatu Pajajaran dalam pagelaran dramatari. Dengan persiapan relatif singkat dan pertemuan hanya sekitar empat kali, sudah mampu membuat pagelaran yang luar biasa.

    ” Saya memang hanya memberi poin-poin penting saja, tapi bisa diterjemahkan oleh mahasiswa UPI hingga sedemikian rupa bahkan segi pendalaman karakternya pun bisa terlihat. Memang ada beberapa hal yang harus diperbaiki, tapi pada prinsipnya sudah luar biasa dan sudah cukup baik,” pungkas Edi Yusuf.

    (ageng/bam’s)

    Berita Terbaru

    spot_img