spot_img
Minggu 19 Mei 2024
spot_img
More

    Towel: Match Fixing Buat Publik Tak Percaya Sepakbola

    BANDUNG, FOKUSJabar.id: Pengamat sepakbola Indonesia Tommy Welly (Towel) menyebut, kasus match fixing yang terjadi akan berimbas pada kepercayaan masyarakat terhadap persepakbolaan Indonesia, baik dari pertandinga, kompetisi, pemain, wasit, hingga federasinya (PSSI).

    “Match fixing ini menghancurkan integritas dan nilai spotivitas dalam sepakbola. Ini akan membuat publik tidak lagi percaya pada sepakbola. Imbasnya sponsor akan pergi. Karena itu, Michael Platini bilang jika match fixing itu musuh besar sepakbola,” kata Towel dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk ‘Membangun Masa Depan Sepakbola Indonesia Bersama Satgas Antimafia Bola’ di El Royal Hotel, Jalan Merdeka Kota Bandung, Kamis (28/3/2019).

    Pengamat sepakbola Indonesia, Tommny Welly sebut match fixing yang terjadi akan berimbas pada kepercayaan masyarakat terhadap sepakbola Indonesia (foto Ageng)
    Pengamat sepakbola Indonesia, Tommny Welly sebut match fixing yang terjadi akan berimbas pada kepercayaan masyarakat terhadap sepakbola Indonesia (foto Ageng)

    Towel menilai bahwa kasus match fixing di Indonesia menjadi besar karena melibatkan jajaran elite federasi (PSSI). Tidak hanya pemilik klub, pemain, atau pihak luar, tetapi melibatkan pengurus elite di PSSI mulai dari jajaran komite eksekutif hingga Plt Ketua Umum PSSI Joko Driyono (Jokdri).

    Sebagai musuh bersama, lanjut Towel, federasi sepakbola tertinggi di dunia (FIFA) sudah mengeluarkan surat edaran khusus terkait rekomendasi untuk melawan segala bentuk match fixing sepakbola pada tahun 2014. Bahkan AFC mengeluarkan sebuah grativikasi policy atau semacam ‘saluran’ aman bagi siapapun untuk bicara jika ada permasalahan mastc fixing pada tahun 2016.

    “Ini seharusnya ditindaklanjuti oleh PSSI dengan menyiapkan saluran itu. Komite ad hoc atau Komite Disiplin sendiri terlihat diam tidak berbuat apa-apa. Ini karena match fixing di Indonesia sudah berjalan sejak lama, dan sudah merasa terkondisikan bahkan dianggap hal biasa,” tegas dia.

    (Ageng/LIN)

    Berita Terbaru

    spot_img