spot_img
Sabtu 20 April 2024
spot_img
More

    Pakar: Iklan Jokowi di Bioskop Bentuk Pencitraan

    BANDUNG, FOKUSJabar.id: Video iklan yang menampilkan keberhasilan pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla dalam membangun 65 bendungan di layar bioskop, dikategorikan bukan sebagai kampanye melainkan sebagai kategori pencitraan diri.

    “Kalau dikatakan iklan tersebut kampanye atau bukan, sekarang kan belum masa kampanye, Jadi bukan. Namun jika harus dikategorikan, video ini masuk pada pencitraan diri,” kata Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio, Senin (17/9/2018).

    Sebagai petahana, sebetulnya pemerintah bisa menyampaikan keberhasilan pembangunan lewat apapun. Namun akan lebih baik, lanjut Hendri, jika iklan keberhasilan tersebut tanpa menggunakan sosok Jokowi. Mengingat saat ini mantan Walikota Solo itu akan kembali maju di Pilpres 2019.

    “Kalau kita perhatikan betul video iklan itu, sebetulnya kalau Jokowi nya tidak ada, itu konten subtansinya akan tetap terlihat bagus. Kalau pun mesti dipaksakan harus ada figur bisa dipakai Jusuf Kalla supaya lebih netral,” jelas Hendri.

    Hendri menilai, tipikal pencitraan seperti itu, bukanlah ciri khas dari Jokowi. Ia menilai Jokowi lebih mengedepankan hasil kerja pemerintah dari pada sosok pribadi dirinya.

    Ia menduga ide video tersebut datang dari Menkominfo untuk mencitrkan bahwa dirinya telah melakukan hal baik bagi Jokowi. Hendri menyindir mudah-mudahan Rudiantara tahun depan terpilih kembali sebagai Menteri.

    “Saya ingat betul saat dia (jokowi) di Jakarta merobek spanduk yang memuat foto dirinya. Menurut dia yang paling penting adalah hasil kerja pemerintah bukan bukan dirinya,” terang Hendri.

    Dirinya pun menilai, Jokowi sebagai petahana lebih diuntungkan dalam pertarungan Pilpres 2019. Menurutnya, Jokowi lebih memiliki banyak alternatif cara untuk menggaet suara. Namun jika cara tersebut salah yang dilakukan. Justru akan menjadi boomerang bagi Jokowi.

    “Harusnya incumbent bisa memanfaatkan beberapa hal yang tidak dimiliki oposisi. Bagi oposisi juga harusnya lebih cerdas, bahwa petahana sering memanpaatkan hal-hal seperti ini,” pungkasnya. (Vetra)

    Berita Terbaru

    spot_img