BANJAR,FOKUSJabar.id: Sebuah kejadian mengejutkan terjadi di Pondok Pesantren Fatturohman, Desa Binangun, Kota Banjar, Jawa Barat yang melibatkan oknum purnawirawan TNI AU berinisial AY.
AY diduga melakukan tindakan intimidasi dengan menodongkan pistol kepada para santri di pondok pesantren tersebut pada Jumat pagi (17/8/2024) lalu.
BACA JUGA: Alam Mbah Dukun Mundur dari Pilkada Kota Banjar
Aksinya pun mengundang reaksi dari berbagai pihak hingga akhinya dilakukan proses mediasi di Kantor Desa Binangun, Kota Banjar, Jawa Barat. Senin (19/8/2024).
Proses mediasi ini diikuti oleh beberapa ulama dan ribuan santri dari berbagai pondok pesantren baik yang ada di Kota Banjar, Ciamis, Tasik dan Pangandaran.
Dalam proses mediasi, AY menampik kejadian intimidasi yang dilakukannya kepada para santri, kejadian awalnya tidak seperti itu.
“Saya datang ke pak Ujang (Pimpiman Ponpes Fatturohman) dengan maksud hanya menanyakan, tidak ada maksud lain,” katanya saat proses mediasi.
Aturan Pengeras Suara dan Izin Pesantren
Ia mengatakan, hanya ingin menanyakan terkait beberapa hal.”Yang ingin saya tanyakan itu terkait tatacara pengunaan pengeras suara, pesantrennya sudah punya izin apa belum dan mohon perhatikan toleransi,” kata AY saat memberikan klarifikasi.
AY mengaku merasa terganggu dengan suara-suara yang bersumber dari pondok pesantren ini, apalagi ketika waktu subuh.
“Saya itu asli dari sini, kecil di sini sekolah di kota masuk pendidikan militer dan berkarir di militer. Setelah purna saya ingin istirahat dan kalau saya tidur suka larut malam. Saya terganggu dengan suara dari pengeras suara ponpes ini,” katanya.
Adapun terkait kebenaran AY menodongkan pistol ke santri, ia mengatakan bahwa itu merupakan pistol mainan saja. “Itu hanya mirip pistol saja (mainan) kalo pistol ada di rumah,” kata dia.
Sementara itu, perwakilan keluarga Ponpes Fatturohman, Yayan Ahmad Jalaludin mengatakan kejadian bermula pada jumat pagi, aktivitas pesantren 3.30 WIB membangunkan anak-anak santri dengan tadarus Al – Qur’an.
Tadarus waktu itu dipimpin oleh santri bernama Roiz memimpin pembacaan Al-Quran setengah empat, karena sudah waktunya bangun.
“Tiba-tiba datang (AY) pake motor, pertama nanyain kepada santri mana ajengan (pimpinan pompes), kebetulan Kyai kami baru pulang berobat jantung, jam 1 malam baru nyampe, dan santri jawab masih istirahat masih tidur kemudian suruh dibangunin,” ujarnya.
AY Membawa Barang Seperti Pistol
Yayan mengatakan bahwa keterangan saksi keliatan AY ini membawa barang seperti pistol terus datang ke halaman masjid memanggil pemimpin doa di Masjid.
“Hey kesini, saat disamperin mau salaman malah ditarik terus dipaksa ingin bertemu dengam pimpinan pesantren, kata santri yang ada disana (AY) ini smpai menggebrak-gebrak jendela dan memukul-mukul pintu memaksa Kyai Ujang harus bangun,” katanya.
“Terus dia nanya ini pesantren ada izinnya ga, pokonya tidak berahlak. Terlebih saat di mediasi yang bersangkutan ini terlihat tidak memiliki penyesalan atas perbuatan yang Ia lakukan. Sekarang dibawa ke Polres Banjar untuk ditempuh ke jalur hukum,” kata Yayan.
Sebagai informasi Kepala Kemenag Kota Banjar Riana Anom Sari mengatakan bahwa Pondok Pesantren Fatturohman, Desa Binangun sudah memiliki izin dari kementrian pusat.
“Pondok pesantren ini sudah berizin dapat izin dari kementrian pusat. Kemudian pondok pesantren itu tempat para santri menuntut ilmu agama, terkait penggunaan pengeras suara ponpes itu dperbolehkan 24 jam. Dari mulai bangun tidur sampe tidur lagi karena ada aturan di setiap ponpesnya,” kata Riana saat proses mediasi.
Proses mediasi di Kantor Desa Binangun berlangsung dari mulai pukul 13.00 WIB hingga pukul 15.40 WIB. Kemudian berlanjut ke Polres Banjar karena belum menemukan titik terang.
Dari pantauan, ribuan santri yang hadir sangat geram dengan sosok oknum purnawirawan TNI AU ini. Bahkan saat yang bersangkutan dibawa ke Polres Banjar, santri-santri pun melempari AY.
AY pun dibawa oleh polisi dengan dikawal ketat menggunakan mobil Dalmas. Amuk para santri pun tidak sampai di sana, terlihat kendaraan roda empat milik AY di ruksak. Kemudian rumahnya yang tidak jauh dari kantor desa dilempari batu oleh santri yang hadir dalam proses mediasi.
(Budiana Martin/Irfansyahriza)