BANDUNG,FOKUSJabar.id: Pemerhati Lingkungan Micky Fachrul mendorong Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) menyiapkan tempat pengolahan sampah di lingkungan Masjid Al Jabbar, Gedebage, Kota Bandung.
Hal itu penting dilakukan mengingat produksi sampah dari pengunjung diprediksi akan banyak.
Politisi Partai Gelora Jabar ini pun khawatir dengan produksi sampah dari Masjid Al Jabbar itu.
BACA JUGA: Lelang Museum Masjid Al Jabbar Capai Rp20 M, Ini Penjelasan DBMPR Jabar
”Daya tampung masjid itu kan mencapai 20 ribu jamaah. Apalagi masjid kebanggaan warga Jabar itu menjadi daya tarik wisatawan, pastinya akan banyak pengunjungnya,” kata Micky di Bandung, Kamis (12/1/2023).
Dia mencontohkan saat peresmian Masjid Al Jabbar yang menyisakan sekitar 1,9 ton sampah.
“Informasi dari berbagai sumber, sampahnya mencapai 1,9 ton. Jika diasumsikan per hari menghasilkan 20 persen (380 kilogram) dari jumlah saat peresmian, maka akan menimbulkan persoalan baru jika tidak ditangani dengan baik,” kata dia.
Apalagi saat ini produksi sampah Kota Bandung mencapai 1.50 ton per hari dan dibuang ke TPA Sarimukti. Adapun daya tampung Sarimukti saat ini sudah tidak memadai, menyusul TPA tersebut digunakan juga menampung sampah Bandung Raya lainnya.
“TPA Sarimukti sudah melebihi kapasitas. Daya tampung 2 juta ton, tapi saat ini sampahnya sudah mencapai 14 juta ton,” kata dia.
Micky berharap Pemprov Jabar bisa menyiapkan tempat pengolahan sampah khusus Masjid Al Jabbar. Hal ini memungkinkan jika ada kemauan dari otoritas dalam hal ini pemerintah.
“Syukur-syukur jika bisa yang teknologinya bagus. Meski yang biasa juga tidak masalah selama mampu mengolah sampah Al Jabbar, sehingga sampah itu tidak perlu dibuang ke TPA,” kata Micky.
Apalagi Masjid Al Jabbar memiliki luas 25 hektar, sehingga salah satu bagiannya bisa digunakan untuk tempat pengolahan sampah.
“Dari lahan seluas itu, harusnya bisa untuk tempat pengolahan sampah sendiri. Asal ada kemauan,” kata dia.
Dari sisi anggaran, kata dia, seharusnya tidak menjadi persoalan.
“Itu kan biaya (pembangunan) total Rp1,2 trilyun. Harusnya bisa untuk pengolahan sampah. Karpetnya saja bisa yang mahal, dari Turki. Kenapa tidak mau untuk membuat tempat pengolahan sampah. Tinggal kemauan saja,” kata Micky.
Adanya pengolahan sampah pun menjadi bagian dari syiar, dimana kebersihan sebagian dari iman.
(LIN)