spot_img
Sabtu 20 April 2024
spot_img
More

    Melalui Program ECP , Jabar Dorong Eksportir Milenial

    BANDUNG,FOKUSJabar.id: Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Barat aktif mendorong pertumbuhan jumlah eksportir milenial yang masuk dalam kategori industri kecil menengah (IKM).

    Asisten Daerah Bidang Administrasi Setda Jabar Ferry Sofwan Arif mengatakan Pemprov tengah fokus pada pertumbuhan eksportir muda dan milenial, Menurutnya ada ceruk ekspor non migas yang bisa diisi oleh anak-anak muda. 

    “Kita berkaca pada data bahwa ekspor Jawa Barat itu paling tinggi di Indonesia, karena produk kita lebih beragam,” katanya di acara Kick Off Eksportir Milenial di Gedung Sate, Bandung, Jumat (1/7/2022).

    BACA JUGA: Bapenda se-Indonesia Bahas Rekomendasi HKPD

    Potensi eksportir milenial tumbuh bisa dilihat dari data kependudukan BPS tahun 2020 yang menyebut jumlah penduduk Jawa Barat mencapai 48,2 juta jiwa. Dari angka ini sebanyak 25 persen adalah anak muda atau generasi Y dan 21 persen adalah generasi Z.

    “Kelompok anak muda ini lebih dari 50 persen mereka bisa menjadi konsumen sekaligus produsen,” kata dia.

    Menurutnya peluang ekspor komoditas maupun produk olahan dari kaum milenial sangat terbuka dan ceruk pasarnya luas. Variasi produk yang diekspor oleh para milenial Jawa Barat menurutnya beragam mulai dari kantung urin, briket batubara, kelapa parut, hingga tanaman hias.

    ”Ini bisa kita garap bersama-sama, milenial ini mereka melek informasi dan digitalisasi, yang paling kesempatan ini bisa dimanfaatkan oleh generasi Z dan Y,” paparnya.

    Kepala Disperindag Jabar Iendra Sofyan mengatakan pihaknya menggenjot pertumbuhan eksportir milenial melalui program Export Coaching Program (ECP) yang digelar sejak 2019. 

    “Sudah ada sekitar 240 eksportir milenial yang kita latih, tahun 2022 ini ada 30 orang dari 150 orang yang mendaftar dan berhasil kami kurasi,” katanya.

    Dalam ECP ini selama setahun peserta diberikan pengetahuan mengenai riset pasar negara tujuan ekspor, mencari data calon buyer , korespondensi bisnis, informasi dan peluang pasar dari perwakilan dagang di negara tujuan ekspor serta persiapan business matching. 

    “April-Juni 2022 ini kami sudah berhasil mengekspor 158.344 US$ dari 9 komoditi,” katanya.

    Ke depan program ECP akan terus dikembangkan pihaknya menggandeng dukungan perbankan hingga Bank Indonesia beserta dinas terkait seperti KUK, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura dan Dinas Perkebunan.

    “Semuanya harus terkoordinir di Disperindag, karena kami yang akan melaporkan seluruh aktifitas ekspor baik manufaktur dan IKM,” ujar dia.

    Meski peluang terbuka lewat program ECP, Iendra memastikan proses seleksi dan kurasi diberlakukan pihaknya mengingat kemampuan dan semangat tiap peserta berbeda-beda. Dari 150 eksportir yang mendaftar ECP, hanya seperlima yang siap melakukan ekspor.

    “Bukan sisanya kita biarkan, tapi kami terus bina untuk lebih siap lagi melakukan ekspor,” katanya.

    Menurutnya program ECP akan menjadi filter bagi eksportir milenial yang tangguh karena peserta harus melewati enam tahap. Peserta diberikan pengetahuan mengenai riset pasar negara tujuan ekspor, mencari data calon buyer.

    Lalu ada korespondensi bisnis, informasi dan peluang pasar dari perwakilan dagang di negara tujuan ekspor serta persiapan business matching.

    BACA JUGA: Ma’ruf Amin Sebut Tjahjo Kumolo Sempat Kerja dalam Keadaan Sakit

    “Jadi tidak langsung ekspor, tidak langsung container, tapi bertahap,” ujar dia.                   

    Deputi Kepala Perwakilan BI Jawa Barat, Bambang Pramono mengatakan ekonomi global saat ini menghadapi tantangan cukup berat. Salah satunya adalah staglasi yakni sebuah kondisi ekonomi yang melambat dan biasanya disertai dengan kenaikan harga-harga pokok (inflasi). Ekspor yang terus tumbuh diharapkan bisa menghindarkan kondisi ekonomi nasional dari ancaman tersebut.

    Bambang juga menilai pertumbuhan eksportir milenial bisa membantu pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang nilai ekspornya saat ini menopang 43 persen. Milenial yang dibantu dengan sokongan teknologi dan serta kebijakan dari pemerintah akan menjadi eksportir yang mumpuni. 

    “Ada banyak sektor yang bisa didorong ekspor, maritim, pertanian, ini menjadi kesempatan kita untuk menggali potensi,” tuturnya.

    Keberhasilan peserta program ECP 2021 diungkapkan salah satu eksportir milenial Mariana dari CV Sankimo Ultraviolet yang menghasilkan produk kantong urin. Berdiri sejak 2012, perusahaannya memproduksi kantong urin memakai produk kertas. 

    “Kami launching 2017, kalau pipis itu urin bisa menjadi gel, tapi 2017 itu ada trust issue dari masyarakat jadi belum banyak diminati,” ujarnya.

    Produk tersebut lalu dikembangkan lagi menjadi berbahan plastik ramah lingkungan berbahan corong yang bisa dipakai untuk traveling. Menyasar pasar haji dan umroh yang tinggi, namun saat pandemi Covid-19 pihaknya terdampak karena tidak ada aktifitas haji dan umroh selama dua tahun. 

    Peluang ekspor datang setelah pihakya ikut Makkah Expo pada Maret 2022 lalu dan menghasilkan kontrak kerjasama pembelian senilai 170 ribu US$. Pihaknya saat ini tengah mengurus perizinan perbekalan peralatan rumah tangga (PKRT). 

    “Kami pikir produk kami hanya untuk jalan-jalan saja, tapi setelah dibantu Disperindag produk kami bisa masuk ke produk kesehatan juga, jadi ekspor itu mudah sulit tapi membuat kami dan tim tetap berprasangka baik, karena milenial itu punya semangat, tenaga dan mimpi yang tidak terbatas,” ujarnya.

    Berita Terbaru

    spot_img