spot_img
Jumat 29 Maret 2024
spot_img
More

    Mengenal DN Aidit dan Tokoh Penting Peristiwa G30S/PKI

    BANDUNG,FOKUSJabar.id: Dalam memperingati peristiwa G30S/PKI yang terjadi 56 tahun yang lalu, maka tak ada salahnya mengenal tokoh-tokoh yang terlibat di dalamnya.

    Salah satu nama penting adalah Dipa Nusantara Aidit yang biasa dikenal dengan sebutan DN Aidit.

    DN Aidit merupakan tokoh penting dari sekian banyak nama pada pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).

    Dipa Nusantara Aidit yang biasa dikenal dengan sebutan DN Aidit. (web)

    Meski hingga sekarang tak ada yang tahu bagaimana kematian DN Aidit, bahkan di mana jenazahnya pun tidak diketahui.

    BACA JUGA: Belasan Anak Jalanan Di amankan Satpol PP Ciamis Karena Meresahkan Masyarakat

    Melansir Intisari, PKI bisa tumbuh di tanah air merupakan campur tangan seorang sosialis asal Belanda bernama Henk Sneevliet.

    Di Indonesia dia mendirikan sebuah partai bernama Indische Sociaal Democratische Vereenging (ISDV) yang merupakan cikal-bakal PKI.

    ISDV kemudian berganti nama menjadi PKI pasca Indonesia merdeka.

    Organisasi ini lambat laun semakin membesar dengan ratusan ribu pendukung hingga dinobatkan sebagai partai komunis non-penguasa terbesar di dunia setelah Rusia dan Cina.

    Massa PKI yang semakin banyak karena rakyat Indonesia (saat itu) menilai bahwa ideologi komunis yang cocok dengan keadaan mereka.

    DN Aidit dikenal sebagai tokoh partai Palu Arit Indonesia yang paling populer.

    Ketika itu DN Aidit dianggap yang paling bertanggung jawab atas peristiwa berdarah G30S PKI, tak mungkin jika ia mengaku tidak tahu menahu mengenai peristiwa tersebut.

    BACA JUGA: Merespon KAMI, Anak DN AIDIT: Jika Mau Nyapres Gak Usah Angkat soal PKI

    Namun selain DN Aidit, sebenarnya ada dua nama yang sangat penting dalam gerakan G30S/PKI yakni Muso Manowar atau Munawar Muso alias Musso dan Alimin bin Prawirodirdjo.

    Muso Manowar atau Munawar Muso alias Musso. (web)

    Para pemimpin PKI pada 25 Desember 1925 mengadakan pertemuan kilat di daerah Prambanan, Klaten, Jawa Tengah.

    Dalam pertemuan itu mereka bahas sebuah aksi pemogokan hingga angkat senjata yang bakal dilakukan oleh kaum tani serta buruh.

    Maksudnya adalah melancarkan aksi pemberontakan di seluruh nusantara atas pendudukan Belanda.

    Seharusnya, rencana itu disampaikan kepada wakil Komunis Internasional (Komintern) yang berada di Singapura.

    Untuk mewujudkannya, PKI pun mengirim Alimin dan Musso ke Singapura.

    Alimin bin Prawirodirdjo.

    Menindaklanjuti rencana pemberontakan tersebut, Komintern di Singapura pun mengirim keduanya ke Moskow, Uni Soviet.

    Musso dan Alimin rupanya langsung dihadapkan kepada pemimpin besar Komunis, yaitu Stalin ketika di Moskow.

    Mereka berdua rupanya mendapat mandat dari Stalin agar rencana pemberontakan dibatalkan untuk sementara, serta mengubah cara kerja PKI menjadi bawah tanah dengan menyebarkan propaganda kepada Belanda.

    Namun, sekembalinya ke tanah air Musso malah melancarkan pemberontakan kepada Belanda di Batavia dan Sumatera Barat.

    karena persiapan yang kurang matang, pemberontakan itu pun langsung ditumpas dan Belanda melarang adanya PKI lagi di Nusantara.

    Bahkan, Musso dan Alimin pun ditangkap Belanda dan dipenjara.

    Sekeluarnya dari penjara, Musso pergi ke Moskow pada tahun 1935 walaupun sempat kembali ke tanah air, tapi diusir dan kembali lagi ke Uni Soviet pada tahun 1936.

    Hingga kemudian pada 11 Agustus 1948, Musso kembali ke Indonesia lewat Yogyakarta.

    Tak jera, Musso kembali ke tanah air untuk melakukan pemberontakan lagi dengan para militan PKI di Madiun pada 18 September 1948.

    Dari pemberontakan PKI Madiun itu rupanya dia menginginkan terbentuknya Republik Soviet Indonesia.

    Tentu saja, aksinya itu langsung mendapat respons keras dari militer.

    Tanpa menunggu waktu lama, Pasukan TNI Divisi Siliwangi segera memberangus pemberontakan tersebut.

    Pemberontakan kedua Musso ini akhirnya gagal.

    Satu peleton tentara Siliwangi di Pacitan mengepung Musso.

    Ajal pun menjemputnya kala timah panas TNI diberondongkan padanya kala bersembunyi di kamar mandi pemandian umum.

    Setelah tewas ditembak, mayat Musso dibawa ke RS Ponorogo untuk diawetkan, dan akhirnya dibakar secara diam-diam.

     

    (Agung)

     

     

    Berita Terbaru

    spot_img