spot_img
Sabtu 27 April 2024
spot_img
More

    Menparekraf RI: Daya Tarik Desa Wisata Cangkuang Garut Modal untuk Bangkitkan Perekonomian Pascapandemi Covid-19

    GARUT,FOKUSJabar.id: Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Republik Indonesia (RI), Sandiaga Salahuddin Uno melakukan Kunjungan Kerja ke Kabupaten Garut Jawa Barat (Jabar), Minggu (22/8/2021).

    Sandiaga Uno diterima  langsung Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman di Desa Wisata Cangkuang, Kecamatan Leles.

    Menparekraf mengatakan, daya tarik wisata menjadi modal untuk membangkitkan perekonomian dan membuka lapangan pekerjaan pascapandemi Corona Virus Disease (Covid-19).

    “Melihat pengelolaan Desa Wisata yang melibatkan masyarakat dan di sini peran pemerintah hadir bersama dengan dunia usaha memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan,” kata Uno.

    menparekraf RI

    BACA JUGA: Nikmati Keindahan Fenomena Blue Moon Malam Ini

    “Tadi kita bagi-bagi 100 paket sembako dan paket produk ekonomi kreatif yang bekerja sama dengan nibras,” kata Menparekraf RI menambahkan.

    Menurut Menparekraf RI, Candi Cangkuang yang menjadi daya tariknya berada di puncak Kampung Pulo. Para pengunjung melihat candi tersebut harus melalui situ (danau) menaiki rakit. Lokasi candi berada di pintu masuk kawasan cagar budaya sekitar 300 meter.

    Candi Cangkuang dikelilingi perairan dan seperti membentuk sebuah pulau kecil. Dengan begitu, memiliki potensi yang besar untuk membangkitkan perekonomian khususnya di Kabupaten Garut.

    “Desa ini memiliki daya tarik wisata seperti candi hingga situ atau danau. Potensi ini yang kita optimalisasikan sebagai upaya kebangkitan ekonomi nasional berbasis desa wisata,” ungkapnya.

    Sandiaga Uno berharap, Desa wisata Cangkuang menjadi percontohan dan terbukti desa wisata ini menjadi percontohan bagi 4 desa wisata lainnya di Kecamatan Leles dan mampu memberikan multiplier effect bagi masyarakat sekitar.

    menfarekraf fokusjabar.id

    Wakil Bupati Garut mengapresiasi kehadiran Menparekraf yang memberikan perhatian lebih bagi masyarakat dan pelaku parekraf di wilayahnya.

    Helmi menjelaskan, Desa Wisata Cangkuang merupakan salah satu desa wisata yang berbasis adat budaya yang terus melakukan inovasi untuk mengembangkan potensi daerahnya agar memiliki manfaat bagi masyarakat desa.

    “Terima kasih Pak Menteri, Garut mendapat perhatian yang serius. Mudah-mudahan kita berharap ada dukungan dari pusat bagi pengembangan pariwisata di Garut. Desa ini mampu menggali potensi budaya serta potensi yang lain semenjak wisata Cangkuang ini ada. Yang menjadi kekuatan adalah kekuatan musyawarah dan gotong royong yang mampu memberdayakan masyarakatnya agar lebih sejahtera,” ujarnya.

    Wabup juga menerangkan bahwa pada saat ini objek wisata di Kabupaten Garut masih belum dibuka karena masih Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3.

    Dia berharap, pariwisata di Kabupaten Garut bisa kembali beroperasi tentunya dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.

    Sebagai informasi, Candi Cangkuang adalah sebuah candi Hindu yang terdapat di Kampung Pulo. Candi ini yang pertama kali ditemukan di Tatar Sunda serta merupakan satu-satunya candi Hindu di Tatar Sunda.

    Candi ini terletak bersebelahan dengan makam Embah Dalem Arief Muhammad, sebuah makam kuno pemuka agama Islam yang dipercaya sebagai leluhur penduduk Desa Cangkuang.

    Desa Cangkuang dikelilingi oleh empat gunung besar di Jawa Barat. Yakni, Gunung Haruman, Gunung Kaledong, Gunung Mandalawangi dan Gunung Guntur.

    Nama Candi Cangkuang diambil dari nama desa tempat candi ini berada. Kata ‘Cangkuang’ sendiri adalah nama tanaman sejenis pandan (pandanus furcatus), yang banyak terdapat di sekitar makam, Embah Dalem Arief Muhammad, leluhur Kampung Pulo.

    Daun cangkuang dapat dimanfaatkan untuk membuat tudung, tikar atau pembungkus. Cagar budaya Cangkuang terletak di sebuah daratan di tengah danau kecil (dalam bahasa Sunda disebut situ), sehingga untuk mencapai tempat tersebut melalui jalur utama, pengunjung harus menyeberang dengan menggunakan rakit.

    menparekraf fokusjabar.id

    Aslinya Kampung Pulo dikelilingi seluruhnya oleh danau, akan tetapi kini hanya bagian utara yang masih berupa danau, bagian selatannya telah berubah menjadi lahan persawahan. Selain candi, di pulau itu juga terdapat pemukiman adat Kampung Pulo, yang juga menjadi bagian dari kawasan cagar budaya.

    Candi Cangkuang terdapat di sebuah pulau kecil yang bentuknya memanjang dari barat ke timur dengan luas 16,5 ha. Pulau kecil ini terdapat di tengah danau Cangkuang pada koordinat 106°54’36,79″ Bujur Timur dan 7°06’09” Lintang Selatan. 

    Selain pulau yang memiliki candi, di danau ini terdapat pula dua pulau lainnya dengan ukuran yang lebih kecil.

    Candi ini pertama kali ditemukan pada tahun 1966 oleh tim peneliti Harsoyo dan Uka Tjandrasasmita berdasarkan laporan Vorderman dalam buku Notulen Bataviaasch Genotschap terbitan tahun 1893 mengenai adanya sebuah arca yang rusak serta makam kuno di bukit Kampung Pulo, Leles.

    Makam dan arca Syiwa yang dimaksud memang diketemukan. Pada awal penelitian terlihat adanya batu yang merupakan reruntuhan sebuah bangunan candi

    (Andian/Bambang)

    Berita Terbaru

    spot_img