spot_img
Rabu 24 April 2024
spot_img
More

    Penari Tasikmalaya Tetap Berkarya di Masa Pandemi

    TASIKMALAYA,FOKUSJabar.id: Penari Tasikmalaya masih tetap berkreasi di masa pandemi, kendati sempat terkendala dalam latihan bersama pada masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

    Para penari ini selama diam di rumah pada masa PSBB berlatih sendiri-sendiri. Kejenuhan di rumah yang main pun dibatasi, salah satunya berlatih menari.

    Selepas PSBB, penari Tasikmalaya yang bersanggar di Sanggar Tari Dewa Motekar, kembali melakukan latihan namun dengan menerapkan 3M (Menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak).

    Penari Tampil dengan 3M di RS Mang Asep

    Hasil latihan bersama itu ditampilkan di depan Rumah Makan Mang Asep. Bahkan dalam mempertunjukan tari Jaipong itu pun mereka tetap menggunakan faceshild.

    Mereka yang menari di RM Mang Asep itu dalam rangka ujian akhi kelima Sanggar Tari Dewa Motekar dan melestarikan budaya Sunda.

    Penampilan mereka disaksikan orang tua mereka. Salah satu orang tua Hercita Giri Prakerti mengatakan, bangga melihat penampilan anaknya saat menari.

    “Jadi ujian di tahun ini nemang khusus budaya sunda. Karena sanggar fokus ke tarian tradisional. Walaupun demikian di ujian itu tak semua ikut karena dibatasi sesusi protokol kesehatan,” kata dia kepada wartawan Senin (23/11/2020).

    Dia menambahakan, semenjak pandemi proses latihan pun dibagi persift serta tetap membatasi jumlah peserta. Namun demikian, kendala itu tak menurunkan semangat anaknya untuk belajar menari.

    Seribu Penari Tasikmalaya di Sanggar Tari Dewa Motekar.

    Sementara itu, pimpinan sanggar Chris Novika menjelaskan, para peserta yang ikut ujian akhir ini tak seluruh penari Tasikmalaya di sanggar tersebut. Karena terhalang situasi pandemi. Maka yang ikut hanya 150 penari dari 1000 siswanya.

    BACA JUGA: Harga Komoditi Sembako di Pasar Cikurubuk Diprediksi Melonjak

    “Kesulitan saat pandemi dan menjaga jarak sehingga tak semuanya ikut ujian. Biasanya dibagi waktunya. Peserta ujiannya dari Ciamis dan Kota Tasikmalaya,” kata Chris.

    Menurut dia, sanggarnya ini berada di Griya Taman Abdi Negara, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya. Sanggar ini khusus mempelajari tarian tradisional.

    “Sanggar ini sudah terbentuk lima tahun. Siswanya jumlah 1.000 lebih, aktif 150 orang. sistemnya kita peringkat kelulusan,” kata dia.

    Chris menambahkan, motivasi mendirikan sanggar tari ini awalnya ketika tahun 2011 lalu dia terpilih mewakili Indonesia menari tradisional ke Thailand.

    “Dan saya lebih semangat lagi menari hingga akhirnya lima tahun lalu pulang ke Tasikmalaya mendirikan sanggar ini. Agar terus melestarikan tarian budaya tradisional,” terangnya.

    Walaupun demikian, tak mudah membesarkan sanggar tari ini di tengah perkembangan zaman masuknya budaya asing.

    “Peminat dalam seni tari sangat banyak. jumlah anggota banyak. kalau dulu pas 2015 berdiri muridnya cuma 7 orang. Namun seiring perjalanan, banyak yang terus belajar tarian tradisional,”ujarnya.

    Dia pun berharap dengan tiap tahunnya dilakukan ujian akhir ini para penari Tasikmalaya dapat terus meningkat kemampuannya. Walaupun sistem ujian ini seperti di sekolah umumnya.

    “Jadi mereka tampil dan dinilai. Kalau nilai dan rankingnya bagus maka akan belajar tarian lainnya. Kalau belum lulus ya akan terus belajar yang diujiankan ini,” kata dia.

    (Deni Hamdani)

    Berita Terbaru

    spot_img