spot_img
Kamis 25 April 2024
spot_img
More

    Ratusan Perempuan di Peru Hilang Selama Lockdown

    PERU,FOKUSJabar.id: Sebanyak 915 perempuan dan anak perempuan dilaporkan hilang di Peru selama masa karantina wilayah (lockdown) Covid-19, Selasa (4/8/2020) waktu setempat.

    komisioner hak perempuan Peru, Isabel Ortiz mengatakan, para korban hilang itu terdiri dari 309 perempuan dan 606 anak perempuan dalam laporan antara 16 Maret hingga 30 Juni 2020.

    “Angka ini sudah mengkhawatirkan,” kata Ortiz.

    Ortis mengatakan, pencatatan harus tetap dijalankan untuk menelusuri jejak mereka yang hilang.

    BACA JUGA: WHO Keluarkan Panduan Pelaksanaan Perayaan Idul Adha Ditengah Covid-19

    “Kami mengetahui jumlah perempuan dan anak perempuan yang hilang, namun kami tidak mempunyai informasi terperinci tentang berapa banyak yang telah ditemukan. Kami tidak mempunyai catatan yang tepat dan mutakhir,” ujar Ortiz.

    Dia menambahkan hal itu harus dilakukan bagaimana pun keadaan perempuan hilang itu hingga ditemukan–entah masih hidup atau meninggal dunia, serta apakah mereka korban perdagangan seks, kekerasan dalam rumah tangga, atau pembunuhan perempuan.

    “Kami mengetahui jumlah perempuan dan anak perempuan yang hilang, namun kami tidak mempunyai informasi terperinci tentang berapa banyak yang telah ditemukan. Kami tidak mempunyai catatan yang tepat dan mutakhir,” ujar Ortiz.

    “Dalam beberapa kasus, pelaku (kekerasan atau pembunuhan) adalah orang yang melaporkan bahwa korban hilang,” kata Ortiz menjelaskan.

    Komisi nasional untuk pencatatan orang hilang akan memungkinkan terjadinya pertukaran silang informasi dengan kasus kejahatan terhadap perempuan lainnya untuk membantu penemuan korban dan mengidentifikasi pelaku.

    Negara-negara di seluruh dunia melaporkan adanya peningkatan kasus kekerasan dalam rumah tangga selama masa pembatasan sosial akibat pandemi COVID-19.

    Dan menurut Ortiz, di wilayah Amerika Latin dan Karibia, kasus pembunuhan perempuan serta kekerasan terhadap perempuan memang tinggi karena kultur kejantanan (macho culture) dan norma sosial yang mengatur peran perempuan.

    (Agung/ANT)

    Berita Terbaru

    spot_img