spot_img
Kamis 18 April 2024
spot_img
More

    Balitbangtan: Ada 50 Tanaman Herbal Antivirus

    JAKARTA,FOKUSJabar.id: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian menyebutkan ada sekitar 50 tanaman herbal di Indonesia berpotensi sebagai antivirus.

    Demikian disampaikan Kepala Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) Balitbangtan Kementan Evi Savitri Iriani di Jakarta, Sabtu (27/6/2020).

    Dia mengatakan bahwa Indonesia memiliki keragaman biodiversitas sangat tinggi ketiga di dunia dan ada sekitar 30 ribu tanaman yang sudah diidentifikasi.

    Hasil studi literatur dan empiris menemukan ada sekitar 10 ribu tanaman berpotensi sebagai sumber pengobatan serta beberapa tanaman memiliki kemampuan antivirus dan peningkat imunitas.

    “Pada awal pandemi Covid-19, Balittro sudah mengidentifikasi dari berbagai sumber, publikasi dan empiris. Kami melihat ada sekitar 50 tanaman yang memiliki potensi dilihat dari bahan aktif yang dikandungnya serta potensi untuk pengembangannya,” kata Evi melalui rilisnya.

    BACA JUGA: Bahan Alami Ini Dipercaya Bisa Jadi Antivirus

    Menurut dia, kriteria untuk pengembangan tanaman tersebut cocok ditanam di Indonesia. Selain bisa meningkatkan kesejahteraan petani, akses bahan baku pun mudah, serta tingkat efektivitas terhadap virus atau penyakit lain.

    Tanaman tersebut dibagi dalam dua jenis, yaitu tanaman yang mengandung flavanoid/alkaloid dan essential oil.

    “Tanaman yang mengandung flavanoid biasanya digunakan metode ekstraksi, sementara yang mengandung aroma terapi kita menggunakan metode distilasi,” kata dia.

    Adapun tahapan pemanfaatan herbal sebagai antivirus, kata dia, membutuhkan waktu panjang mulai dari studi literatur/empiris, isolasi bahan aktif, studi bioinformatika, uji in vitro, uji in vivo, uji praklinis, hingga uji klinis tahap 1 hingga tahap 4.

    Secara umum, suatu tanaman herbal dianggap memiliki kemampuan sebagai antivirus dilakukan melalui banyak mekanisme di antaranya menghambat sintesis RNA dan bereaksi dengan membran virus, merusak sebagian envelop virus, menghambat replikasi dan anti-hemaglutinasi, serta menghambat penetrasi virus pada sel melalui modulasi struktur permukaan virus.

    “Selain itu, memiliki kemampuan untuk memproduksi antibodi yang nantinya bertugas untuk membunuh virus yang masuk ke dalam sel,” kata Evi.

    Balittro telah memiliki beberapa kandidat tanaman rempah dan obat yang berpotensi untuk Covid-19 di antaranya pala, lada, cengkeh, kayu manis, kapulaga, kunyit, temulawak, sambiloto, dan meniran.

    Selain itu ada atsiri yang berasal dari tanaman serai wangi, eucalyptus, kayu putih, rosemary, dan peppermint. Atsiri lebih banyak berasal dari jenis cajuput, yaitu Melaleuca cajuput (M leucadendra).

    Cajuput dikenal sebagai pengobatan turun temurun untuk mengurangi masuk angin, perut kembung, flu, gigitan serangga serta memberi rasa hangat pada tubuh. Sebagaimana eucalyptus, cajuput juga memiliki kemampuan antivirus dan antimikroba karena memiliki kandungan cineol 1,8 bervariasi antara 40-70 persen.

    Sementara itu, Kepala Balitbangtan Fadjry Djufri mengatakan, pihaknya terus mendorong beberapa unit pelaksana teknis (UPT) yang ada di Balitbangtan untuk terus mencoba mencari potensi dari sekian banyak pangan lokal dan obat herbal yang bisa memberikan solusi-solusi untuk menekan perkembangan Covid-19.

    Balitbangtan melalui Balittro, Balai Besar Penelitian Veteriner (BB Litvet), serta Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen) telah mengembangkan prototipe produk antivirus berbasis eucalyptus yang diluncurkan pada awal Mei 2020 dan telah dilakukan kerja sama dengan PT Eagle Indo Pharma untuk komersialisasi produk tersebut.

    (LIN/ANT)

    Berita Terbaru

    spot_img