spot_img
Kamis 2 Mei 2024
spot_img
More

    Laboratorium BSL 2, Upaya Pemkot Bandung Percepat Test Covid-19

    BANDUNG, FOKUSJabar.id: Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung menggandeng Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam menyiapkan alat tes cepat Covid-19 melalui laboratorium Biosafety Level (BSL 2). Rencananya, BSL 2 akan disiapkan di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) guna mempercepat pendeteksian Covid-19 melalui metode Polymerase Chain Reaction (PCR).

    “Peninjauan hari ini dalam rangka mencari tempat laboratorium untuk BSL 2, kerja sama dengan ITB. Mereka sebagai konsultannya, untuk pengadaannya dari Pemkot Bandung,” ujar Wali Kota Bandung, Oded M. Danial usai meninjau RSKIA, Jalan KH. Wahid Asyim, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (14/4/2020).

    Baca Juga Askrida Berikan 100 APD Untuk Tenaga Medis

    Oded berharap, melalui Laboratorium BSL 2 bisa mendapatkan peta sebaran Covid-19 untuk mengantisipasi penyebaran virus corona di Kota Bandung lebih luas. Laboratorium BSL 2 pun merupakan salah satu upaya Pemkot Bandung melawan pandemi Covid-19. Termasuk bagian dari menghadapi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang tengah direncanakan.

    “Menghadapi PSBB ini, sebetulnya kita sudah melakukan seperti belajar di rumah, kerja di rumah. Namun dengan adanya PSBB ini akan lebih masif lagi, ada kekuatan hukum untuk mengajak masyarakat lebih menekankan hal tersebut,” lanjutnya.

    Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Rita Verita mengatakan, metode PCR untuk mengonfirmasi seseorang positif Covid-19. Namun saat ini, ada antrean di laboratorium sehingga mengakibatkan lonjakan kasus positif.

    “Lonjakan tinggi yang positif itu bukan berarti penambahan di hari itu banyak. Tetapi karena hasil lab-nya baru keluar di hari tersebut,” katanya.

    Selain itu, menurutnya, Dinkes Kota Bandung pun sedang menelusuri atau tracing Orang Dalam Pengawasan (ODP). Penelurusan ini dibagi berdasarkan wilayah Puskesmas.

    “Sedang dikerjakan oleh kita tracing ODP ke semua kluster, terutama seperti yang kemarin GBI dan HIPMI, tetapi yang paling banyak itu GBI,”ujar Rita.

    Ia menjelaskan, setelah ODP ditanyatakn positif melalui rapid test, maka ditindaklanjuti dengan Swab Test. Dengan pemakaian Rapid Test yang rutin tersebut, jumlahnya pun dinilai masih kurang.

    “Dengan 3.300 rapid test, tentunya masih kurang. Kami pun sudah menyampaikan ke provinsi. Kalau memang habis bisa diajukan kembali,”katanya.

    (Yusuf Mugni/ars)

    Berita Terbaru

    spot_img