spot_img
Jumat 29 Maret 2024
spot_img
More

    Berkhasiat Tangkal Virus, Temulawak Diburu

    CIAMIS,FOKUSJabar.id: Wabah Covid-19 membuat sebagian warga lebih memperhatikan kesehatan melalui asupan suplement yang dinilai dapat meningkatkan kekebalan tubuh terhadap virus yang kini menjadi pandemi. Di daerah pedesaan Kabupaten Ciamis, Jamu Temulawak mulai diburu masyarakat, sepertihalnya di wilayah Kecamatan Lumbung, Kabupaten Ciamis.

    Dian Ardiansyah warga Desa Darmaraja, Kecamatan Lumbung mengatakan, dirinya bisa meminum dua sampai tiga botol per hari, terlebih ada anjuran pemerintah terkait Work From Home (WFH).

    “Sebelumnya jarang minum temulawak, tapi ketika Covid-19 mewabah, bukan hanya saya, wargapun berbondong-bondong mencari temulawak karena khasiatnya diyakini dapat menangkal virus,” kata Dian, Rabu (25/3/2020)

    Mengetahui khasiatnya, per hari ini temulawak mulat sulit dicari di warung-warung. Selain murah, temulawak pun berasal dari racikan alami dan diyakini tidak memiliki efek samping.

    “Harga temulawak hanya dikisaran Rp4 ribu, terjamin alami, khasiatnya terbukti, tapi sekarang sulit dicari,” kata dia.

    Meski belum teruji klinis, Dian meyakini, ramuan tradisional alami itu mampu meningkatkan kekebalan tubuh dan menangkal virus.

    BACA JUGA: Sempat Fantastis Harga Temu Lawak Kembali Anjlok

    Sementara itu, pedagang temulawak di Desa Darmaraja, Kecamatan Lumbung Viah mengaku kesulitan mendapat suplai temulawak. Via menduga saat ini permintaan mula banyak, sehingga pasokan di rumah produksi berkurang.

    “Sebelum ada wabah Covid-19 saya hanya nyetok temulawak lima botol, sekarang nyetok satu kerat saja siang hari sudah habis,” kata Viah.

    Dekan SF ITB

    Dekan Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Daryono Hadi menyebut adanya penelitian yang mengungkapkan bahwa senyawa curcumin yang terkandung dalam jahe, kunyit, dan temulawak akan menghasilkan receptor ACE2 yang bisa mempercepat infeksi Covid-19 pada tubuh manusia.
    Namun, kata dia, hal itu masih prokontra karena tergantung receptor jenis apa yang dihasilkan curcumin tersebut.

    Dia mengatakan, curcumin yang ada pada ketiga tanaman tersebut biasanya akan menghasilkan salah satu receptor ACE2.

    “Yang menempel atau yang bebas,” kata dia di Bandung beberapa waktu lalu.

    ACE2 yang menempel di sel alveolid pada paru-paru akan berbahaya karena memfasilitasi virus untuk menempel. Terlebih virus akan nempel kalau ada inang. Namun, jika receptor yang dihasilkan berupa ACE2 yang bebas (tidak nempel), justru akan meminimalisasi tubuh dari infeksi Covid-19, bahkan tidak akan tumbuh kembang dan tidak menempel di sel paru-paru.

    Sehingga, menurut dia ancaman kandungan curcumin pada ketiga tanaman tersebut masih dipertanyakan, karena belum tentu akan menghasilkan ACE2 yang nempel. Terlebih, ACE2 yang nempel hanya bisa dihasilkan jika mengonsumsi curcumin saja.

    “Kan tidak mungkin kita dari jahe, kunyit, temulawak itu hanya mengonsumsi curcuminnya saja,” kata dia.

    Sebab ketiga tanaman itupun memiliki kandungan lain sehingga sulit jika hanya memilih salah satu.

    Ada puluhan bahkan ratusan senyawa yang mirip-mirip juga.

    Selain curcumin, terdapat senyawa lain seperti curcuminoid, gingerol, dan sogaol yang terkandung dalam jahe, kunyit, dan temulawak.

    Semua itu justru memiliki manfaat karena jika dikonsumsi bersamaan akan meningkatkan kekebalan tubuh.

    “Manfaatnya banyak sekali. Antioksidan, antijamur, antiinflamasi. Bahkan bisa sebagai antialzaimer yang sedang kami teliti. Itu juga bisa berfungsi sebagai antikanker,” kata dia.

    Daryono pun meminta pemerintah memfasilitasi peneliti dalam negeri untuk lebih memastikan manfaat tumbuhan tersebut. Pemerintah harus terlibat, pemerintah melalui Kemenristek supaya memfasilitas periset-periset yang bergerak di situ.

    (Riza M Irfansyah/LIN)

    Berita Terbaru

    spot_img