spot_img
Sabtu 21 Juni 2025
spot_imgspot_img

Agung Aswamedha Dorong Penguatan Ekosistem Alumni ITB

BANDUNG, FOKUSJabar.id: Di tengah dinamika global yang penuh tantangan, mulai dari ketegangan geopolitik seperti konflik di Timur Tengah dan perang Iran-Israel.

Kemudian disrupsi teknologi yang mengguncang sektor-sektor tradisional, hingga krisis iklim dan ancaman bencana demografi di tanah air. Indonesia membutuhkan mitra-mitra strategis yang mampu bergerak cepat, adaptif, dan berpikir jauh ke depan.

Dalam konteks ini, Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB) diyakini memegang peran sentral: sebagai simpul kekuatan intelektual, jejaring profesional, serta motor penggerak inovasi dan kebijakan yang nyata serta berkelanjutan.

Gagasan ini mengemuka dalam sesi Hearing Nusantara bersama alumni ITB kawasan Jawa Timur.

Forum ini menjadi ruang dialog terbuka antara pengurus pusat, calon ketua umum, serta alumni dari berbagai lintas generasi dan latar belakang. Salah satu figur yang mencuri perhatian dalam sesi tersebut adalah Agung Aswamedha, Direktur R&D Sangkuriang Internasional sekaligus alumni Fisika ITB angkatan 2002.

Dikenal dengan sapaan “Atep”, Agung tampil membawakan pemikiran segar dan menyentuh akar persoalan pengelolaan alumni: pentingnya membangun ekosistem yang saling percaya, produktif, dan siap menjadi bagian dari solusi bangsa.

Baca Juga: ITB Bakal Lakukan Pembinaan Akademik Usai Penahanan SSS Ditangguhkan

“Alumni ITB bukan hanya komunitas nostalgia. Kita adalah mitra strategis negara. Saat dunia menghadapi disrupsi dan konflik, dan saat bangsa ini dihadapkan pada potensi bencana demografi, kita tidak bisa hanya berdiri di pinggir,” ujar Agung dalam keterangan tertulis Sabtu (21/6/2025).

“Saatnya kita rapatkan barisan, satukan langkah, dan berkontribusi secara nyata menghadapi tantangan zaman,” tegas Agung dalam forum tersebut.

Dalam kesempatan tersebut, turut hadir Asisten Perekonomian Pembangunan Pemprov Jatim yang juga Pjs Bupati Ponorogo, Joko Irianto, yang menyampaikan pandangan normatif mengenai peran strategis alumni perguruan tinggi dalam pembangunan daerah dan nasional.

“Alumni ITB adalah aset penting bangsa. Mereka memiliki kapasitas intelektual, pengalaman, dan jejaring luas yang jika terkonsolidasi dengan baik, dapat mendorong percepatan inovasi dan pembangunan, termasuk di Jawa Timur,” kata Joko dalam sambutannya.

Lebih lanjut Joko mengatakan, pentingnya kolaborasi antara pemerintah daerah dengan komunitas alumni perguruan tinggi.

“Kami menyambut baik inisiatif seperti Hearing Nusantara ini, karena forum seperti ini bukan hanya ruang silaturahmi, tetapi juga wadah bertemunya gagasan, potensi, dan langkah-langkah konkret,” tambahnya.

Dalam pemaparannya, Agung menekankan pentingnya kolaborasi lintas angkatan dan wilayah alumni ITB, dengan menghadirkan tiga inisiatif strategis.

Pertama Ganesha Tower, Simbol kontribusi kolektif alumni dalam pembangunan fisik dan programatik berbasis inovasi. Kedua Ganesha HUB, Platform digital yang mengorkestrasi potensi alumni dari seluruh penjuru nusantara.

Ketiga Engagement Generasi Muda, Program penguatan kapasitas dan daya saing alumni muda untuk menjawab tantangan bonus demografi menuju Indonesia Emas 2045.

Agung menggarisbawahi bahwa IA-ITB harus mengambil posisi aktif sebagai policy shaper, bukan sekadar policy taker. Menurutnya, alumni ITB perlu terlibat langsung dalam perumusan kebijakan publik strategis, mulai dari teknologi hijau, pertahanan nasional, transformasi digital, hingga penanganan ketahanan pangan dan energi.

Baca Juga: ITB Minta Mahasiswi Pembuat Meme Prabowo – Jokowi Tak Ditahan

“Kita perlu menjadi mitra nyata pemerintah. Bukan hanya pengamat, tapi aktor yang terlibat sejak perumusan gagasan hingga eksekusi kebijakan. Terlebih dalam situasi global seperti sekarang, alumni ITB punya tanggung jawab moral dan keilmuan untuk ikut menjaga stabilitas bangsa,” ujarnya.

Tak hanya berbicara dalam ranah konsep, Agung membawa kisah pribadinya sebagai refleksi nyata dari kekuatan komunitas alumni. Setelah mengalami kebangkrutan pada 2014, ia mengaku ditolong oleh sesama alumni ITB.

“Sejak saat itu saya berikrar untuk mewakafkan waktu dan kemampuan saya bagi almamater dan jaringan alumni,” ujarnya.

Sebagai alumni yang kini berkecimpung dalam industri strategis pertahanan, Agung melihat pentingnya membangun kepercayaan, tata kelola yang transparan, serta koneksi lintas sektor. “Visi besar tidak akan berarti tanpa ekosistem yang kuat dan saling percaya,” jelasnya.

Agung dalam pernyataan penutupnya, mengajak seluruh alumni ITB untuk membangun masa depan bersama, bukan hanya untuk kampus, tapi untuk bangsa.

“Ini bukan tentang satu nama. Ini tentang kita semua. Alumni ITB harus hadir bukan sebagai penonton, tapi sebagai pelaku utama perubahan. Kita mulai dari hal sederhana: bersatu, percaya, lalu bergerak,” tegasnya.

Dengan semangat tersebut, sesi Hearing Nusantara di Surabaya menjadi momentum awal membangun sinergi baru, membangkitkan semangat kebersamaan alumni, dan menegaskan kembali bahwa kontribusi alumni ITB bukanlah wacana, melainkan sebuah panggilan. (Arif)

spot_img

Berita Terbaru