BANDUNG,FOKUSJabar.id: PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk. (bank bjb) sukses mencatatkan kinerja bisnis positif selama tahun 2021. Bank dengan kode emitmen BJBR berhasil berkat kolaborasi dan inovasi sehingga menatap dengan optimisme bisnis yang berkelanjutan di tahun 2022.
Dirut bank bjb Yuddy Renaldi mengatakan, kinerja bisnis bank bjb selama tahun 2021 terus tumbuh dan terjaga baik dari sisi fundamental maupun rentabilitas. Laba kotor bank bjb tumbuh tercatat sebesar Rp2,6 trilyun.
Tidak hanya itu, interest income pun tumbuh 21,6 persen diikuti pertumbuhan fee based income 36,9 persen dari digital channel bank bjb yang juga tumbuh 42,4 persen year on year (y-o-y) dengan pembentukan pencadangan yang lebih solid untuk kemperkuat balance sheet bank bjb.
Total aset bank bjb, kata Yuddy, tumbuh positif di angka 12,4 persen atau Rp158,4 trilyun dan menjadi yang terbesar di antara Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Indonesia atau termasuk ke dalam 14 besar di Industri perbankan Nasional.
Dana Pihak Ketiga (DPK) bank bjb pun meningkat 14,3 persen menjadi Rp121,6 trilyun atau tumbuh di atas rata-rata industri perbankan yang hanya berada di level 12,2 persen (SPI OJK : Desember 2021), dengan biaya dana semakin efisien tercermin melalui cost of fund yang jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Selain itu, kredit bank bjb juga terus tumbuh, selama tahun 2021 tercatat pertumbuhan kredit sebesar Rp95,8 trilyun atau tumbuh 7,1 persen yang juga tumbuh di atas rata-rata industri perbankan yang hanya berada di level 5, persen% (SPI OJK : Desember 2021).
Pertumbuhan kredit ini, kata dia, dimotori dari berbagai segmen mulai dari konsumer, korporasi dan komersial, UMKM, serta KPR. Begitu juga dengan NPL yang bisa terjaga di level 1,2 persen sangat baik jauh berada di bawah rata-rata industri perbankan.
“Fee Based Income bank bjb naik, bersumber dari digital channel bank bjb yang tumbuh positif. Jumlah Merchant QRIS dan pengguna Mobile Apps terus meningkat,” kata Yuddy, Selasa (8/3/2022).
Menurut dia, bank bjb fokus mengembangkan pola banking secara hybrid karena melihat online dan offline menjadi suatu kekuatan yang solid jika dijalankan secara bersamaan.
Terlebih bank bjb memiliki basis nasabah yang erat budaya nya baik dengan transaksi on counter konvensional maupun nasabah yang menuntut digital experience melalui channel-channel elektronik.
Jaringan kantor fisik bank bjb tersebar di 14 provinsi di Indonesia dengan layanan bisa mengakomodasi kebutuhan nasabah yang masih erat dengan layanan secara fisik seperti UMKM, pensiunan, dan sebagian pangsa ASN.
Di saat yang bersamaan, bank bjb membangun infrastruktur dan produk berbasis teknologi untuk menciptakan pengalaman perbankan layaknya perusahaan fintech.
BACA JUGA: Dirut bank bjb Ajak Investor Tak Sia-Siakan Right Issue
Hal ini untuk mengakomodasi kebutuhan nasabah khususnya kalangan millennial dan juga beberapa produk spesifik, seperti produk kredit Mesra berbasis komunitas dan Petani Millenial yang menyediakan akses pengajuan kredit melalui aplikasi, juga sebagian pangsa ASN yang sudah lekat dengan produk berbasis teknologi.
“Layanan Offline kami optimalkan untuk segmen yang membutuhkan dan nyaman dengan layanan konvensional on counter, sedangkan layanan Online terus kami kembangkan dan perkuat untuk menciptakan pengalaman berbeda bagi sebagian pangsa nasabah yang membutuhkan,” kata dia.
Untuk diketahui, belum lama ini bank bjb telah berkerjasama dengan perusahaan penyedia data center terbesar Asia Tenggara PT DCI Indonesia untuk keamanan data dan juga kehandalan jaringan yang lebih kuat. bank bjb juga menggandeng Alibaba Cloud untuk meningkatkan kemampuan IT Cyber Security bagi keamanan data dan transaksi, sehingga bisa mengurasi risiko serangan cyber.
Kemudian bank bjb juga merangkul Amazon Web Services (AWS) untuk pengembangan kapasitas SDM digital melalui jasa advisory, sandboxing, serta capacity building.
“Dengan adanya kerjasama tersebut mendorong keandalan, keamanan layanan dan tentunya kecepatan bank bjb berinovasi khususnya untuk produk-produk berbasis teknologi. Dalam waktu dekat bank bjb akan meluncurkan super apps bjb DIGI, dimana saat ini sudah memasuki tahap tes terakhir dan akan dirilis Mei 2022 bersamaan dengan HUT bank bjb,” kata Yuddy.
Daya Tarik BPD
Pengembangan infrastruktur dan produk berbasis teknologi yang dilakukan bank bjb menjadi daya tarik bagi BPD lainnya untuk bersinergi dari sisi penyaluran kredit, penggunaan infrastruktur, pengembangan sumber daya, serta permodalan melalui kepemilikan. bank bjb telah melakukan penjajakan dengan beberapa BPD yang telah sama-sama melihat benefit bagi kedua belah pihak untuk bersinergi dan kolaborasi.
“bank bjb mengajak BPD lain di Indonesia untuk lebih kuat, besar dan efisien, kami sangat terbuka untuk kolaborasi, tidak terbatas dan tidak menutup kemungkinan bank bjb akan bersinergi dengan BPD yang lainnya dalam waktu dekat. Tentunya sinergi yang dilakukan haruslah memberikan manfaat yang positif bagi kedua belah pihak, jadi dalam kerangka pengembangan bisnis bersama sama,” kata Yuddy.
Saat ini bank bjb tengah melakukan aksi korporasi perseroan yaitu PMHMETD I atau Right Issue yang akan diminati kalangan investor. Dengan diperolehnya pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan pada tanggal 21 Februari 2022, maka struktur final atas Right Issue pertama bank bjb adalah Rp924.999.591.375.
Jumlah saham seri B baru yang diterbitkan yaitu 682.656.525 lembar atau 6,94 persen dari jumlah lembar saham yang telah dikeluarkan dan disetor penuh pada perseroan.
Pemprov Jabar sebagai pemegang saham terbesar pun telah menyatakan akan mengeksekusi seluruh HMETD yang diperolehnya, dimana anggaran untuk PMHMETD ini telah tercantum dalam APBD murni Pemprov Jabar tahun 2022.
“Perseroan telah menetapkan Harga pelaksanaan Right Issue ini pada Rp1.355 per lembar saham, dengan rasio 80 HMETD untuk setiap 1.153 saham yang dimiliki.
Dengan demikian faktor dilusi atas right issue ini adalah sebesar-besarnya 6,49 persen dan dana yang diperoleh akan dipergunakan perseroan untuk memperkuat permodalan dalam rangka ekspansi kredit,” kata dia.
bjb syariah
Selain itu, anak usaha bank bjb, yaitu bank bjb syariah juga mencatatkan kinerja positif, dimana saat ini memiliki aset sebesar 10,4 trilyun dengan laba yang positif sebesar Rp21,9 milyar dan Non Performing Financing (NPF) sebesar 3,4 persen.
bank bjb syariah pun dalam waktu dekan akan melantau di bursa untuk mendukung dana yang diperlukan dalam rangka penguatan permodalan, ekspansi bisnis dan juga mengembangkan infrastruktur teknologi dan produk digitalnya.
Saat ini bank bjb memiliki porsi kepemilikan di bank bjb syariah sebesar 99,24 persen, untuk Initial Public Offering (IPO) nanti pun sudah terdapat investor strategis besar yang memiliki ekosistem bisnis syariah, sehingga akan memperkuat pasar bank bjb syariah nantinya baik sebagai perusahaan Tbk maupun setelah menjadi bank digital.
Dengan adanya kepemilikan di bank bjb syariah, penguatan infrastruktur teknologi di anak usaha pun dapat dilakukan lebih efisien melalui sharing infrastruktur.
(LIN)