Rabu 11 Desember 2024

Ridwan Kamil: Kerajinan Kulit Garut Berpontesi tapi Tak Berkembang

GARUT,FOKUSJabar.id: Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, industri kerajinan kulit di Kabupaten Garut memiliki potensi bisnis yang besar. Sayangnya, selama ini industri itu justru tak banyak berkembang.

Menurutnya, ada lima masalah utama yang menyebabkan pengembangan industri kerajinan kulit di Kabupaten Garut stagnan. Pertama, bahan baku untuk membuat kerjinan kulit masih belum layak untuk diekspor.

“Bahannya ternyata tidak exportable. Karena saat diuji di laboratorium, kadar ini itu-nya tidak memadai,” katanya saat melakukan kunjungan ke Satuan Pelayanan Pengembangan Industri Perkulitan yang dikelola Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat di Sukaregang Kabupaten Garut, Kamis (6/1/2022).

BACA JUGA: Retribusi Parkir Ciamis Tahun 2021 Mencapai Target

Permasalahan kedua, desain produk kerajinan kulit di Sukaregang tak banyak inovasi. Ini bisa dilihat dari desain untuk produk yang sama di beberapa toko kerajinan kulit hampir semuanya mirip.

Menurutnya, salah satu persoalan dalam penjualan adalah produk yang tidak sesuai dengan selera pasar saat ini.

“Saya tawarkan kalau ada pengusaha kulit yang mau berkolaborasi memproduksi desain Ridwan Kamil, saya tunggu,” katanya.

Dia menegaskan, dirinya tak akan memungut biaya sepeser pun bagi pelaku usaha kulit yang ingin produknya dia desain.

“Kalau mau silakan, saya minta daftarnya berapa toko yang mau memproduksi barang yang saya buat desainnya mulai dari dompet, tas wanita, sepatu, jaket yang semuanya berbahan dasar kulit garut,” kata dia

Tak hanya itu, Ridwan kamil yang jumlah pengikutnya di media sosial sampai saat ini sekitar 15 juta orang juga siap mempromosikan produk kulit yang ia desain.

“Saya juga siap untuk memasarkan produknya, tapi tentunya produk itu harus sesuai dengan selera pasar. Nanti saya posting, pengikut saya sudah ada 15 juta orang,” kata dia.

Pemprov Jabar berencana akan membentuk lembaga yang bertugas mengembangkan tren desain produk kerajinan kulit.

“Kalau perajin kompak, setiap tahun akan ada tren berbeda. Tidak berulang terus. Jadimembuat trendsetter,” kata dia.

Masalah ketiga, terdapat masalah limbah dalam pasca produksi kerajinan kulit di Kabupaten Garut yang menjadi faktor penyebab pencemaran lingkungan.

Ridwan Kamil
Gubernur Jawa Barat saat melihat proses produksi kerajinan kulit Garut. (Foto: Istimewa)

Masalah keempat adalah para pelaku usaha kerajinan kulit di kawasan Sukaregang masih kurang memahami bagaimana memasarkan produk secara digital. Mayoritas pelaku usaha masih menjual produknya secara konvensional.

Dia juga meminta pengusaha memanfaatkan bahan dari limbah tumbuhan untuk membuat sebagian produknya. Bahan yang dimaksud adalah dari limbah kopi dan jamur untuk dijadikan kulit, yang saat ini sedang diminati merk fesyen dunia.

Plt Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat Moh.Arifin Soedjayana mengatakan di Satpel Perkulitan Garut pihaknya memberikan layanan tujuh permesinan pendukung.

BACA JUGA: Ridwan Kamil Dapat Dukungan Maju Di Pilres Dari Tukang Cukur Asgar

“2021 layanan permesinan di satuan pelayanan perkulitan ini memberikan pelayanan tertinggi, yang mencapai 774 pelayanan,” katanya.

Tingginya layanan ini menurutnya menunjukan besarnya kebutuhan para pelaku usaha kulit di Garut menggunakan mesin di satuan pelayanan yang diampu  Bidang Industri Pangan dan Olahan Kemasan (IPOK) tersebut.

“Dalam rangka pemulihan ekonomi, kami terus berupaya meningkatkan kapasitas pelaku usaha di Jawa Barat, salah satunya di Sukaregang, Garut,” katanya.

(Anthika Asmara)

Berita Terbaru

spot_img