PANGANDARAN, FOKUSJabar.id: Dinas Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Pangandaran menyampaikan fluktuatifnya harga kebutuhan pokok masyarakat di Kabupaten Pangandaran lebih disebabkan karena masih jarangnya petani holtikultura di Kabupaten Pangandaran, mayoritas petani padi.
“Sehingga kebutuhan sayuran dan palawija di Kabupaten Pangandaran masih ketergantungan dari wilayah lain,” ungkap Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Pangandaran Tedi Garnida.
Menurutnya, apabila Kabupaten Pangandaran bisa memenuhi kebutuhan pasar, maka harga kebutuhan pokok masyarakat akan cenderung stabil setiap tahunya bahkan bisa saja nantinya malah memenuhi kebutuhan pasar kabupaten/kota lain.
Dirinya mengatakan, pihaknya berkeinginan berdiskusi lintas sektoral untuk mencari solusi terkait minimnya petani holtikultura di Kabupaten Pangandaran.”Jangan ada egosentris, kita harus bersama-sama mengembangkan pertanian holtikultura di Kabupaten Pangandaran sehingga nanti tidak lagi impor dari wilayah lain,” katanya.
Dirinya berharap, hal tersebut bukan hanya sekedar wacana saja tetapi harus sudah dilaksanakan. Dirinya mencontohkan, harga bawang putih dan cabai setiap tahunya selalu terulang.”Tanah kita ini subur, jangan terulang terus setiap tahunya,” ujarnya.
Agustin (34) salah seorang petani hidroponik mengatakan, sekarang ini ada metode baru dalam bertani, yaitu hidroponik yang tidak memakan lahan yang luas serta tidak tergantung dengan kondisi cuaca. Sehingga, hidroponik perlu dikembangkan agar kebutuhan sayur di Pangandaran dapat terpenuhi.”Dengan hidroponik hemat lahan, hemat waktu dan hemat air,” ungkapnya.
Namun demikian, saat ini dirinya masih sedikit kesulitan dalam memasarkan hasil hidroponiknya dipasaran. Oleh karena itu, dirinya berharap dinas terkait dapat membantu para petani hidroponik.”Kadang masih susah, kalau tidak laku ya dimakan sendiri saja,” ujarnya.
(roby/DAR)