BANDUNG, FOKUSJabar.id: Silaturahim dan Diskusi Umum bertema ” Bersama Membangun Ummat,” bersama Majlis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat digelar dengan menghadirkan Ketua MUI Jawa Barat, KH Rahmat Syafei, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Ustadz Rahmat Baequni, di Bale Asri Pusdai Jabar, Jalan Diponegoro No63 Bandung, Senin (10/06/2019).
Pertemuan tersebut selain untuk mempererat ukhuwah Islamiyah juga membahas perkembangan arsitektur Islam di dunia termasuk perselisihan paham mengenai Masjid Al-Safar yang terletak di KM 88 B tol Purbaleunyi, Purwakarta, Jawa Barat.
Baik Gubernur maupun Ustadz Rahmat Baequni telah memaparkan pandangannya tentang bentuk segitiga dan lingkaran yang terdapat di dalam masjid tersebut.
Dalam pemaparannya Emil mengungkapkan bahwa jika segitiga, elips, ataupun lingkaran merupakan bentuk geometri yang umum. Bahkan dipelajari pada pelajaran bidang studi Matematika.
Sementara dalam ilmu arsitektur, bentuk- bentuk geometri dapat digunakan untuk menggali kreativitas dalam berarsitektur.
Emil menjelaskan asal muasal rancangan masjid Al-Safar. Selain itu, dia juga memaparkan bahwa masjid tersebut dirancang via teori lipat (folding architecture), sehingga didominasi oleh bentuk segitiga.
Setelah mengutarakan pendapatnya, Emil dan Ustadz Rahmat Baequni satu suara. Meski sempat berbeda pandangan, keduanya meminta ulama-ulama di Indonesia membuat kesepakatan soal bentuk dan ornamen masjid di Tanah Air.
Menurut Emil, hal tersebut perlu dilakukan agar tidak terjadi kebingungan. Sehingga, perbedaan-perbedaan pandangan soal rancangan masjid tak kembali terjadi pada masa depan.
“ Intinya, saya muslim yang taat, pasti pada ulama. Cuma bersepakatlah dahulu karena umat bingung kalau belum ada kesepakatan,” ucapnya.
“ Kalau bersepakat nanti peradaban Islam berikutnya lebih tenang tidak ada perbedaan-perbedaan pandangan. Saya kira, ijtihad itu yang saya titipkan ke MUI atau ulama-ulama. Karena, tadi, tak ada niat sedikitpun karena tak ada bagian dari yang dipresepsikan,” lanjutnya.
Ustadz Rahmat Baequni menyampaikan, pihaknya mengajak umat untuk terus mewaspadai berbagai bentuk inovasi ideologi ” konspirasi ” masuk dari berbagai ranah kehidupan. Termasuk di dunia arsitektur.
Untuk itu, pihaknya tidak akan pernah berhenti berdakwah. Khususnya menyoal topik konspirasi tersebut sebagai langkah waspada.
Sementara itu, Ketua MUI Jawa Barat, Rahmat Syafei yang menjadi penengah dalam diskusi berharap, masyarakat dapat menerima argumen dari kedua pihak meski berbeda pandangan. Dia pun mengingatkan betapa pentingnya tabayun atau meminta konfirmasi.
“Jadi pertemuan ini adalah dalam rangka mempererat persaudaraan, menjaga dan meningkatkan persatuan,” katanya.
“Jangan sampai hasil karya orang yang niatnya begitu baik. Tapi ada kekhawatiran. Ini yang selanjutnya dikaji sejauh mana hal ini merusak keimanan,” pungkasnya.
(Bam’s)