spot_img
Jumat 19 April 2024
spot_img
More

    Hidup Sebatang Kara, Nenek Esih di Kota Bandung Tinggal di Gubuk Reyot

    BANDUNG,FOKUSJabar.id: Suasana gembira dan sukacita menyambut hari raya Idul Fitri 1443 semakin terasa, jutaan orang bergerak dari perantauan menerjang macetnya jalanan demi bertemu dengan sanak saudara di kampung halaman.

    Namun suasana gembira dan sukacita tersebut tampaknya tak berlaku bagi Mak Esih (85), salah satu warga Kota Bandung yang tinggal di kawasan Jalan Baturengat, Kelurahan Cigondewah Kaler, RT 01/RW01 Kecamatan Bandung Kulon.

    Bagaimana tidak, wanita berusia 85 tahun ini harus rela tinggal di rumah tidak layak huni dengan kondisi sangat memprihatinkan. Terletak di dalam gang dan hanya muat untuk dimasuki 1 orang, seolah luput dari pandangan orang yang melintas.

    Saat dikunjungi, dinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu yang telah menghitam nampak ditambal di sana-sini dengan plastik agar air tidak menembus dinding hingga masuk ke dalam rumah.

    BACA JUGA: Puncak Arus Mudik di Terminal Cicaheum Kota Bandung H-3

    Namun hal tersebut tampaknya sia-sia, mengingat atap yang menaungi rumah Mak Esih sudah separuh ambruk bahkan terbuka menembus langit meski sudah ditambal terpal seadanya, membuat air dengan deras masuk ke rumah dikala hujan turun.

    Tak jauh dari tempat tidurnya, terlihat beberapa ember terisi air yang teronggok di lantai berbahan adukan semen yang mulai mengelupas turut menghiasi suasana gelap dan lembab di dalam rumah, menambah susana prihatin dengan kondisi Mak Esih saat ini.

    Bahkan, Mak Esih tidak memiliki kamar mandi di dalam rumah untuk keperluan MCK. Sehingga, ia harus berjalan cukup jauh untuk bisa mengakses toilet umum yang berada di dekat masjid.

    Bukan tanpa alasan, mak Esih menceritakan kisahnya mengapa saat ini ia berada di situasi yang memprihatinkan. Dengan kemampuan pendengaran yang mulai menurun, ia terpaksa harus melewati masa senjanya dengan hidup sebatang kara.

    Bandung
    Kondisi rumah Mak Esih.

    “Dulu mak punya 3 orang anak, dari 2 suami, kalau sekarang sudah meninggal semuanya. kalau anak masih ada kayaknya tidak akan seperti ini,” ujar Mak Esih saat ditemui, Sabtu (30/4/2022).

    Menurutnya, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makan dan minum ia terpaksa menjual barang berharga miliknya serta mengandalkan kemurahan hati warga sekitar untuk menyambung hidup.

    “Untuk makan saya jual ali (Cincin), jual kalung, kalau bulan puasa banyak yang ngasih makanan Alhamdulillah,” ucapnya.

    Meski begitu, Mak Esih ternyata tak berjuang sendiri ada sosok yang tak kenal lelah berusaha membantu Mak Esih yaitu Rahmat. Pria yang berprofesi sebagai guru di SMP 55 Baturengat ini berjuang semampunya untuk membantu mak Esih.

    Dia mengaku mengetahui kondisi Mak Esih sejak 2019 lalu berdasarkan informasi yang ia dapat dari aparat kewilayahan sekitar. Bahkan, Dia mengaku sudah berkoordinasi dengan aparat kewilayahan setempat hingga ke Pemerintah Kota Bandung untuk menginformasikan kondisi Mak Esih.

    “Kita sangat prihatin, terutama di Kota Bandung yang bisa dibilang metropolitan ada saudara kita yang hidup dengan kondisi rumah yang seperti ini (rutilahu),” ujarnya.

    Meski begitu, ada beberapa kendala yang membuat bantuan kepada Mak Esih belum segera terlaksana. Bantuan perbaikan rumah yang sangat dibutuhkan segera terpaksa harus terhambat akibat sertifikat tanah rumah Mak Esih hilang.

    “Pihak kelurahan mereka sudah berjuang namun, pada satu sisi mereka keterbatasan karena kalau mau mengambil program pemerintah (perbaikan rumah) memang Mak Esih ini tidak memiliki surat tanah karena hilang,” katanya.

    Oleh karena itu, pihaknya mencoba mengajukan bantuan ke Jabar Quick Response pada 17 Januari 2021 lalu untuk bisa mendapatkan bantuan perbaikan rumah bagi Mak Esih. Namun, hingga hari ini perbaikan belum kunjung dilakukan.

    “Walaupun, memang sudah beberapa kali survey dan sebagainya barusan ada pihak dari Jabar QR sudah datang ke sini mudah-mudahan segera diperbaiki,” katanya.

    Terkait bantuan dari pemerintah setempat, Rahmat mengaku tidak mengetahui secara pasti apakah Mak Esih mendapatkan manfaat dari berbagai program bantuan yang diberikan pemerintah.

    BACA JUGA: Tol Cisumdawu Resmi Dibuka untuk Mudik 2022, Ini Ketentuannya

    “Saya kira mungkin dimasukkan, pada program bansos atau tidak. Saya kurang tahu persis menerima atau tidaknya bantuan sosial dari pemerintah,” katanya.

    “Mudah-mudahan ini menjadi sebuah berita yang bisa senantiasa menggerakan naluri siapa pun, yang harus bisa diperhatikan saudara dan tetangganya,” kata dia menambahkan.

    (Yusuf Mugni/Anthika Asmara) 

    Berita Terbaru

    spot_img