spot_img
Jumat 29 Maret 2024
spot_img
More

    Selandia Baru Resmi Hadapi Resesi

    SELANDIABARU,FOKUSJabar.id: Perekonomian di Selandia Baru memasuki resesi setelah nilai produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II turun 12,2 persen. Nilai tersebut tidak jauh dari perkiraan para ekonom yakni 12,8 persen.

    PDB Selandia Baru turun 12,4 persen (year-on-year) akibat lumpuhnya kegiatan bisnis selama pandemi Covid-19. Nilai PDB pada kuartal II 2020 menjadi angka terendah yang pernah tercatat di Selandia Baru.

    Bank Sentral Selandia Baru, Reserve Bank of New Zealand, melalui pernyataan tertulisnya bulan lalu, memperkirakan nilai PDB per kuartal dan per tahun akan turun sekitar 14 persen.

    Nilai pertumbuhan akan terdampak kebijakan karantina yang menyebabkan sebagian besar kegiatan ekonomi di Selandia Baru terhenti. Otoritas di Selandia Baru pada April 2020 sampai medio Mei, memaksa sebagian besar warga tetap berada di rumah dan meminta pelaku usaha non-esensial libur sementara.

    BACA JUGA: Ciamis Jadi Pemasok Ayam dan Telur bagi Kota Bogor

    Jatuhnya nilai PDB menjadi bukti Selandia Baru tengah menghadapi resesi terburuk sejak 2010. PDB di Selandia Baru juga turun 1,6 persen pada kuartal I. Teknisnya, Selandia Baru resmi menghadapi resesi karena mengalami kontraksi dua kuartal berturut-turut.

    Jika dibandingkan dengan negara lain, PDB di Australia juga turun tujuh persen. Sementara di AS turun sampai 9,1 persen.

    Walaupun demikian, sejumlah ekonom memprediksi perekonomian di Selandia Baru akan cepat pulih dari resesi. Sementara negara lain, masih akan berupaya menanggulangi wabah Covid-19.

    “Kami berharap anjloknya nilai PDB pada kuartal II akan diikuti kenaikan pada kuartal III,” kata Ekonom Senior Westpac, Michael Gordon.

    Pemerintah Selandia Baru mengatakan, jika pihaknya berhasil mengendalikan wabah maka pemulihan akan berlangsung lebih cepat.

    Lembaga keuangan negara pada Rabu (16/9), memprediksi tingginya nilai utang dan berbagai hambatan yang terjadi akibat pandemi akan menghambat pemulihan ekonomi. Meski Selandia Baru telah cukup cepat dan tanggap menanggulangi penyebaran penyakit.

    Sejumlah ekonom mengatakan, pengumuman nilai PDB pada kuartal II itu tidak banyak berpengaruh pada kebijakan Bank Sentral. Bank Sentral pada pertemuan 25 September diperkirakan akan menahan nilai suku bunga pada kisaran 0,25 persen.

    (Ageng/ANT)

    Berita Terbaru

    spot_img