Rabu 11 Desember 2024

Cegah Covid-19, Presiden Iran Larang Perayaan Pernikahan

TEHERAN, FOKUSJabar.id: Presiden Iran, Hassan Rouhani melarang pertemuan besar seperti pernikahan atau melayat untuk membendung peningkatan penularan Covid-19. Meski demikian, Rouhani bersikeras ekonomi Iran harus tetap terbuka.

Tak lama setelah pidato Rouhani disiarkan di televisi, Sabtu (11/7/2020), seorang pejabat polisi di Teheran mengumumkan penutupan semua tempat pernikahan dan berkabung di ibu kota Iran sampai pemberitahuan lebih lanjut.

“Kita harus melarang upacara dan pertemuan di seluruh negeri, apakah itu pemakaman, pernikahan, atau pesta,” kata Presiden Iran, Hassan Rouhani seperti dilansir Reuters.

“Sekarang bukan waktunya untuk festival atau seminar, bahkan ujian masuk universitas pun mungkin harus ditangguhkan,” tambah Rouhani yang menjabat sebagai Presiden Iran sejak 3 Agustus 2013 tersebut.

BACA JUGA: Lagi, Rusia dan Cina Veto Bantuan untuk Suriah di DK PBB

Iran secara bertahap mengendurkan aturan penguncian sejak pertengahan April. Namun baru-baru ini melaporkan kenaikan tajam jumlah infeksi.

Juru bicara Kementerian Kesehatan Iran, Sima Sadat Lari melalui televisi pemerintah menyebut, korban tewas pada Sabtu (11/7/2020), naik 188 dibandingkan sehari sebelumnya menjadi 12.635. Sementara jumlah total kasus yang didiagnosis mencapai 255.117, atau meningkat 2.397 selama periode yang sama.

Rouhani dan pejabat lainnya menyalahkan kenaikan jumlah kasus sebagian besar pada pesta pernikahan, pemakaman, dan pertemuan publik lainnya.

Penasihat Satuan Tugas Virus Corona Iran, Hossein Qenaati memperingatkan, jika langkah-langkah yang tepat tidak diambil, antara 50.000 dan 60.000 orang dapat meninggal karena pandemi.

“Gelombang kedua, yang akan terjadi pada musim gugur, akan jauh lebih mematikan,” kata Qenaati seperti dikutip kantor berita semi-resmi ISNA.

Di tengah perjuangan menghentikan penyebaran COVID-19, otoritas Iran khawatir jika langkah-langkah yang lebih keras dapat menghancurkan ekonomi yang sudah terbebani di bawah sanksi Amerika Serikat.

“Pilihan termudah adalah mematikan ekonomi. Tetapi kemudian orang akan turun ke jalan karena kelaparan dan pengangguran,” pungkas Rouhani.

(ars/ant)

Berita Terbaru

spot_img