spot_img
Kamis 18 April 2024
spot_img
More

    Facebook Akan Lakukan Audit Kontrol Ujaran Kebencian

    BANDUNG, FOKUSJabar.id: Facebook akan melakukan audit untuk mengontrol ujaran kebencian dalam upaya meredakan boikot iklan yang belakangan muncul menyasar platform tersebut.

    Langkah tersebut dilakukan Facebook ketika pengiklan besar, termasuk Unilever dan Starbucks, telah menandatangani kampanye ‘Stop Hate for Profit’ yang dimulai kelompok pembela hak asasi manusia di AS. Kelompok tersebut pun mendesak perusahaan yang beriklan di Facebook untuk menghentikan iklan mereka sementara pada Juli.

    Perusahaan riset media, Media Rating Council (MRC) seperti dikutip Reuters, Rabu 91/7/2020), akan melakukan audit untuk mengevaluasi bagaimana melindungi pengiklan agar tidak muncul di sebelah konten berbahaya dan keakuratan pelaporan Facebook di area tertentu. Lingkup dan waktu audit pun masih didiskusikan.

    Facebook sendiri dilaporkan menggelar rapat virtual dengan pengiklan. Menurut kepala agensi iklan The Media Kitchen, Barry Lowenthal, para eksekutif Facebook mengatakan akan memasukkan titik data baru tentang prevalensi ujaran kebencian dalam laporan penegakan standar komunitas, yang merinci bagaimana perusahaan menurunkan konten yang melanggar kebijakan.

    BACA JUGA: Facebook Perkenalkan Mode Gelap untuk Aplikasi seluler

    Lowenthal mengatakan, meskipun dia yakin Facebook telah mengambil banyak langkah untuk meminimalisir ujaran kebencian. Masalahnya menjadi sangat besar, sehingga diperlukan langkah-langkah yang lebih drastis untuk memperbaikinya.

    “Mungkin mereka harus sepenuhnya menghentikan sementara,” kata Lowenthal, yang agensinya bekerja dengan sejumlah klien seperti Vanguard dan Loews Hotels.

    Ford dan Coca-Cola adalah beberapa perusahaan yang mengatakan mereka akan menghentikan sementara iklan di semua platform media sosial milik Facebook setidaknya selama 30 hari.

    Facebook mengumumkan pada pekan lalu jika pihaknya akan menyematkan label ‘berita yang layak diberitakan’ pada unggahan yang melanggar kebijakannya. Tapi langkah itu gagal memuaskan para penyelenggara boikot, yang berencana menarik lebih banyak pengiklan global untuk bergabung dalam kampanye tersebut.

    (Nendy/ANT)

    Berita Terbaru

    spot_img