spot_img
Kamis 25 April 2024
spot_img
More

    Silaturahmi Jadi Kunci Sukses Karier Politik Uu Ruzhanul Ulum

    BANDUNG, FOKUSJabar.id: Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum mengungkapkan bahwa kunci sukses karirnya di bidang politik adalah silaturahim (silaturahmi).

    Silaturahim adalah bagian dari caranya berkomunikasi hingga berhasil menjadi orang nomor dua di Jawa Barat saat ini.

    Wagub Jabar Uu Ruzhanul Ulum berbincang hangat sebelum memaparkan kunci sukses karir pokitiknya (foto ist)
    Wagub Jabar Uu Ruzhanul Ulum berbincang hangat sebelum memaparkan kunci sukses karir pokitiknya (foto ist)

    Uu menuturkan bahwa tujuan seseorang melangkah menapaki kesuksesan hidup harus didukung tiga hal, yakni niat yang lurus, tekad yang kuat serta maksimal ikhtiar.

    “Dari tiga hal itu, silaturahmi menjadi kuncinya. Semua bisa selesai dengan silaturahmi, bahkan tujuan dan keinginan kita bisa tercapai. Tentunya atas kehendak Alloh SWT,” kata Uu saat menjadi narasumber diskusi publik bertajuk ‘Gaya Komunikasi Politik Santri’ yang digelar oleh Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) di Auditorium FPIPS Gedung Nu’man Somantri, Kampus UPI, Jalan Setiabudi Kota Bandung, Kamis (13/9/2018).

    Silaturahmi pun, kata dia, menjadi bagian penting dalam event-event politik yang Uu lakukan. Dia mengaku bahwa uang dan kapabilitas bukan modal utamanya dalam menapaki karir politiknya.

    “Bukan soal uang yang kami miliki, bukan kemampuan yang kami miliki, tetapi silaturahmi yang disertai niatan lurus yang kami lakukan,” jelas Uu.

    Hadir dalam acara tersebut Guru Besar Komunikasi Politik Dr Karim Suryadi.

    Karim menyebut bahwa gaya komunikasi santri seperti yang dilakukan Uu memiliki ciri khas (pembeda), yakni intuisi.

    Intuisi adalah pengetahuan terdalam yang sudah merasuki sistem dan menjadi tabiat atau ciri khas seseorang.

    “Kekuatan intuisi itulah yang membedakan santri dari yang lain,” jelas Karim.

    Selain itu, politik diwarnai dengan ke-kyai an dan kesantrian dengan dua simbol, yakni tafsir dan analogi.

    “Politik santri ini mulai ada di Indonesia saat Abdurrahman Wahid (Gusdur) menjadi Presiden,” tutur dia.

    Kemudian, pembeda komunikasi politik santri yang lain, yakni menjadikan komunikasi sebagai alat ber tawadhu atau alat mendapat berkah yang bisa melipatgandakan kebaikan.

    “Jadi berkomunikasi artinya untuk menyebar kebaikan, menambah kebaikan,” jelas Karim.

    (LIN)

    Berita Terbaru

    spot_img